Holaaa...
Selena balik lagi setelah beberapa hari nggak update, yeayyy😆😆😆
So, this is it... Gue persembahkan Chapter 8 Cahaya.
Sorry sempat diunpublish, gegara editannya eror...
Happy reading all...😊
⚫⚫⚫
Niken tetap sama. Tidak ada kabar.
Rumahnya kosong. Anak itu hanya menambah beban pikiran Cahaya dua hari terakhir. Apalagi Nio belum kapok mengganggu Cahaya yang kini duduk sendirian di bangku yang anak-anak sebut bangku keramat.
Kelas sepi, hanya ada dirinya dan beberapa tas yang ditinggalkan pemiliknya entah ke mana.
"Eh, si gagu udah dateng?" Sapa Nio dengan senyum yang tidak mengenakkan di mata Cahaya. Orang di belakangnya menyusul, Vano.
Memang, hari ini Cahaya berangkat sekolah lebih pagi. Ia takut bangkunya kembali disingkirkan oleh Nio, seperti kemarin. Semeja-mejanya juga hilang entah ke mana. Waktu istirahat juga, saat Cahaya sedang di kantin, ternyata diam-diam Nio menukar kursinya dengan kursi rusak yang ada di gudang. Jelas saja, Cahaya jadi jatuh terduduk dan menjadi bahan tertawaan satu kelas.
Heboh sekali.
Saking hebohnya, sampai-sampai suara mereka mampu menembus headphone milik Dewa yang sedang dipakainya sambil tidur. Dewa jadi kesal bukan main, makanya begitu suara anak Spade masuk ke telinganya, ia langsung membentak garang. "BRISIK!!"
Tidak perlu menunggu sampai sedetik untuk anak Spade diam. Begitu suara terakhirnya terdengar, menggelegar, mereka kompak langsung membungkam mulutnya.
"Kamu itu jadi cowok jahat banget, sih?"
Nio tertawa. "Neng Aya ngomong apa, sih? Nggak jelas deh!" Disusul tawa jahat milik Vano.
"Mana temennya? Kok udah dua hari nggak masuk?" Nio dengan lancang duduk di bangku Niken. Menatap Cahaya seperti predator yang sedang mengincar mangsanya. "Ditanya itu jawab dong."
Cahaya menggeser kursinya, tetapi terlambat. Vano lebih dulu menggeret kursinya ke samping Cahaya, menghimpitnya di antara dua bajingan Spade. "Mau ke mana lo? Udah, sini aja. Gue kangen rambut lo. Harum. Alus lagi."
Vano menciumi rambut Cahaya yang terurai itu. Buru-buru Cahaya menarik paksa rambutnya dari genggaman Vano yang ternyata semakin erat.
"Lepasin rambut aku!"
"Ngomong apa lo?" Sahut Vano mengejek.
"Ck. Neng Aya, udah deh. Nurut aja sama kita-kita. Daripada ntar neng nyesel." Kata Nio. Sekarang Nio mulai meraih tangan Cahaya. Gadis itu menepisnya keras.
"Wow. Mangsa baru abang berani juga ternyata." Ia terkekeh.
"Dari awal gue tau, lo emang beda. Makanya gue suka sama lo, terutama sama rambut lo." Cengkeraman tangan Vano pada rambut Cahaya semakin erat, membuat pemiliknya jadi sedikit kesakitan.
"Lepasin rambut aku!"
Sontak dua manusia itu tertawa, membuat pegangan Vano melonggar. Kesempatan bagi Cahaya untuk meloloskan diri. Secepat mungkin ia menarik rambutnya dan beranjak keluar dari himpitan makhluk-makhluk jahanam itu. Vano yang menyadari hal tersebut langsung tersentak seketika.
Sementara Nio hanya bergumam santai sambil memandang Cahaya dengan tatapan aneh. Firasat Cahaya benar-benar tidak enak sekarang. Ia merasa Nio bukanlah Nio yang seperti biasanya, yang kerjaannya hanya sekedar iseng mem-bully orang lain. Tatapan Nio seperti menunjukkan bahwa ia ingin lebih dari sekedar mem-bully. Entah lebihnya apa, Cahaya tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya [COMPLETED]
Fiksi Remaja⚠️PERINGATAN!⚠️ CERITA INI DIBUAT SAAT AUTHOR BELUM MEMAHAMI BETUL BAGAIMANA KAIDAH PENULISAN NOVEL YANG BAIK. JADI BAGI KALIAN YG TETAP INGIN MEMBACA, HARUS SIAP MENGHADAPI BANYAK KECACATAN DI DALAMNYA. MOHON KRITIK DAN SARANNYA. SEKIAN. TERIMA KAS...