Holaaaa 👐👐👐👐
Selen balik lagi setelah sekian lama liburan ke menara Pisa di Ambon :v apaan sih?
Sudahlah, tak perlu kalian hiraukan ❌
Happy reading alllll😊😊😊
Semoga kalian suka yaaa👌👌
⚫⚫⚫
Kantin penuh, anak-anak Spade bertebaran di mana-mana. Pelajaran Bahasa Indonesia selesai lebih cepat dari biasanya, membuat mereka memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu sebelum bel pulang di kantin sepi yang berubah meramai saat gerombolan tiga puluh siswa masuk berbarengan ke dalamnya.
Banyak kegiatan yang dilakukan mereka, ada yang asyik mengobrol, ada yang bernyanyi sambil memainkan gitar, ada yang bermain game, chatting-an dengan pacar, dan ada yang memilih untuk konsentrasi pada makanannya. Cahaya dan Dewa buktinya.
Sekarang mereka sedang menikmati batagor ekstra pedas yang tadi dipesan. Awalnya hanya Dewa saja, namun Cahaya tertarik. Ekstra pedas tapi kelihatan biasa saja, tidak semerah batagor yang dulu ia makan.
Makanya ia kemudian ikut memesan menu yang sama. Dewa sempat mengejeknya, bilang bahwa ia tidak akan kuat. Tapi Cahaya mengelak, bilang bahwa dirinya penyuka pedas dan batagor itu terlihat biasa saja. Jadilah mereka bertaruh seperti sekarang.
Beberapa kali Cahaya meminum es tehnya, sedikit kepedasan. Sampai akhirnya ia benar-benar merasakan sendiri bagaimana tingkat kepedasan yang tidak sesuai dengan dugaannya.
Kini wajah gadis yang awalnya cerah itu berangsur memerah, bibirnya sedikit terbuka, peluh mulai bermunculan dan matanya sedikit berair. Gadis itu kepedasan. Dengan cepat ia meneguk es tehnya sampai tersisa sedikit-kit-kit, padahal batagornya belum habis. Masih tersisa separuh.
"Makanya, kalo nggak tahan pedes jangan ikut-ikutan. Sok-sok nantangin lagi," ujar Dewa santai sembari terus menyantap batagor yang membuatnya tergiur sejak masuk kantin tadi. Tanpa sedikitpun merasa kepedasan. Benar-benar tahan.
Cahaya sendiri tidak menyangka, makanan yang nampak biasa itu ternyata memiliki pedas yang luar biasa. Makanya, begitu melihat Dewa memesan makanan itu, ia berani ikut bahkan menantang lelaki yang ternyata lebih tahan daripadanya.
Cahaya tidak merespon, sekarang ia sudah menidurkan kepalanya sambil memukul-mukul meja kantin. Cantika yang tidak tegaan itu segera memesankan es teh lagi pada Bu Elisa.
Sementara Arden yang awalnya sibuk bermain ML, tiba-tiba tertawa begitu melihat wajah merah Cahaya. Imut-imut gimana gitu, katanya. Sukses Cantika memelototinya. "Kok malah ketawa, sih, lo? Kasian tau!"
Gadis itu tidak punya kesempatan untuk merespon obrolan Cantika dan Arden. Boro-boro merespon, telinganya saja sudah terasa panas dan seperti siap meledak. Air matanya mulai mengalir silih berganti. Ampun, rasanya ia tidak mau lagi memesan batagor neraka itu. Sepanjang hidupnya sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya [COMPLETED]
Teen Fiction⚠️PERINGATAN!⚠️ CERITA INI DIBUAT SAAT AUTHOR BELUM MEMAHAMI BETUL BAGAIMANA KAIDAH PENULISAN NOVEL YANG BAIK. JADI BAGI KALIAN YG TETAP INGIN MEMBACA, HARUS SIAP MENGHADAPI BANYAK KECACATAN DI DALAMNYA. MOHON KRITIK DAN SARANNYA. SEKIAN. TERIMA KAS...