Bagian Satu

16.7K 676 54
                                    

#Insting_Wanita (1)

***

Percaya atau tidak, insting wanita bisa setajam agen rahasia CIA. Aku pernah hampir melabrak perempuan hanya bermodal coretan di notes suamiku. Semacam kode yang ditulis perempuan itu, entah kenapa aku begitu yakin dia menaruh rasa pada pasanganku.

Namanya Evi, tapi aku lebih suka memanggilnya Evil. Janda dengan dua orang anak yang bekerja di tempat sama dengan suamiku. Saat itu suamiku dan dia sama-sama bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan konstruksi. Masih muda, umurnya di atasku dua atau tiga tahun saja. Tak terlalu cantik, tapi dia bisa bermain apik.

Membungkus rencana busuknya dengan balutan persahabatan. Omong kosong! Mana ada seorang pria dan wanita dewasa bisa bersahabat tanpa ada rasa yang luar biasa.

Dasar suamiku terlalu lugu atau dia berpikir aku tak akan tahu, setiap pulang kerja, ia selalu menceritakan segala aktivitasnya. Selalu saja ada nama Evil terselip dalam kisahnya.

Saat ia masuk ke kamar mandi. Aku mulai bergerilya memeriksa setiap barang bukti di tas kerja. Tak satupun luput dari pencarianku. Hingga aku terhenti pada sebuah catatan di notes suamiku. Aku kenal sekali tulisannya, dan ini pasti milik orang lain. Tarikan penanya rapi dan sedikit meliuk. Tertulis beberapa nama, aku kenal semua. Yang menarik, nama Evi Susanti dan Pramono Susanto seperti sengaja ditulis berdekatan. Ada tanda panah di samping nama suamiku. Seakan dia berusaha mengirimkan Cupid untuk memanah cinta suamiku.

"Langkahi dulu mayatku!"

Saat suamiku keluar kamar mandi, langsung kucecar dengan peluru pertanyaan bertubi-tubi. Aku tak suka memendam tanya terlalu lama. Spekulasi di otak bisa membuatku gila.

"Ini tulisan siapa?" Ia mengernyitkan dahi.

"Oh, itu tulisan karyawan baru yang aku ceritakan tadi. Aku yang menyuruhnya mencatat nama dan nomer HP karyawan yang baru. Kan HP aku ketinggalan pagi tadi. Emangnya kenapa?" tanyanya menyelidik. Aku menyerahkan hasil investigasi.

"Jauhi Evil itu, maksudku Evi. Lihat, buat apa dia tuliskan juga namamu di sini?" Dia menggaruk kepalanya.

"Udah ah. Jangan suudzhon. Mungkin dia gak paham instruksiku tadi. Makan yuk. Aku lapar."

Setelah penemuan itu, aku semakin waspada. Aku percaya pada suamiku tapi sama sekali tidak pada jalang itu. Ada sedikit kekhawatiran, bila suatu saat suamiku akan membalas rasa padanya. Seperti kata pepatah, witing tresno jalaran saka kulino.

Aku semakin gencar menghujaninya dengan perhatian. Hampir setiap jam aku sempatkan mengirim pesan dan saat istirahat, ia akan menelpon untuk memastikan aku sudah makan siang. Kadang kami makan bersama dan bercanda lewat sambungan telepon.

Namun ada yang aneh hari ini, semua pesanku tak satupun berbalas.  Saat jam istirahat, aku memutuskan untuk menelponnya. Cukup lama aku menunggu hingga akhirnya telepon diangkat, tapi tak ada suara. Kurang dari satu menit sambungan terputus.

Kupencet lagi nomor yang telah hapal luar kepala. Tak lama diangkat dan itu suara wanita. Tak perlu waktu lama untuk mengenali siapa pemilik suara itu. Bahkan walau tak sekalipun aku bertemu dengannya, aku yakin itu Evil.

"Siapa kau? Kenapa HP suamiku ada sama kau?" Kubentak suara salam yang mendayu-dayu itu.

"Maaf, Bu. Saya Evi. Pak Pram lagi sibuk. Hpnya ketinggalan di meja saya tadi." Seperti ada sesuatu yang terbakar di dada sebelah kiri. Aku menarik napas mengatur emosi. Tak boleh, perempuan ini tak boleh merasa menang. Jika aku melabraknya sekarang, ia akan bermain peran di hadapan suamiku.

"Ehm. Yasudah. Salam kenal ya, Evi. Nanti kasi tau Pak Pram, tadi istrinya nelpon." Airmata berlomba keluar seakan telah lama tertahan bendungan. Kutekan dada kuat demi mengurangi rasa sesak. Pikiranku kalut, rasa percaya diriku tercerabut sampai ke akar.

Insting WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang