FINE - Part 10

10.3K 1.1K 153
                                    

🍁🍁🍁

"Aku pulang..."

Taeyong membuka sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumahan berwarna abu-abu. Langkahnya sangat gontai ketika kakinya berjalan menuju ruang televisi. Terlihat seperti orang yang sama sekali tidak memiliki gairah untuk hidup.

Sebenarnya sangat capek dan tentu saja lelah jika harus terus menerus seperti ini. Tapi setiap kali Taeyong ingin bangkit dari keterpurukan selalu saja ada hal yang membuatnya kembali terjatuh sakit. Dan orang yang membuat Taeyong selalu sakit seperti ini adalah orang yang sama, Jung Jaehyun.

Mau sampai kapan Jaehyun mempermainkan Taeyong dengan sesuka hatinya?

Johnny yang baru saja keluar dari dapur, melirik sebentar ke arah Taeyong dan berjalan menghampirinya. Tangannya yang membawa secangkir kopi hangat, perlahan diletakkan cangkir itu di meja ruang televisi. Kemudian mendudukkan tubuh tegapnya di samping Taeyong. Melirik sekilas ke arah Taeyong kemudian mengambil tablet pc nya, berniat untuk melihat email masuk.

"Kenapa kau terlihat sangat lelah? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Taeyong menoleh sebentar, lalu meletakkan ranselnya disamping kanannya. Dan inilah yang Taeyong suka, Johnny selalu memahami keadaannya.

Perlahan Taeyong merebahkan punggung ringkihnya di sandaran sofa, kepalanya menoleh ke arah Johnny yang menatap khawatir. Taeyong tersenyum tipis, lalu kembali menengadahkan kepalanya menatap langit-langit ruang televisi.

"Apa orang sepertiku tidak pantas bahagia, Hyung?"

Pertanyaan Taeyong berhasil menimbulkan kerutan bingung di dahi mulus Johnny. Posisi duduknya Johnny ubah sehingga menghadap penuh ke arah Taeyong.

Johnny merasa ada yang tidak beres dengan Taeyong. Mungkinkah Taeyong bertemu dengan Jaehyun? Bisa saja kan? Karena siapa lagi jika bukan Jaehyun yang bisa membuat Taeyong seperti orang linglung, sama seperti saat ini?

"Kau bertemu dengannya?"

Taeyong mendengus kecil dan perlahan matanya terpejam. Terlihat sangat 'lelah' dan ingin sekali Taeyong segera mengusir rasa lelah itu. Ini membuatnya sangat tersiksa dan mungkin sebentar lagi dia akan depresi.

"Kau hanya perlu menjawab. Jangan balik bertanya, Hyung!"

"Tidak." jawab Johnny dengan cepat.

"Kenapa?" tanya Taeyong bingung.

Johnny meraih tangan kiri Taeyong, menggenggamnya erat dan ketika Taeyong mengalihkan pandangannya kembali ke arah Johnny, Johnny memberikan senyuman lembutnya.

Banyak fakta yang menyebutkan jika kita memberikan senyuman untuk seseorang yang sedang merasa tidak baik hatinya, maka orang itu setidaknya bisa menghilangkan rasa sakit hati yang dirasakannya. Benar begitu?

"Kau adalah sumber kebahagiaan untuk semua orang. Untuk orangtuamu, untuk sahabatmu, dan untukku. Jadi berhenti berpikir yang tidak-tidak. Kau bahkan sangat pantas untuk berbahagia, Taeyongie."

Taeyong kembali tersenyum tipis, badannya ia miringkan untuk berhadapan langsung dengan Johnny. Bibirnya kembali tersenyum, meski terlihat sangat dipaksakan.

"Terima kasih. Hyung selalu membuatku sedikit lebih baik."

"Jadi bisa kau ceritakan apa yang terjadi?"

Taeyong menghela nafas dan menegakkan tubuh kecilnya. Kedua kakinya ia angkat ke sofa putih itu lalu ia tekuk menjadi duduk bersila. Johnny menatap lamat wajah cantik itu, mesti tersirat banyak sekali perasaan yang lelaki mungil ini pendam tapi tidak mengurangi kadar kecantikannya. Bahkan Johnny tidak akan pernah bosan untuk menatap wajah terkasihnya.

FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang