Tentang cinta yang tak lagi sama.
Gadis itu kembali memandangi gadis yang menatapnya balik dari kaca rias kamarnya itu.
Dipandanginnya sedikit demi sedikit. Perubahan yang sangat menabjukan. Rambut yang dibuat agak curl dengan sedikit tambahan dress berwarna merah membuat kulitnya semakin bersinar.
Dengan sedikit blush on dan lipbam rasa strawberry gadis itu nampak terlihat tampak cantik.
***
Restoran yang mereka datangai kali ini bernuansa klasik Eropa. Suasananya lebih tenang dan romantis dengan lilin-lilin menyala dan diiringi alunan lagu music jazz slow.
Gadis itu kembali menghela napasnya panjang. Garis bibirnya kini terangkat sesaat ia menyadari pemuda disampingnya sudah banyak berubah. Mungkin, tiga tahun berpacaran dengan dirinya, pemuda itu semakin banyak belajar bagaimana cara menanjakan gadisnya.
Atau jangan-jangan, malah ia belajar dari mantan-mantan kekasihnya itu? Tanpa dikehendaki, seleret kecemburuan memasuki hatinya.
Rose menggeleng cepat, berusaha mengenyahkan perasaan konyol itu dari dalam hatinya. Tidak seharusnya ia cemburu.
"Kamu cantik sekali malam ini." Turur pemuda itu sambil meneliti setiap detail profil wajah gadis itu. Mulai dari pakaian, sampai cara gadis itu ber make up. Its just...wow.
Dalam sekejap, wajahnya menghangat. Perlahan, ia mendongak lalu mencibir,
"Jadi hanya malam ini?" Justin kembali menyekakan serbet makanan dibagian sudut bibirnya. Mencoba untuk membersihkan apa saja yang ada diwajahnya.
"Kamu selalu cantik. Tapi malam ini, you're more than stunning." Jantung gadis itu berdegup resah saat melihat kelembutan terpancar dari mata hanzel caramel pemuda itu.
"Mungkin, karena gaun yang kamu hadiahkan," ia menundukan kepalanya , dan meletakkan garpu dan pisau makannya dikedua sisi piring yang sudah kosong itu. Justin menggeleng,
"Bukan gaun itu yang membuat kamu cantik, tapi kamu yang membuat gaun itu terlihat lebih indah."
"Gombal" Gerutu Rose, berusaha menyembunyikan wajahnya yang semakin merona. Pemuda itu kembali tertawa kecil kemudian, mengesap wine-nya sedikit demi sedikit.
"Seleramu bagus, aku suk - "
"Justin, baby!!"
Seruan seorang perempuan, memotong ucapan Rose. Dengan penuh rasa ingin tahu, Rose menoleh. Matanya terbeliak saat mendapati seseorang perempuan cantik, bergaun hitam dengan potongan leher yang sangat, sangat, sangaaaat rendah, menghampiri meja mereka--lebih tepatnya, menghampiri Justin. Perempuan itu membungkukkan tubuhnya disisi Justin, dan mengecup pipi lelaki itu. Darah ditubuh Rose seakan membeku. Sky!
Mata Rose seakan tidak dapat berkedip. Suara-suara disekitarnya berubah menjadi dengungan, tidak dapat dicerna oleh otaknya. Ia terpesona. Sky jauh lebih cantik daripada yang dilihatnya dilayar kaca. Cantik, seksi, bagitu percaya diri, dan amat glamour. Ia menelan ludah dengan susah payah. Berada didekat Sky, membuatnya merasa like a shit. Merasa tak terlihat, dan merasa sangat tidak menarik. Melihat Sky berbicara kepada Justin, dan caranya membelai pundak lelaku itu, bukan rasa cemburu yang menyelubungi hati Rose, melainkan perasaan minder plus sakit hati. Justin tampan, dan Sky cantik. Mereka berdua sama-sama berada dibidang tarik suara. Sedangkan dia? Hanya seorang model – yang walaupun sekarang lagi naik daun. Tetap saja, dunia mereka… beda
***
Perjalanan pulang terasa sunyi. Entah dari keduanya sedang unmood atau...? Yang pasti, disana gadis itu sedang berfikir keras. Mencoba untuk tetap berfikir positive dan berusaha untuk menahan segala perkataan yang tidak ingin diucapkan setelah melihat apa yang baru saja mereka lakukan. Rawr.