Selen ga tau ini feel-nya dapet apa ngga, tapi entah kenapa gatel banget pengen pencet publish dari tadi pagi :v
Tapi tolong kasih komentar, ya. Kritsar seputar alur atau ejaan yang ga bener👌
Udah sih, itu aja.
Happy Sunday and happy reading all 😍
⚫⚫⚫
Kriiiinggg!!!
Kriiiinggg!!!
Tampak sebuah tangan terjulur keluar dari balik selimut, meraba-raba nakas di dekatnya seperti tengah mencari sesuatu.
Kriiiinggg!!!
Manusia di dalam balutan kain tebal itu mengerang, satu tangannya ia gunakan untuk menutupi telinga.
Kriiiinggg!!!
Gerakan tangannya semakin cepat dan liar. Disapunya permukaan nakas sampai benda incarannya tertangkap.
Kriii---
Fiuh ....
Gadis itu mengembuskan napas lega, lantas menyingkap selimut bersamaan dengan posisinya yang berubah duduk, membuat dunia bisa melihat tampilan wajah lugu yang terhias jejak liur dengan rambut kecokelatan yang kusut kasau.
Menguap sekali, Cahaya meregangkan badan sejenak sebelum tangannya refleks menyentuh kening. Hangat.
Sayangnya ini sudah hari Senin.
Kalau saja masih dalam masa liburan, ia pasti tak akan bersikeras bangun pagi-pagi begini. Karena jujur, kepalanya masih terasa agak berat walau sudah beristirahat selama empat hari.
Akibatnya, Cahaya tak memiliki waktu belajar yang cukup.
Selena menyuruhnya untuk libur saja, tapi ia tidak mau ketinggalan ujian.
Sungguh, membayangkan dirinya berada di satu ruangan bersama soal-soal dan guru yang akan mengawasi lebih ketat membuat Cahaya tak ingin mengalami fase seperti itu.
Makanya, sepulang dari rumah sakit, Cahaya membuka bukunya sesekali, membaca-baca sebentar dengan harapan otaknya mau diajak bekerja sama.
Semoga saja Tuhan memberinya kemudahan saat mengerjakan soal-soal itu nanti. Semoga.
Bangkit dari kasurnya, gadis itu pun bergegas mandi dengan air hangat, kemudian berganti pakaian.
Demi mengingat kejadian beberapa hari lalu di mana dirinya harus mengetahui rahasia besar itu, Cahaya berdiri di depan cermin full body-nya---sudah mengenakan seragam.
Kakinya mengambil beberapa langkah, mendekati cermin. Diam sebentar, ia memerhatikan seluruh bagian tubuhnya, terakhir iris cokelat terangnya.
Sejurus kemudian, Cahaya beralih memandang seluruh bagian wajahnya di mana senyum tipis mulai ia lepas perlahan-lahan.
Selena bilang, ia anak yang kuat. Seberapa pun berat masalah yang ia hadapi, wanita itu selalu memintanya untuk tersenyum.
Karena dengan begitu, maka sedikit-banyak beban yang Cahaya rasakan bisa terobati meski gadis kecilnya tahu, dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Kanker sedang menggerogoti tubuhnya dan untuk sementara ini hanya dapat ia lawan dengan obat dan rasa semangat sebelum dokter menetapkan jadwal kemoterapi yang harus ia jalani.
Entah sampai kapan Cahaya bisa bertahan, dirinya tidak tahu.
Yang jelas, ia tidak boleh sampai berubah. Ia harus tetap menjadi sosok Cahaya yang ceria, hangat, dan terus menebar kebahagiaan seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya [COMPLETED]
Teen Fiction⚠️PERINGATAN!⚠️ CERITA INI DIBUAT SAAT AUTHOR BELUM MEMAHAMI BETUL BAGAIMANA KAIDAH PENULISAN NOVEL YANG BAIK. JADI BAGI KALIAN YG TETAP INGIN MEMBACA, HARUS SIAP MENGHADAPI BANYAK KECACATAN DI DALAMNYA. MOHON KRITIK DAN SARANNYA. SEKIAN. TERIMA KAS...