Nara berjalan melewati lapangan disekolah nya dengan Hoodie cream kebesaran yang nampak lucu ditubuh mungilnya . Berkali-kali ia menuruni sedikit roknya yang selalu naik karena Hoodie yang ia pakai menyentuh bagian bawah rok. Jangan lupakan pula payung putih bening yang ia pegang disebelah kanan membuatnya sedikit kesulitan ketika membenahi seragamnya.Pagi ini hujan. Entah sudah pagi yang keberapa dimana seorang Lenara Pradipta terjebak hujan saat ingin berangkat ke sekolah.
"Ra, lemes amat dah. Belum sarapan?" Goda Fifah yang membuat Nara berdecak kesal lalu menguncupkan payung dan menaruhnya asal dibelakang pintu.
"Morning, Bu wakil."
Nara menghentikan langkahnya, menoleh pada suara tak asing yang baru saja menyapa telinganya. Nara tersenyum tipis pada Denis yang sedang menggunakan Hoodie hitam lengkap dengan penutup kepalanya "Morning too, Pak ketua." Kemudian ia berjalan menuju bangkunya.
"Udah ngerjain tugas dari bu Dwi?"
Mendengar itu membuat Nara terdiam. Menatap kearah Fifah dengan alis bertaut "Emang ada, ya? Gue lup-- "
"Ditipu lo tu, Nara! Mana ada tugas dari bu Dwi. Orang bu Dwi aja cuti melahirkan." Potong Safa yang membuat Nara menatap Fifah tajam.
"Dih, mukanya pias banget. Beneran belum sarapan lo?"
"Berisik anjir!" Balas Nara ngegas yang disambut tawa menggelegar Fifah yang langsung mendapat perhatian dari seisi kelas dengan tatapan malas kemudian kembali sibuk dengan urusan masing-masing.
Nara yang baru saja mendaratkan bokongnya diatas kursi, tiba-tiba bangkit kemudian berjalan meninggalkan kelas dengan wajah datar. Mood-nya sedang tidak baik karena pagi buta Nathan sudah mengajaknya untuk adu mulut.
Bila orang lain berfikir Nara beruntung memiliki abang tampan seperti Nathan. Maka itu adalah salah besar. Sebab Nara merasakan kebalikannya. Nathan itu sangat menyebalkan dengan segala tingkah jahilnya.
"Mau kemana?" tanya Fifah yang membuat langkah Nara terhenti.
"Sarapan," jawab Nara singkat kemudian melanjutkan jalannya.
"Tunggu! Gue ikut!" Teriak Fifah sembari menodong Safa untuk meminta uang cash, sebab ia lupa untuk membawanya.
"Lo gak ikut?"
Safa menggeleng kecil. Lalu menoleh pada Hally yang sedari tadi hanya diam seperti sedang bergulat dengan fikirannya sendiri.
"Lo ajak temen lo yang satu ini. Gue takut dia kesurupan." Hally yang merasa tersindir, langsung menatap Safa tajam. Tak lama ia bangkit meninggalkan Fifah juga Safa yang terkikik geli.
"Tunggu Hally!" Pekik Fifah kemudian mensejajarkan langkahnya dengan Hally juga Nara yang ternyata menunggunya didepan kelas.
Sesampainya dikantin, Nara tersenyum tipis ketika menangkap sosok Bara yang sedang duduk di kursi kantin bersama ketiga temannya. Dan yang membuat Nara membelalakkan matanya adalah sebatang rokok yang kini bertengger disela jari Bara.
"Mau kemana?" tanya Hally yang kini menahan tangan Nara yang hendak melangkah menuju meja Bara and the geng.
Gadis itu tersenyum miring. "Mau nyapa mantan dulu."
Hally menggeleng, tanda tak memberi izin pada Nara.
Nara tersenyum manis seraya mencoba melepaskan genggaman Hally ditangannya. "Bentar aja, sayang. Jangan posesif gitu, ah." Mendengar itu sontak membuat Hally menghempaskan tangan Nara kasar. Sementara Nara hanya tertawa kecil, kemudian dengan santai berjalan menuju Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex-boyfriends (On Going)
Fiksi RemajaFOLLOW DULU SEBELUM BACA ☺️ MARI SALING MENGHARGAI SEBUAH KARYA 🤗 - - Siapa yang tidak sakit hati bila kita diputuskan secara sepihak? Hal itu dirasakan oleh Nara. Kekasihnya yang sudah satu tahun bersama dengan tiba-tiba mengakhiri hubungan mereka...