CHAPTER 33 [BETRAYAL]

5.5K 234 24
                                    

Gue berjalan memasuki kelas dengan muka ditekuk persis dompet akhir bulan. Berulang kali gue menghela nafas disepanjang jalan sampai akhirnya gue sampai di meja yang berada di sudut ruangan. Gue menoleh ke kursi kosong yang berada di samping gue. Vio masuk, tapi dia pindah tempat duduk. Dia duduk di depan sama Bian karena Bian duduk sendiri.

Gue kembali menghela nafas lelah lalu menempelkan pipi gue diatas meja dengan kepala yang menghadap ke tembok. Perlahan mata gue terpejam. Mengistirahatkan otak dan tubuh gue yang lelah karena terus ditimpa masalah.

Gue pengen curhat sama seseorang tapi siapa. Vio marah sama gue karena gue terus-terusan deket sama Bian walaupun itu bukan keinginan gue. Mila, dia pasti marah sama gue karena tadi udah bentak dia di depan umun. Atau Nata?. Gak deh, karena entah sejak kapan gue mulai ragu sama kesetiaan dia.

Brakk....

Tiba-tiba seseorang menggebrak meja tepat di samping telinga gue. Anjir siapa sih. Sial!. Telinga gue sampe sakit gini. Gue membuka mata dan perlahan mendongak menatap malas Marsya dan dua antek-anteknya yang berdiri di sisi meja dengan telapak tangan yang masih menempel di meja. Anak ini lagi. Perasaan kemaren masih adem-adem aja deh. Kok sekarang mulai nyari perkara lagi dia.

"Apaan lagi sih Sya, gue lagi gak mood berantem sumpah. Poin gue udah 60, lu mau bikin poin gue jadi 100 yah?." ucap gue malas.

Marsya tersenyum miring seraya mengangsurkan selembar foto yang membuat gue terbelalak kaget saat melihatnya.

"Ini... Gue gak mau nyari ribut sama lo. Tapi gue cuma mau nolong lo dari playboy cap tokek kayak Rion." ucap Marsya sambil berlalu dari hadapan gue diikuti Zaara dan Fristya dibelakangnya.

Gue menatap marah selembar foto yang menampakkan seorang cowok yang lagi nyium kening seorang cewek di depan sebuah rumah yang gue kenal. Cowok dan cewek itu gak lain dan gak bukan adalah Rion dan Nata. Gue meremas selembar foto itu sampai menyerupai gumpalan bola. Kesabaran gue udah habis. Dada gue terasa semakin sesak bahkan berkali lipat sesaknya dari saat pertama gue melihat foto yang dikirim Marsya di grup.

Gue berdiri lalu berjalan cepat keluar dari kelas. Menghiraukan tatapan heran dan panggilan anak kelas yang bertanya apa gue baik-baik aja.

Gue berjalan cepat melewati koridor menuju kelas Rion yang berada di lantai tiga gedung B. Menghiraukan sapaan orang-orang yang gue lewati. Begitu sampai di kelas Rion, gue mengedarkan pandangan ke setiap penjuru kelas untuk menemukan Rion namun nihil. Dia gak ada di kelas.

"Eh Vey, tumben lo kesini." ucap Nando begitu gue akan berbalik keluar kelas.

"Mana Rion?." tanya gue tanpa menghiraukan sapaannya. Nando tampak mengeryit namun kemudian menjawab.

"Engg bukannya dia biasa ke kelas lo yah?." jawab Nando terlihat bingung. Gue menggelengkan kepala sebagai jawaban. Kemana lagi sih tuh anak. Awas kalo ketemu.

"Yaudah, thanks yah!." ucap gue lalu berjalan melewati Nando. Gue meraih ponsel mencari kontak Rion dan menelponnya.

'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan...'

Ah gak aktif lagi. Cari kemana lagi coba, pokoknya gue harus selesaiin masalah ini sekarang. Gue terus menelpon Rion sambil berjalan tanpa melihat arah sampai.

Bruk....

Gue terduduk di lantai ketika sesuatu menabrak gue. Ponsel gue jatuh beberapa meter di samping gue.

"Aarrghh... Siapa yang naro pilar disini!." sialan gue nabrak tiang. Gue meringis seraya mengelus-elus kening gue yang berdenyut nyeri.

"Bangun." ucap seseorang dengan tangan yang terjulur ke arah gue. Gue melihat si pemilik tangan yang ternyata Bian lalu menerima uluran tangannya.

I'm Troublemaker ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang