"Yah mata gue bengkak njer."ucap gue ketika melihat kelopak mata yang sedikit menggembung dari cermin kecil di tangan gue.
Kalo kalian nyangka mata gue bengkak gara-gara nangisin Bian semaleman, kalian salah. Mata gue bengkak karena tadi malem gak tidur sama sekali. Gue semaleman suntuk bikin album foto buat Bian. Buat dia kenang karena dia bakal jauh dari gue.
Gue pun bangkit berdiri, berjalan menuju dapur dan meraih sendok lalu menempelkannya ke masing-masing mata gue. Berharap semoga bengkaknya bakal ilang sebelum Bian dateng buat jemput gue.
Mau kemana hayo? Yang pasti sih bukan ke London, Bian ngajak gue hang out seharian sebelum dia bener-bener pergi. Entah kemananya sih gue gak tau, karena yang penting bagi gue itu asalkan sama Bian.
Soal kepergian Bian gue mencoba buat ikhlas dan bersabar nunggu dia balik. Toh dia nya juga bakal balik lagi ke gue walaupun terpisah jarak jutaan kilo meter sekalipun.
I trust him. Gue percaya dia bisa jaga hatinya buat gue disana, dilihat dari awal perjuangannya, sabarnya dia hadapin gue, dan dia yang gak marah walaupun gue sering bertingkah manja cuma buat dapet perhatiaanya.
Rasa cinta itu ibarat benang yang mengikat dua hati. Sejauh apapun dua hati itu terpisah jarak, selama cinta itu masih ada diantara mereka maka mereka akan selalu terhubung. Benang itu akan semakin kuat, dan penguatnya itu rindu.
Gue harap, kami juga bisa kayak gitu. Selalu terhubung sampai hati kami kembali bertemu untuk bersatu.
Tin...tin.....
Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil, gue pun segera menaruh kembali sendok yang tadi gue pake ke dapur lalu berjalan menuju pintu depan.
Sesampainya di pintu depan, gue membukanya, Bian berdiri di hadapan gue memakai kaos maroon pendek dan celana levis putih sebatas lutut juga sepatu dan topi baseball dengan warna senada. Bian kelihatan sporty. Sementara gue, kayak yang mau ke kondangan.
Hari ini gue pake dress polos warna maroon, cardigan putih motif bunga-bunga kecil, juga sepatu boots putih dan Harriet Korean bag warna putih. Tapi walaupun kayak yang mau ke kondangan. Gue tatap Cwantexs kok. Bia aja sampe gak ngedip begitu lihat gue.
Tiba-tiba kedua tangannya Bian menangkup pipi gue. Kedua jempolnya bergerak mengelus kantung hitam di bawah mata. Tatapannya kelihatan khawatir.
"Lo kenapa? Nangisin gue semaleman?" tanya Bian. Gue menggeleng seraya tersenyum jahil.
"Idih enak aja, emang situ siapa." balas gue dengan sorot becanda. Bian langsung mendengus lalu mengecup mata gue bergantian.
"Bagus deh, tadi malem gue bahkan gak bisa tidur karena mikirin lo. Takut lo sedih sampe frustasi." balas Bian. Gue langsung memukul dadanya pelan. Enak aja.
"Is ya enggak lah." sekarang mungkin nggak, setelah lo pergi ga tau deh. Sambung gue dalam hati.
"Haahh, iya deh. Pokoknya hari ini gak boleh sedih. Kita harus have fun oke!" ucap Bian bersemangat. Gue mengangguk cepat lalu meraih tangan Bian dan menautkan jari-jari kami.
"Oke! Ayok pergi." balas gue lalu berjalan mendahului Bian menuju Ferrari Portofino putih yang terparkir di depan pagar.
Gue pun masuk ke dalam pintu penumpang setelah Bian membukakan gue pintu. Setelah kembali menutup pintu di samping gue, Bian pun berjalan memutar dan duduk di kursi kemudi.
"Udah siap?" tanya Bian.
"Udah." balas gue.
Bian pun mulai menyalakan mesin mobilnya dan mobil pun mulai bergerak membawa kami ketempat yang dituju Bian. Gue juga gak tau kemana makanya gue diem aja. Asalkan sama Bian hahayy.
![](https://img.wattpad.com/cover/120962180-288-k145117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Troublemaker ✅
Fiksi Remaja[REVISI SETELAH TAMAT] "Gue gak bisa buka hati gue, karena kuncinya masih ada di Sammy" ~Veronica Diandra Rhuisell "Gue akan masuk ke hati lo dan menetap disana sekalipun gue harus mendobraknya dari luar" ~Fabian Zevano ~20-03-18