this story inspired by ‘The Last Song’ because I love miley so much<3
***
Aku pernah bahagia.
Aku pernah bahagia karena kita.
Saat kata-kata sayang bukan cuman sekedar klise, tapi kenyataan indah saat kita menjalin hubungan.
Orang bilang, kita sedang bermain dalam lingkaran tanpa titik temu, yang dinamakan cinta.
Tapi itu dulu, sebelum kamu pergi.
Aku kangen kamu, Han.
From: HIM.
-
Sekali lagi aku menatap layar ponselku dengan tangisan yang hampir meledak.
kalimat-kalimat yang tersusun dengan rapih, terpajang di sana.
Dadaku langsung naik-turun seperti roller-coaster saat orang itu kembali mengirimkan pesan-pesan singkat yang menyelipkan sebuah kenangan. Tentang kita; aku-dia.
Maaf.
-
Hanya denganmu aku temukan kenyamanan dan perasaan-perasaan langka. Aku bahagia dengan cinta yang sederhana. Dengan dunia khayal bahwa nantinya cinta kita akan kekal. Aku dan kamu tanpa aral.
Kapan kita bertemu lagi?
From: HIM.
-
Aku memejamkan mata kembali, mencari sosok-sosok hubungan ku dan dia didalamnya. Mencari sosok-sosok sepasang kekasih yang sedang terhanyut dalam pelukan satu sama lain.
Aku juga kangen. Sekerjap ku buka mataku dengan cepat. Kata-kata itu langsung tercetus tanpa diminta.
Kemudian, air mata kembali terjatuh. Meninggalkan bekas luka akan kenangan.
Kenapa harus terjadi sekarang?
Kenapa bukan dulu-saat aku masih memiliki harapan cukup?
Ini bukan tentang lelah, namun tentang tak mungkin.
Jika cinta kita diibaratkan dengan 'kota kecil', maka, aku lupa arah pulang kesana.
-
Aku terkadang gila. Aku tak tahu harus melangkah ke arah mana. Kau yang mengambil arahnya. Kau yg membuatku hilang.
Aku butuh kamu.
From: HIM.
Justin POV
Aku butuh kamu. Kutekankan kolom send. Aku butuh kamu, Han.
Hanny. Itu namanya, dulu aku suka memanggilnya Honey-tapi kata itu kemudian sudah lama tidak diizinkan olehnya. Lantaran salah paham atau begimana, yang jelas waktu seakan berbalik menusuk, meninggalkan ku dengan sebuah kenangan. Heran, kenapa hidup gabisa adem-ayem? Kenapa bahagia tidak bisa bertahan lama?
Flashback-
Ayahnya adalah seorang penjaga sebuah gedung tertua di Las vegas-sebuah gereja yang terbuat dari kayu tebal-tampat dimana orang-orang berdoa.
Namun, semua orang menyalahkannya atas terjadinya kebakaran yang melahab habis gedung itu.
Saat orang-orang sibuk mencaci-maki dirinya, ayah hanny sangat tegar, dia hanya memberikan senyuman seulas tanpa menyangkal.
Saat orang-orang menjauhinya, ayah hanny tetap terlihat bahagia, senyum tipis yang seakan menjadi topeng permanent dihidupnya.
Aku duduk disamping Hanny-yang masih menoleh kebelakang, menatap ayahnya yang baru-baru ini dideteksi terkena penyakit kanker stadium akhir, yang akhirnya bisa dihitung beberapa minggu lagi.