Hari Minggu telah tiba. Rencana Attala untuk mengajak Kinan pergi terpaksa gagal karena kekasihnya itu jatuh sakit.
Kurang lebih sudah setengah jam cowok itu duduk ditepi ranjang dengan Kinan tergeletak pucat disebelahnya. Selimut tebal sudah menutupi hingga hanya kepalanya saja yang terlihat.
"makan ya, Kin? Kamu belum makan apa-apa dari pagi," bujuk Attala untuk yang kesekian kalinya.
Lagi-lagi jawabannya hanya gelengan kepala. Saking tidak punya tenaga sama sekali.
Kepalanya berdenyut, suhu tubuhnya belum juga turun dan sejak tadi Kinan sudah bolak-balik kamar mandi untuk muntah.
"sedikit, yang penting masuk. Ya?" tanpa lelah cowok itu terus membujuk. Hingga akhirnya Kinan mengangguk samar dan mau untuk makan.
Buru-buru Attala menuangkan bubur yang sudah dibelinya ke dalam mangkuk. Lalu dengan sigap menyuapi Kinan sebelum ia berubah pikiran lagi.
Satu sampai dua suap sudah ditelannya dengan susah payah. Namun pada suapan ketiga ia tidak bisa dan secara tiba-tiba memuntahkannya kesamping ranjang.
Attala langsung meletakkan mangkuk diatas meja belajar kemudian memijat tengkuk gadisnya perlahan. Meskipun celananya juga kotor karena terkena semburan bubur, tapi ia tidak begitu mempermasalahkan.
"minum dulu," Attala membantu memegangi gelas untuk Kinan minum.
"maaf, kamu ganti aja celananya. Aku pinjem punya ayah ya?" ujar Kinan dengan suara lemahnya.
Attala menggeleng, "enggak, udah kamu gak usah macem-macem. Tinggal dibersihin doang kok," cegahnya sebelum cewek itu memaksa bangun.
Kinan terdiam, dengan sorot lemah menatap Attala tepat di manik matanya. Membuat cowok itu ikut terdiam.
"kamu mau ngajak aku kemana hari ini?" tanya Kinan tiba-tiba.
"gak hari ini, bisa besok-besok."
"bisa hari ini, aku gak apa-apa kok." dengan tergesa Kinan meraih obat-obatan diatas meja kemudian menelannya dengan bentuan air.
Setelah itu ia beranjak dari atas kasur, mengambil handuk untuk menutupi muntah dilantai.
Attala membulatkan matanya melihat pergerakan cewek itu. Apalagi saat Kinan memaksa melihat ke lemari dan mencari beberapa pakaian, padahal jalannya pun masih sempoyongan.
"Kinan?"
"bagusan yang mana?" Kinan berbalik sambil menenteng dua gantungan baju ditangan kanan dan kirinya.
Attala masih tertegun.
"jangan deh," dilemparkannya pakaian-pakaian tersebut begitu saja, lalu ia segera memilah yang lainnya. Sesekali berbicara sendiri tentang pakaian seperti apa yang cocok dipakai saat cuaca tidak begitu terik seperti sekarang.
Lagi, ia mengeluarkan dress selutut berwarna hitam lalu menunjukkannya pada Attala.
"kita gak pergi sekarang. Kamu lagi sakit, Kinan."
Sekian menit berdiri diam, Attala langsung saja menghampiri Kinan sambil menahan tangannya untuk mencari baju yang lain. Kamarnya sudah penuh dengan beberapa pakaian yang dilemparkan barusan.
Kinan melirik kemeja biru donker berbahan cifon yang dikenakan Attala saat ini, "oh iya biar sama." gumamnya lagi sambil mencari-cari dress berwarna senada dilemari.
"Kinan?" Attala memanggilnya lagi dengan penuh kesabaran.
Cewek itu tak merespon dan malah terus mencari. Sesekali kakinya berusaha menyeimbangi kondisi tubuh yang tidak prima dan beberapa kali terhuyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.1] AN ACCIDENTALLY - KINAN chap. 1 // Lee Taeyong
Teen FictionCinta itu sepenuhnya tentang perasaan. Dan dia, yang membangun istana ini, adalah dia yang menghancurkannya. Based on true story ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ An Accidentally © chojungjae, Mei 2018