Amsterdam, Belanda.
Rumah nenek Zikri.
Pada pagi hari seperti biasa Zikri dan keluarga sarapan pagi di ruang makan. Tapi, hari ini Zikri belum terlihat. Dia masih sibuk mencari sesuatu di kamarnya.*****
Ruang kamar Zikri.
"Anjrit!, Kok handphone lama gue nggak bisa nyala sih!". Teriaknya sembari menggaruk kepala yang tidak gatal, dengan raut wajah kebingungan.
"Zikri...". Teriak kak Amanda dari luar kamar.
"Apa kak?!". Tanya Zikri sembari terus mencoba menyalakan ponsel lamanya yang mati daya.
"Makan dulu...". Jawab kak Manda.
"Iya, kak. Duluan aja lu, gue lagi sibuk...". Ucap Zikri.
"Iih... Sibuk ngapain sih?!, Sok sibuk lu!". Tanya kak Amanda kesal.
"Udah ah!. Bawel lu!". Jawab Zikri, dan setelah terpikir sesuatu dalam benaknya.
Apa gue tanya kak Manda, ya!. Handphone gue kenapa kayak gini!. Coba ah gue tanya!. Pikirnya.
Zikri keluar dari kamar, dan melihat kak Manda yang masih menunggunya di depan kamar dengan raut wajah yang menyeramkan.
"Kak..". Sapa Zikri manis.
Amanda menatapnya sinis.
"Biasa aja dong...". Ucap Zikri sembari memencet hidung kak Amanda.
Amanda melepaskan tangan Zikri dari hidungnya. "Ihh... Rese banget sih lu!".
Zikri tertawa geli melihat hidung kakaknya yang memerah itu.
"Udah gc turun! Kalo bukan karena disuruh nenek, gue nggak mau deh nyamper lu!". Jelas Amanda.
"Iya-iya bawel!".
Zikri masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil jaket dan ranselnya, dan keluar lagi. Lalu, dia dan Amanda bergegas ke ruang makan.
Setelah selesai makan, Zikri segera berpamitan pada orang tua & neneknya, dan bergegas pergi ke sekolahnya untuk latihan basket.*****
Hotel Amsterdam.
Ruang Syifa...
Terlihat di dalam kamar, Syifa sepertinya sudah bersiap-siap ingin pergi ke luar.
"Gue ke rumah nenek Zikri, atau ke sekolah Zikri ya?". Tanyanya bingung. "Ahh udah lah, gue jalan aja dulu". Lanjutnya.*****
Syifa keluar dari kamar hotelnya, dan segera memanggil taksi.Saat diperjalanan...
Syifa melihat sebuah gedung sekolah di Amsterdam yang cukup besar dengan spanduk nama yang bertuliskan "High School Amsterdam". Sekolah yang terkenal di Amsterdam.
"Lho? Ini kan sekolah, Zikri!". Ucap Syifa.
Syifa menghentikan taksinya tepat di depan gerbang pintu sekolah tersebut.
Dia meminta izin pada penjaga sekolah, dan masuk ke dalam untuk mencari Zikri.*****
High School Amsterdam.
Syifa telah sampai di depan sebuah ruang yang tempatnya terbuka. Itu adalah ruang basket.
Basketball Room.
Syifa masuk ke dalam ruang tersebut. Dan dilihatnya...
Sesuatu yang mengejutkan, yang tak pernah sama sekali Syifa bayangkan.Tanpa disadari sebulir air mata mengalir di pipi chubby Syifa. Seketika hatinya perlahan-lahan mulai hancur, yang dirasakannya sekarang adalah sakit hati & kecewa. Itulah yang Syifa yang rasakan saat ini. Ketika dia melihat Zikri sedang berpelukan dengan seseorang wanita cantik yang kira-kira umurnya setara dengan Syifa.
Zikri baru tahu kalau Syifa sudah sedari tadi berdiri tak terlalu jauh darinya. Lalu dia memanggil sahabatnya itu.
Zikri terperanjat. "Syifa". Panggilnya kecil.
Zikri melepas pelukan itu, dan pandangannya lurus-lurus pada Syifa.
Tanpa menghampirinya, Syifa bergegas keluar dari ruang itu. Zikri mengejar Syifa. Tapi, Syifa sudah lebih dulu naik taksi. Zikri segera mengambil motor kesayangannya sekarang di Amsterdam, dan segera melajukan motornya untuk mengejar Syifa.*****
Hotel Amsterdam.
Syifa turun dari taksi dan Zikri juga turun dari motornya.
"Syifa...". Panggilnya.
Tapi, Syifa tak mau menoleh pada sahabatnya itu yang sudah mengecewakan dan menyakiti hatinya. Dia segera masuk ke dalam hotel dan menuju ruangnya. Zikri terus mengejarnya, hingga dia terhenti di depan kamar hotel Syifa.
"Syifa, Buka pintunya dong...". Pinta Zikri sembari mengetuk pintu kamar hotel Syifa.
Tapi, tak ada jawaban dari Syifa.
"Kamu salah paham, syif. Saya tuh tadi—".
Syifa membuka pintunya.
"Udah ngk usah jelasin, sekarang pokoknya kita nggak usah ketemu lagi. Ternyata bener kata mamah, lebih baik aku nggak usah kesini!". Potong Syifa.
"Syif, tapi kamu itu salah paham. Tadi tuh nggak seperti apa yang kamu bayangin". Jelas Zikri.
Syifa tak peduli dengan penjelasan yang di katakan oleh Zikri. Dia pun segera menutup pintu lagi dan masuk ke kamarnya.
"Seterah kamu mau berfikir apapun tentang saya. Tapi, yang pasti saya nggak mungkin akan ngecewain kamu. Maaf saya nggak bisa chat kamu, karena handphone saya rusak. Dan saya juga nggak tahu kalau kamu sudah ada di Amsterdam". Jelas Zikri.
Dan dia bergegas ke luar hotel dan pergi dengan motornya.*****
Rumah Nenek Zikri.
Zikri mematikan mesin motor dan segera turun dari motornya. Lalu masuk ke dalam rumah dengan raut wajah yang tak mengenakan.
"Assalamu'alaikum".
"Wa'alaikumsalam". Jawab nenek yang sedang membaca koran berbahasa Indonesia. "Lho, sudah selesai latihannya?". Tanya nenek.
"Udah, nek". Jawab Zikri sembari menaruh ransel berwarna coklat mudanya.
"Tumben cepat". Ucap neneknya heran.
"Iya, nek. Tadi coach nya nggak ada, jadi dicepetin latihannya". Jelas Zikri berbohong pada neneknya. "Udah ya, nek. Aku mau ke kamar, mau istirahat". Lanjutnya.
"Iya, nak. Sana kamu istirahat ya". Jawab nenek.
Zikri bergegas menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Sahabat [Sahabat Tapi Cinta] Selesai✓
Novela JuvenilSalahkah bila ku mencintai sahabat kecilku sendiri? Salahkah bila kami berdua saling mencintai? . . . Kisah cinta dua orang sahabat. Dear Sahabat (Sahabat Tapi Cinta) ~Zikri Athala Prasetyo (Zikri Daulay) ~Adinda Syifa Alvira (Syifa Hadju) ~Angga...