6.Peluk

447 140 164
                                        

"Rasa cinta ini lebih besar daripada kecanggungan ini."

Vote sebelum membaca😘

Ayii beralih menatap paket kertas milik Ify yang duduk di belakangnya.

"Wahh lo sama nih kaya Ify!" kata Ayii setelah melihat paket ujian milik Ify.

"Ciee.. jodoh."

Ify hanya diam, dia sedang tak mau berdebat dengan siapa pun sekarang, dia tidak mau menghilangkan konsentrasinya dalam mengisi soal ujian ini. Meskipun hatinya kini lumayan senang karena perkataan Ayii tadi.

20 menit kemudian, Ify sudah selesai menjawab semua soal nya, yaitu 50 soal.

*****

Waktu terus berlalu, beberapa mata ujian sudah diujiankan hari ini. Wajah para peserta ujian tidak secerah tadi pagi, mungkin ini termasuk efek dipusingkan oleh soal-soal tersebut. Para peserta ujian sudah diperbolehkan pulang. Ify pun segera mengemasi alat tulis nya.

"Mau pulang bareng gue ngga?" kata Dean.

"Hah?" tanya Ify kaget yang melihat Dean tiba-tiba ada di sampingnya, terlebih lagi Dean mengajaknya pulang bersama. Kini jantungnya kembali memompa dengan cepat. Selalu saja, apapun yang berhubungan tentang Dean pasti jantungnya berdegup kencang.

"Dih, budeg," kata Dean sambil tertawa kecil.

"Dih, ngeselin." Ify mencubit lengan cowok tersebut.

"Awh... Sakit, Fy."

"Lah yang bilang enak siapa?"

"Kaga ada si," jawab Dean pasrah.

Ify tertawa kecil, "lo mau anterin gue pulang? Emang bisa bawa motor? Emang lo bawa motor?"

"Ya bisa lah, ya bawa lah," jawab Dean mantep.

"Dih, sok iye." Ify memakai tasnya setelah memastikan alat tulisnya sudah tersimpan rapi di tasnya. Ify bingung harus bersikap seperti apa, sangat canggung. Ini juga momen langka baginya, diantar pulang oleh seorang cowok, apalagi cowok itu adalah cowok yang disukainya.

"Emang iye."

Ify melihat ke sekeliling, mendapati ketiga sahabatnya itu sedang menyimpan papan ujian mereka di laci meja Ayu, laci meja Ayu terbilang rapi dan bersih, suatu keberuntungan juga bagi Ayu mendapat meja seperti itu di ruangan ujiannya. Mereka sengaja meninggalkan papan ujian mereka karena tidak mau ribet membawanya pulang dan besok harus membawa lagi ke sekolah. Begitupun dengan Ify, Ify menitipkan papan ujiannya pada Ayii untuk diletakkan di laci meja Ayu.

"Tunggu Livia, Ayu, sama Ayii dulu. Ya kali gue ninggalin mereka kan," jawab Ify.

"Setia amat." Dean memilih duduk di bangku Ayii, menghadap ke belakang, ke arah Ify tepatnya. Alhasil mereka saling tatap-tatapan selama beberapa detik.

"Apa lo liat-liatin gue?" Sial, Dean sangat suka membuatnya salah tingkah.

"Kenape emang? Salting lo?"

"Dean, gue cubit lagi nih lo," ancam Ify dan membuat Dean tertawa puas.

"Ngapa sih demen bener nyubit-nyubit?" Pipi Ify memerah, kini tangannya sudah basah dan dingin. Ify emang tipikal orang yang seperti itu, tangannya dingin dan basah saat dia merasa cemas dan takut. Saat jantungnya berdegup kencang, itu juga membuatnya berkeringat dingin.

MASK LOVE [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang