Curhat & Kabar Syifa-14

777 25 1
                                    

Zikri hanya menggeleng, dan tak ingin menceritakan masalahnya pada kakaknya.
"Kalo ada masalah, bicara aja sama kakak. Lagipula menyimpan kesedihan sendiri tanpa berbagi cerita sama orang lain, nggak bagus tau... Nanti malah jadi tekanan batin". Jelas Amanda.
Kakak Zikri ini memang terkadang menyebalkan, tapi sebenarnya jika ada yang sedang curhat dan berbagi cerita dengannya, dialah pendengar yang paling terbaik di dalam keluarga Zikri.
Zikri menganggukan kepalanya dan dia memutuskan untuk menceritakan semua masalahnya pada kakaknya.
"Jadi gini kak...."

*****
Setelah selesai menceritakan semua...
"Oh..., Jadi si Syifa kecelakaan? Kabarnya gimana sekarang? Terus tante Intan salahin kamu?". Tanya Amanda.
"Iya kak. Padahal sebelum itu, aku sama Syifa lagi bernostalgia. Kabar Syifa sih terakhir aku lihat masih kritis". Jawab Zikri.
"Astagfirullah kasihan, Syifa. Nostalgia? Di mana? Cafe Pelangi atau taman Indah?". Tanya Amanda lagi.
"Dua-duanya, kak. Dan Syifa kecelakaan di taman Indah". Jawab Zikri sembari menundukkan kepalanya.
Amanda menepuk pelan bahu Zikri dan mencoba untuk tak bertanya lagi, karena dia tahu adiknya itu akan bertambah sedih dengan pertanyaannya.
"Udah ya, sekarang kamu tidur. Besok kita jogging mau nggak?". Amanda berusaha menghindari pembicaraan tentang Syifa.
"Liat besok aja deh, kak. Aku capek mau istirahat". Jawab Zikri.
"Oh ya udah deh. Kakak mau ke dapur dulu ya, mau masak buat Nichole!". Amanda keluar dari kamar Zikri dan membiarkan Zikri beristirahat.

*****
Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu, keadaan Syifa mulai membaik. Tiap hari teman-teman SMA nya bergantian menjenguk dan membawakan buah-buahan untuk Syifa.
Syifa sudah dipindahkan ke ruang rawat. Jadi, orang tuanya dapat terus menemani Syifa dan tidak perlu menunggu jam besuk.
"Nggak enak!". Itulah kata yang dilontarkan Syifa ketika disuapi bubur ayam oleh mamahnya.
"Paksain, nak. Kamu itu kan baru makan dua suap". Ucap mamahnya sembari jarinya menunjukkan angka dua.
Syifa menggelengkan kepalanya sembari menutup mulutnya rapat-rapat. Mamahnya mendengus kesal.
"Mah". Panggil Syifa.
"Apa, nak?". Tanya mamahnya.
"Kok Zikri nggak kesini ya? Harusnya kan dia jenguk, Syifa!". Jawab Syifa dengan pertanyaan.
Mamah mengatupkan bibirnya tanpa suara.
"Mamah kok diem?! Jawab mah!". Pinta Syifa sopan.
"Zikri pergi, nak". Jawab mamahnya.
"Pergi kemana, mah?". Tanya Syifa penasaran.
"Zikri pergi ke Amsterdam". Jawab mamahnya ragu. Karena dia takut Syifa kecewa.
Tak ada kata-kata lagi. Syifa diam. Sepertinya dia tak percaya dengan perkataan mamahnya.
"Mamah bohong!". Ucapnya bergemetar. Sebulir air mata mengalir di pipinya yang chubby.
Mamahnya menundukkan kepala. "Kamu jangan marah, ya. Sebenarnya mamah yang nyuruh dia untuk jangan deket-deket sama kamu lagi, karena gara-gara dia kamu jadi kayak gini!. Tapi mamah nggak nyuruh dia sampe ke Amsterdam, kok!". Jelas mamahnya.
"Bukan Zikri, mah. Bukan dia yang penyebab aku jadi kayak gini!. Ini tuh ulah aku sendiri, dia itu sebenernya udah larang aku untuk jangan ke Taman Indah, karena dia tahu dia sudah dititipkan amanah sama mamah untuk jagain Syifa dan jangan pulang malam!". Jelas Syifa juga.
Mamahnya mengatupkan bibirnya tanpa suara. "Maafin mamah ya, Syifa!".
Syifa menangis. "Kalo udah gini, Zikri nggak akan bisa balik lagi, mah!". Ucapnya.
Mamahnya memeluk erat Syifa yang sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Syifa terus saja menangis.
"Mamah kan tahu, Zikri itu sahabatnya, Syifa!. Jadi, dia nggak mungkin mau nyakitin ataupun nyelakain, Syifa!". Jelas Syifa.
"Iya, nak. Saat itu mamah sedang terbawa emosi, maafin mamah ya". Mamahnya sangat menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya.
"Mamah". Panggil Syifa. "Kapan aku bisa keluar dari rumah sakit ini?". Tanyanya.
"Mamah nggak tau pasti, nak. Tapi yang pasti kamu akan segera pulang!". Jawab mamah.
"Semoga aku cepet-cepet deh keluar dari rumah sakit ini!". Ucap Syifa.
"Iya, nak. Aamiin...".

Dear Sahabat [Sahabat Tapi Cinta] Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang