E L E V E N

1.4K 94 3
                                    

Hari semakin gelap. Tugas matahari telah digantikan oleh sang rembulan yang bersinar terang. Tetapi tidak bagi hati Agatha. Saat ini ia ketakutan ditengah gelapnya malam.

Saat mencari kayu bakar di hutan, Agatha tersesat terlalu dalam. Ia bingung mencari jalan keluar. Senter yang ia bawa perlahan-lahan mulai tak seterang tadi. Handphonenya? Jangan tanyakan. Ini hutan, jadi mana ada sinyal didalam hutan ini.

"Mama, Agatha takut" lirih Agatha. Perasaannya kini campur aduk. Ia takut kegelapan. Rasanya ia menyesal telah memilih untuk membantu orang yang menyuruhnya mencari kayu bakar ini.

Agatha masih terus berjalan masuk kedalam hutan. Keadaannya sungguh kacau.

Agatha melihat pohon besar, sesegera mungkin Agatha berjalan mendekati pohon itu. Dia duduk bersandar pada batangnya. Ia meluruskan kaki nya yang terasa pegal karena dibawa jalan dari tadi.

"Tolongin Agatha" lirihnya entah pada siapa.

***

"Agatha mana nih?" Tanya Dinar. Ia dari tadi mencari-cari keberadaan Agatha.

"Gak tau , tadi katanya sih pengen jalan-jalan bentar eh sampe sekarang kok gak balik yah" sama dengan Dinar, Liviya juga bingung.

"Nyasar kali" celetukan dari Tiara membuat Dinar dan Viya kompak menoleh kearahnya.

"Ngaco lo Ra" ucap Dinar. Ia jadi khawatir apa yang di ucapkan oleh Tiara benar.

"Kita ke depan yuk cari Nathan atau siapa gitu" ajak Viya. "Perasaan gue gak enak nih" sambungnya.

Lalu ketiganya pun keluar dari tenda dan menemui pak Ahmad.

"Pak, Agatha dari kelas XI IPA 1 sudah lama tidak kembali pak. Gimana ini?" Tanya Dinar.

"Apa? Emang tadi dia kemana?" Tanya Pak Ahmad.

"Dia cuma bilang mau jalan-jalan bentar pak, sampe sekarang gak balik-balik. Gimana nih pak?" Tanya Viya.

"Yasudah kalau gitu saya akan menggerakkan anak osis untuk mencari keberadaan Agatha." Jelas pak Ahmad.

Mendengar nama Agatha, empat laki-laki tampan langsung menoleh kearah suara. Zilly, Riel, Jovian dan Nathan sama-sama mengernyitkan dahinya bingung. Agatha hilang kemana? Pikir mereka.

Akhirnya Jovian maju mendekati Pak Ahmad.
"Biar saya aja pak yang mencari Agatha." Tawar Jovian. Ia juga khawatir pada Agatha.

"Kamu siapa? Kamu bukan dari sekolah kami kan?" Tanya Pak Ahmad yang bingung melihat siswa dihadapannya saat ini.

"Iya pak, saya Jovian anak Dharma Yudha. Saya temannya Agatha pak. Biar saya saja ya pak yang cari Agatha" tawar Jovian sekali lagi.

Baru saja pak Ahmad akan menjawab, sebuah suara mengurungkan niat pak Ahmad untuk bersuara.

"Saya juga pak" suara Riel itu membuat beberapa pasang mata menoleh kearahnya dengan raut wajah terkejut. Riel yang terkenal tak peduli apapun selain buku kini mengejutkan semua orang dengan mengatakan ingin menolong seorang Agatha.

"Saya juga bakalan ikut nyari pak" suara berat khas Zilly juga mengurungkan niat Pak Ahmad untuk berbicara.

Setelah dirasa tak ada lagi yang akan memotong pembicaraannya, pak Ahmad akhirnya membuka suara.

My Cold SeatmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang