inspired by Frozen bcs i love disney!
---
We used to be best buddies,
And now we're not.
I wish you would tell me why,
Do you want to build a snow man?
- Ost Frozen, Do You Want To Build A Snow Man
---
Gadis berrambut blonde itu menghentikan langkahnya setelah mendengar namanya di panggil beberapa kali. Ia berdiri di tempatnya, tidak menoleh, hanya menunggu orang yang memanggilnya tadi mengatakan apa yang ingin ia katakan.
"Why you keep push me away?" Tanya suara itu, terdengar begitu frustasi sampai membuat si gadis blonde itu memejamkan matanya, tak kuasa menahan rasa nyeri yang tiba-tiba datang menyerang tubuhnya yang sekarang bergetar. Ia memeluk tubuhnya kuat, bulan Desember di Kanada tidak pernah begitu menyenangkan, salju dimana-mana dengan hawa dingin yang menusuk. Bahkan sekarang mantel bulunya tidak dapat membuatnya merasa hangat, tidak sedikitpun.
Gadis berambut blonde itu menggelengkan kepala pelan, mem-block semua memori yang siap memenuhi dan merekam balik kenangan-kenangan antara dia dan si lawan bicaranya tadi di otak. Dia memeluk tubuhnya kuat, seakan takut detik kemudia semuanya akan hancur.
"Why you shut me out?" Suara itu terdengar bergetar. Laura - gadis berrambut blonde tadi - menundukan kepalanya, dalam. Enggan menjawab, takut keduanya semakin terluka.
"Why you shut the world out?"
Tolong hentikan, pintahnya dalam hati.
"Its like if you open up, everything gets broken."
Stop it, Justin. Ku mohon.
"Its like if you let people in, your would going down and your time is up," si pemilik suara akhirnya memelankan nadanya, menurunkan beberapa anak tangga nada yang membuat hati Laura semakin kacau. "Don't do this to me, to us."
Kemudian dirasakan dua pasang tangan yang melingkar di pinggangnya, memeluk posture tubuh gadis itu dengan erat, menutup sekian meter jarak yang tadi dibuat oleh keduanya.
"Jangan pernah berubah, Ra."
"Kamu yang berubah, bukan aku." balasnya dingin. Membuat sepasang mata madu itu terbuka, khawatir juga tak mengerti. Ini semua tidak seharusnya seperti ini, ini semua tidak seharusnya berjalan sekacau ini.
"Aku pulang, Ra."
"Apa gunanya pulang kalau akhirnya kamu akan pergi lagi?" Nadanya masih sama dinginnya seperti sebelumnya, membuat pemuda itu melepaskan pelukan mereka - atau bisa di bilang pelukannya - menatap gadis punggung gadis itu yang membelakanginya, "Toh, aku enggak pernah minta kamu untuk pulang."
Lalu, dengan begitu. Sesimpel itu.
Dia pergi.
---
Dulu.
Kalau kata dulu masih berlaku,
Mungkin aku masih bisa tersenyum menyambut kedatanganmu.
Dulu.
Kalau kata dulu masih berlaku,
Percayalah sayangku,
Aku akan dengan senang hati membuka tangan ku dan memelukmu.
Tapi kembali lagi ketopik utama,
