CHAPTER 37 [KEPO]

5.7K 322 19
                                    

Gue menghirup udara seraya memejamkan mata rapat. merasakan dinginnya angin malam yang serasa menusuk sampai ke tulang. Hahh dingin. Gue mendongak menatap bintang yang bertaburan lalu beralih menatap Randy yang berjalan di samping gue dengan tatapan lurus kedepan.

Gue sama dia lagi dalam perjalanan balik kerumah setelah lapor sama pak Rt kalo Randy mau nginep di rumah gue. Besok dia udah mau balik lagi ke Padang. Walaupun cuma semalam ya harus tetap lapor. Bahaya kalo gak lapor, bisa digrebek massa gue.

"Ngapain lu liatin gue?." tanya Randy tiba-tiba. Gue tersentak lalu berubah menatapnya dingin.

"Pede bat lo!." ucap gue beralasan.

"Halah alesan lo basi. Jangan lihatin gue mulu, ntar lo suka." ucapnya dengan percaya diri. Gue langsung meninju bahunya pelan tapi dia malah pura-pura kesakitan. Bikin gue gemes dan semakin mukulin dia. Hahayy kapan lagi gue kek gini sama dia.

"Aduh Vey, udah nanti otot-otot gue lembek lagi gara-gara lo tonjokkin." ucapnya seraya berlindung dengan lengannya. Halah pamer ni orang, mentang-mentang lengan sama perutnya berotot. Gue pun menghentikkan pukulan gue lalu mendelik dan berjalan mendahuluinya.

"Eh..eh tungguin! Jangan tinggalin gue!. Nanti aku diculik om-om, aku takut." ucap Randy dengan suara yang dibuat-buat kayak cewek. Gue langsung tergelak karenanya.

"Yaudah sini. Jamilah, deket abang biar gak diculik om-om hahahaha." balas gue menanggapi guyonanya. Kami pun tertawa dibawah sinar bulan yang menerangi bumi. Rasanya menyenangkan bisa ketawa bebas kayak gini sama salah satu orang yang berharga buat lo. Apalagi sejak gue pindah gue sama Randy cuma komunikasi lewat vidio call ataupun chat, itupun gak setiap hari. Karena gue dan dia punya kesibukan masing-masing.

"Udahan lah ketawanya. Kagak bakal sampe-sampe kalo lo terus ngelawak." ucap gue. Randy mengangguk dan kami pun kembali berjalan dalam diam. Baik gue dan dia gak ada yang membuka pembicaraan.

"Vey." gue menoleh saat Randy menyebut nama gue.

"Hmm."

"Semenjak lo pindah kesini...lo berubah." ucapnya. Gue refleks menoleh padanya dengan kening berkerut.

"Maksud lo?." tanya gue. Randy menoleh dan balik menatap gue.

"Ya, lo jadi lebih bahagia. Lo punya pacar, dan banyak temen yang peduli sama lo." ucap Randy dengan senyuman si bibirnya. Gue pun ikut tersenyum.

"Semenjak lo pindah kesini, lo gak murung lagi kayak dulu. Kalo semasa dulu sekolah di Padang, lo ke kantin atau kemana-mana pun selalu gue temenin. Sampe orang pada ngira kita pacaran. Lo juga gak terlalu sewot lagi sama orang. Wajah lo menunjukan lo happy in here. Gue seneng lihat muka lo yang sekarang lebih ceria. Tapi sayang, gue gak bisa lihat wajah bahagia lo setiap saat kayak dulu." ucap Randy. Gue menonjok bahunya pelan.

"Saae lu!. Gue gak berubah kok, gue masih Vey yang lo kenal. Dan lo, masih jadi onta gurun kesayangan gue. Kita 'kan bisa Vidio Call kalo lo kangen gue."ucap gue. Randy semakin tersenyum lebar lalu menarik bahu gue mendekat padanya. Dan dengan senang hati, gue menyandarkan kepala gue di dada bidangnya. Hal yang selalu gue lakuin setiap dia ngerangkul gue kayak gini. Rasanya nyaman, gue juga ngerasa aman deket sama dia karena dia udah gue anggap abang gue sendiri.

***

Gue melambaikan tangan pada Randy yang berjalan menjauhi gue memasuki pintu keberangkatan bandara. Kalo enam bulan lalu Randy yang nganterin gue ke airport buat terbang Padang-Jakarta, sekarang giliran gue yang nganterin dia dengan arah sebaliknya. Dia naik penerbangan pagi dan gue nekat nganterin dia sampe bolos sekolah.

I'm Troublemaker ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang