MEB 9 - Kutup Es

709 49 0
                                    


"Jangan pernah jadi pelangi untuk orang yang buta warna."

- Author -

--------- ❇ ❇ ❇ ---------

KRIING! KRING!

Bel yang berbunyi dua kali, menyudahi segala kegiatan belajar mengajar dikelas bernuansa biru langit tersebut.

"Oke, kita lanjutkan pelajaran minggu depan." ujar bu Ajeng sembari membereskan buku.

"Denis, bisa bantu ibu untuk kumpulkan semua buku?" pinta bu Ajeng pada Denis yang kini menjabat sebagai ketua kelas.

Denis nampak terkejut, namun ia tetap mengangguk sambil tersenyum ragu "Bi-bisa, bu."

"Nanti tolong antar kemeja saya, ya. Ajak satu teman kamu untuk membantu."

"Iya, bu."

Bu Ajeng tersenyum "Terimakasih, Denis."

"Sama-sama, bu."

Sepeninggalan bu Ajeng, Denis langsung mengumpulkan semua buku paket milik teman-temannya diatas meja guru.

"Ra!" panggil Dennis gusar dengan wajah yang sudah pucat pasi .

Nara menoleh "Iya, Den."

Denis membasahi bibirnya yang kering "Bi-bisa bantu gue?"

"Bantu apa?"

"Tolong gue.... udah gak ketahan lagi." ujar Denis terlihat sedikit gemetar.

Nara menghampiri Denis dengan khawatir "Lo kenapa, Den? sakit?"

"Udah diujung." Denis memegangi perutnya seraya berkeringat.

"Wait, Denis lo kenapa woy?"

Denis menggeleng cepat. Wajahnya semakin pucat pasi. Dan...

Puutttt!

Itu suara?

"Astagfirullah!" Nara reflek menutup hidungnya menggunakan tangan.

Gas alam yang sedari tadi ditahan Denis akhirnya keluar dengan sangat kurang ajar. Seisi kelas bersorak heboh, tak terkecuali Nara yang berada paling dengan Denis.

"Ya Tuhan, Denis! Lo itu gak tau sikon banget, sih!" sorak Theresia yang duduk dekat meja guru.

"Iya, gak ada akhlak nya!" umpat Safa sembari menutupi hidungnya dengan tangan.

"Bocor banget lo anying!" Teriak Gala yang kursinya tepat dibelakang Denis.

"Sorry, guys. Gue bener-bener gak tahan lagi." Denis memegangi perutnya.

"Ra, lo kan wakil gue. Please..bantu gue!" imbuhnya sebelum benar-benar ngacir keluar kelas.

Nara berdecak ketika melihat tumpukan buku yang sudah tersusun rapi diatas meja guru. Nara sudah membayangkan seberapa berat buku-buku tersebut, kalau bukan kerena status wakil ketua kelas yang terpaksa ia emban, mana mungkin ia mau membawakannya. Ini semua gara-gara temen-temennya yang mempromosikan dirinya untuk jadi wakil ketua kelas. Sungguh Nara akan sangat mengingat jasa teman-temannya tersebut.

My Ex-boyfriends (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang