[9] Teduh~ Fight

45 9 3
                                    

tak lama mas mas tadi memanggil Teduh

"dik, ini motornya udah" panggil mas mas itu

"iya mas makasih" sahut teduh sambil memberikan uang selemberan 

"iya sama sama" jawab mas mas itu

Teduh pun pergi dari bengkel itu, dan segera menuju kerumah

tak lama kemudian

bruuk..k  suara hantaman kedua motor, dan salah satunya adalah motor Teduh, dan yang satunya adalah Badai, 

Badai pun turun dari motornya, dengan wajah yang sangat marah

"ehk lho kalo jalan tuh liat liat, nggak liat apa ada orang disini" marah Badai pada Teduh

"maaf aku nggak sengaja, tapi tadi kamu yang nabrak aku" sahut Teduh

"apa kato lo? gue yang nabrak lo?, lo saat ini sedang berurusan dengan orang yang salah" balas Badai

"iya maaf aku nggak sengaja" ujar teduh dengan wajah datarnya

tiba tiba dari kejauhan nampak Bayu dan Langit sedang berboncengan dengan motor vespa, dan sedang menuju ketempat badai dan teduh

"hai badai, teduh" sapa Langit

"hi" dibalas dengan senyuman oleh teduh

"ada apa nih?" tanya Bayu

"ini nih, sok yes, sok cool,nyari masalah aja, padahal murid baru" jawab

"ada apa ini sebenarnya?" tanya Langit dengan bijak nya

"kan gini, aku tadi ngendarain motor, terus tiba tiba badai nyerempet aku dari samping, terus dia marah marah" jelas Teduh

" jadi kamu badai yang salah" ucap bayu

"ouh jadi kalian njgebelain dia, dari pada aku? oke" bentak Badai

" kalo lo berani, besok malem lo, ke jalan veteran temuin gue disitu, pake motor sport lu kita beatle!" sambungnya, dan dia langsung pergi meninggalkan Teduh, Bayu, dan Langit

setelah badai pergi langit pun berkata

"udah lo ikutin aja, dari pada tambah panjang masalahnya" 

"iya deh" balas teduh

"aku pulang duluan ya, makasih" sambungnya

Teduh pun meninggalkan Langit dan bayu

sesampainya dirumah...

"assalamualaikum" ucap teduh saat membuka pintu

"waalaikumsalam" balas bi ussy 

"mana mama bi?" tanya teduh

"mama, nggak pulang den" jawab bi ussy

tak lama teduh masuk kamar, dan mengeluarkan buku harianya, dan dia menuliskan subuah surat

Teruntuk ibuku yang paling kusayangi..

Ibu,

Apa kabar ? Aku harap ibu dalam keadaan yang sempurna, tetap pada lindungan sang kuasa, amin

Ibu,

maafkan kesalahanku selama ini, belum bisa menjadi anak yang baik dimata ibu. Dulu, aku sering tak menghiraukan jikalau ibu menyuruhku untuk tidur siang, aku juga sering tak izin jika aku bermain ke rumah temanku dan membuat ibu khawatir, bahkan aku pernah meninggalkan ibu saat sakit demi acara rekreasi sekolah yang sebenarnya bisa aku tinggalkan, padahal jika aku sakit ibu lah satu-satunya orang yang selalu disibukkan karenan keinginanku yang tak kunjung habis. Sungguh, maafkan aku ibu,

ibu,

mungkin aku adalah anak sulung yang paling tak tahu diri, Karena aku belum bisa menemani ibu seutuhnya dan membimbing adikku seperti harapan ibu. Saat aku pulang, seringkali aku menangis, melihat raut wajah ibu yang terlihat semakin melipat, keriput. Mengingat betapa besar perjuangan ibu untuk menjadikanku manusia seutuhnya. Ingin rasanya aku tak kembali untuk menuntut ilmu di pesantren, agar aku bisa menemani ibu sepenuhnya tapi ibu pula lah yang meminta agar aku tetap menuntut ilmu. Aku tahu, seringkali ibu merasa kesepian saat ayah bekerja dan adik-adikku sekolah. Tapi ibu tak pernah mengeluh, ibu tetap menyuruh kami bersekolah, bahkan ibu berusaha menghilangkan kesepian itu dengan mengerjakan berbagai hal yang menyibukkannya.

Ibu,

Sekarang adalah hari dimana semua anak memberikan barang yang berharga untuk ibunya, begitupun denganku. Namun apalah, aku tak punya cukup uang untuk membelikan ibu barang yang berharga. Aku hanya memiliki untaian kata yang selama ini telah membuat hati kecilku menangis saat menyadari bahwa lisan ini tak mampu mengungkapkannya, maafkan aku ibu,,

Ibu,

Entah harus bagaimana langkahku untuk membalas semua kebaikan ibu kepadaku selama ini. Aku tak punya nyawa yang kuat seperti saat ibu melahirkanku di dunia ini, tak pula mempunyai kasih sayang yang besar seperti belas kasih ibu kepadaku, bagitupun dengan materi. Aku tak punya uang banyak untuk memenuhi keinginan ibu yang tertunda karena kebutuhanku, tapi aku punya masa depan bu, aku ingin masa depanku hanya untuk ibu, menempuh cita seperti harapan ibu kepadaku. Seperti rentetan doa yang ibu haturkan kepada Allah untukku. Aku ingin seperti yang ibu harapkan. Menjadi orang yang bermanfaat bagi agama dan Negara.

Terimakasih ibu,

*bersambung

TEDUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang