11. Percaya

342 59 237
                                    

"Semoga kau tidak menghancurkan kepercayaanku, karena menghancurkan kepercayaan hanya butuh satu detik."

Happy Reading

Ify yang mendengar penjelasan dari Dean pun tertawa terbahak-bahak, "kasian banget sih."

"Iya lah demi lo gue nahan malu. Mana ada Deo sama Doran juga tadi. Untung aja nggak ada guru. Kalo ada bisa dicengin terus nanti."

Ify kembali tersenyum. Dean sangat baik padanya. Baginya Dean ini multifungsi. Bisa menjadi apa saja. Bisa menghiburnya, bisa menjaganya, walaupun dalam hal-hal sepele tapi bagi Ify ini sangat berarti. Kalau saja tidak ada Dean, entah apa yang akan Ify perbuat saat ini selain menunggu teman-temannya.

"Iya udah. Lo bisa nunggu di luar dulu nggak? Soalnya gue mau bersihin brankar yang kena darah tadi. Nanti kalo udah selesai gue panggil," pinta Ify.

"Iya dah."

"Jangan ngintip, ya. Jagain pokoknya," kata Ify sembari berjalan ke toilet yang ada di UKS.

"Iya, Fy, iya." Dean pun berjalan menuju keluar, duduk di bangku yang sudah disediakan di depan UKS. Mulai merilekskan tubuh dan pikirannya. Dean berpikir kalau saja bukan untuk Ify dia tidak akan mau melakukan semua ini.

"Gini banget kalo udah bucin," batin Dean.

Tiba-tiba terbersit di pikiran Dean tentang rok Ify yang terkena darah haidnya. Ify pasti malu jika harus keluar dengan roknya yang seperti itu. Tanpa berpikir lama, Dean menemukan sebuah ide. Dia langsung pergi ke kelasnya. Mengganti bajunya dengan seragam putih biru. Kemudian kembali lagi ke UKS dengan membawa baju olahraganya tadi.

Saat ingin membuka pintu UKS, Dean terkejut saat pintunya terbuka dan hanpir saja bertabrakan dengan Ify yang tiba-tiba muncul. Mereka sama-sama terkejut dan terjadilah kontak mata. Saling tatap-tatapan beberapa detik tanpa berkedip.

"Udah?" tanya Dean memecah lamunan.

"Hah? Eh udah," jawab Ify sedikit canggung.

"Rok lo udah dibersihin?"

"Udah tapi masih basah," jawab Ify.

Dean pun memberikan baju olahraganya pada Ify. Ify yang melihat hal itupun melempar tatapan bingung.

"Baju lo? Buat?" tanya Ify yang tidak mengerti.

Bukannya menjawab, Dean malah jongkok ksatria, mengalungkan bajunya di pinggang Ify, menutup bagian rok Ify yang basah, kemudian mengikatnya. Ify hanya diam, melihat apa yang dilakukan Dean padanya.

"Nah, aman kan?" Dean pun kembali berdiri.

Ify melihat ke rok belakangnya yang sudah tertutup dengan baju Dean. Kemudian, dia tersenyum.

"Aman banget ini mah. Pinter banget sih," puji Ify sambil berputar-putar seperti sedang mengenakan gaun putri.

"Dean gitu. Udah cakep, pinter, siapa coba yang nggak demen."

"Iya gue juga demen. Demen nampolin muka lo."

"Nampol pake cinta enak, Fy," goda Dean.

MASK LOVE [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang