Edisi Revisi.
Bruumm bruuuumm.
Gue mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. membelah jalanan padat kota jakarta di pagi hari. Gue terus menyalip kendaraan yang berada di depan kek Mamang Rosi.
Bodo amat sama pengguna jalan lain yang mengumpat kesal karena gue salip. Pokoknya gue harus nyampe sekolah sebelum jam tujuh. Hari ini upacara. Gue bangun telat gara-gara video call sama Randy sampe jam satu dini hari.
Sesekali gue melirik jam tangan. Ahhh gak ada gunanya juga kebut-kebutan. Ini udah kepalang telat. Jam udah nunjukin pukul tujuh lewat lima dan jarak dari sini ke sekolah sekitar satu kilometer.
Gerebang pasti udah ditutup dan upacara sedang berlangsung. Gue memelankan laju kendaraan lalu menepi ketika melihat pedagang nasi kuning di pinggir jalan. Gue belum sarapan tadi jadinya gue mampir dulu.
Biarin terlambat datang ke sekolah dari pada terlambat sarapan. Itu gak sehat. Ntar gue kelaperan, trus gak konsen ngendarain motornya, akhirnya gue pun nabrak tukang odong-odong trus metong. Lu mau gue kayak gitu? Nggak kan. Yaudah cus sarapan.
Tapi niat gue buat sarapan batal ketika gue inget tugas kelompok yang kemaren gue kerjain sama Vio ada di di gue. Apalagi dikumpulin di jam pertama. Kembali gue memacu kendaraan menuju sekolah. Walaupun telat, gue harus ngasihin tugas ini, daripada nanti dia kena marah sendiri.
Pukul 07:40
Akhirnya gue sampai di depan gerebang. Gue memanggil pak satpam untuk bukain gerebang. Dari sini, bisa gue lihat upacara udah hampir berakhir dengan dinyanyikannya lagu Mengheningkan Ciipta.
Gue pun ikut menundukkan kepala sejenak. Setelah lagu Mengheningkan Cipta selesai dinyanyikan, gue kembali memanggil pak satpam. Tapi tebak siapa yang dateng? si ketua osis rese alias Bian.
Selama seminggu kebelakang gue sekelas sama dia, dugaan gue bener. Dia kayaknya benci sama gue karena kejadian di kantin waktu itu. Emang gak banyak interaksi antara gue sama dia tapi, tiap kali lewat depan mejanya dia selalu mendelik. Najis si menurut gue kayak cewe aja. Masalah kami saat dikantin pun cuma sampe disitu aja.
"Lu lagi lu lagi!" ucapnya saat gue mematikan mesin motor dan mencabut kuncinya. Gue turun dari motor lalu berdiri menghadap dia.
Karena Bian gak kunjung bicara juga, gue pun melengang menuju kelas selagi gak ada guru di sekitar sini. Baru aja mau melangkah, dia menarik tas dan membuat gue berbalik lagi.
"Mau kemana lu? Baris disana bego!" ucapnya nyolot. Gue memandang dia dengan tatapan tajam.
"Gausah pake bego berapa Mas?" tanya gue lalu melengang menuju barisan siswa yang terlambat datang juga. Bian cuma diem aja dan pergi ke arah kumpulan anak-anak osis.
Gue mengeluarkan ponsel lalu menelpon Vio. Upacara udah selesai dan pastinya murid-murid pun udah dipersilahkan buat balik ke kelas.
"Vey kampret lo dimana!!" Teriak Vio saat panggilan tersambung.
Gue yang kaget pun menjauhkan ponsel dari telinga. Jaga-jaga kalo suara dia bakal mecahin selaput gendang telinga gue saking kerasnya.
"Iya gue disini. Lo sini deh. Kyaknya gue bakal dihukum juga. lo ke sini cepetan!" balas gue.
"Iya posisi lo dimana gila!! bukan disini disini aja!!"
"Samping lapang..."
Tuuuuttt.........
Sebelum gue menyelesaikan kalimat, bunyi tut panjang keburu kedenger tanda Vio mutusin sambungan duluan. Kampret emang. Gak lama kemudian, Vio sampai. Gue pun memberikan Flashdisk berisi tugas pada Vio.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Troublemaker ✅
Fiksi Remaja[REVISI SETELAH TAMAT] "Gue gak bisa buka hati gue, karena kuncinya masih ada di Sammy" ~Veronica Diandra Rhuisell "Gue akan masuk ke hati lo dan menetap disana sekalipun gue harus mendobraknya dari luar" ~Fabian Zevano ~20-03-18
