Zikri & Syifa ke Jakarta-23

829 25 0
                                    

Jakarta, Indonesia.
Rumah Syifa.
Pukul : 19.30wib.
"Assalamu'alaikum". Wajah Syifa terlihat sangat lemas.
"Wa'alaikumsalam". Jawab mamahnya tanpa menoleh.
"Mah, ini Syifa". Ucapnya.
Mamahnya menoleh. "Hah? Syifa? Anak mamah yang cantik ini pulang!". Mamahnya tertegun dan spontan menghampiri & memeluk Syifa.
"Iya mah, Syifa pulang". Jawabnya tersenyum samar.
"Kok sebentar, nak. Nggak betah di Amsterdam? Atau Zikri bikin kamu sedih lagi?". Tanya mamahnya.
"Nggak kok mah. Aku kangen aja sama mamah". Jawab Syifa berbohong pada mamahnya.
"Aduh... Ya ampun. Ya udah sana kamu istirahat ya sayang". Pinta mamahnya sembari mengelus pelan rambut Syifa.
Syifa mengangguk "Iya mah".
Syifa segera menuju kamarnya dan meletakkan koper nya di dekat lemari pakaiannya. Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidurnya yang sudah beberapa hari tak ia tempati.
Tak disengaja, Syifa membuka galeri dan melihat-lihat foto kebersamaannya dengan Zikri sembari tersenyum.

"Ini foto gue sama Zikri, waktu gue lagi kerkom di rumah Ucup dan Zikri nemenin gue di situ sampe selesai"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini foto gue sama Zikri, waktu gue lagi kerkom di rumah Ucup dan Zikri nemenin gue di situ sampe selesai". Ucapnya mengingat. "Waktu Zikri masih sekolah di SMA Garuda juga". Lanjutnya.
Sesaat terpikir sesuatu dalam benaknya...
Kenapa gue jadi malu ya sama Zikri, karena gue kirim surat ke dia. Batin Syifa.
"O'iya, btw kok chat gue nggak di bales lagi ya sama Zikri?". Tanyanya bingung. Dia tak mengetahui kalau Zikri menyusulnya ke Jakarta.

Anda.
Ya... Masa kamu ngk ngerti sih aku malu kenapa.
Iya serius aku ke Jakarta. Dan sekitar 10 menit lagi pesawat nya akan di berangkatkan.

Anda.
P.
Zikri?.

   Tak ada jawaban dari Zikri.
"Kok dia nggak bales sih?". Tanya Syifa kesal.
Tok..tok.. "Syifa...". Mamahnya memanggil.
"Iya mah? Ada apa?". Tanya Syifa.
"Makan dulu yuk sayang...". Jawab mamahnya.
"Iya, mah".
   Syifa keluar dari kamarnya dengan membawa ponsel berharap Zikri akan membalas pesannya. Dia dan mamahnya pun menuju ruang makan.

*****
Rumah Zikri, Jakarta.
Pukul : 20.30wib.
   Zikri baru saja sampai di rumah. Sesaat terpikir olehnya untuk langsung datang ke rumah Syifa. Tapi, karena dilanda oleh rasa sangat capek dan lemas. Zikri akhirnya memutuskan untuk istirahat di rumah, dan bertemu dengan Syifa besok saja.

*****
Pagi hari...
   Seperti yang biasa Syifa lakukan di rumahnya (Jakarta), dia rutin melakukan jogging setiap pagi bersama Zikri. Tapi, untuk kali ini dia akan jogging bersama Dea dan indah saja, karena yang dia tahu Zikri masih di Amsterdam.
   Syifa mencoba melewati depan rumah Zikri sembari celingak-celinguk ke dalam rumahnya.
"Gue harap Zikri ada di sini". Ucapnya.
   Tak lama kemudian, di dalam rumah Zikri. Terlihat seorang laki-laki mengenakan pakaian olahraga dan mengambil sepeda milik Zikri.
Syifa terbelalak melihatnya, dia mengira bahwa orang itu adalah maling, tak segan-segan syifa melemparkan batu pada laki-laki itu dan mengenai dahinya.
"Aduh". Laki-laki itu mengusap dahinya.
"Lho? Suaranya kayak yg pernah denger ya!". Pikir Syifa.
   Saat dilihatnya lagi dengan teliti, laki-laki itu ternyata adalah Zikri.
Syifa bergegas masuk ke dalam rumah Zikri.
"Ya ampun, Zikri". Ucapnya tertegun. "Kamu disini?". Lanjutnya.
Zikri masih terus mengelus dahinya yang masih terasa sakit di lemparkan batu oleh Syifa.
"Eh sorry ya, tadi aku yang lempar batunya. Aku kira kamu maling". Jelas Syifa.
"Ahh... kamu ini, Syifa. Sakit tau...". Ucap Zikri kesal.
"Ya maaf-maaf. Ya udah gue ambilin kotak obat dulu ya". Ucap Syifa yang dijawab dengan anggukan oleh Zikri dan dia segera masuk ke rumah Zikri untuk mengambilkan obat.
   Setelah itu...
"Zikri, sini aku obatin".
   Syifa pun mengobati luka Zikri.
"Kamu kok nggak bilang-bilang kalau ada di Jakarta?". Tanya Syifa.
"Ya... Saya mau kasih kejutan aja, buat orang yang udah mau jujur dengan perasaannya". Jawab Zikri.
"Iih... Apaan sih. Udah ah". Pipi Syifa merona.
"Kenapa? Malu? Saya seneng banget kamu bilang kayak gitu ke saya. Coba aja kamu bisa ulangi kata itu. Tapi, secara langsung". Pinta Zikri.
"Iih... Ngk kok nggak malu. Ulang? Nggak ada acara ulang-ulang, emang kamu kira lagi nonton bola ada reka ulang nya...". Jawab Syifa menolak.
"Oh ya udah, kalau gitu biar saya aja sekarang yang gantian jujur sama kamu". Ucap Zikri sembari memegang erat tangan Syifa.
"Jujur apa?". Tanya Syifa bingung.
"Jujur, saya juga dari dulu memang suka sama kamu, syif". Jawab Zikri spontan memeluk Syifa.
Syifa terbelalak, dia masih tak percaya. "Serius?". Tanyanya.
"Iya dong, dua ribu rius malah". Jawab Zikri. "Kamu nggak pengen kita jadi sahabat lagi, kan? Tapi, kamu mau lebih dari itu? Ya, kan?". Tanya Zikri.
   Syifa semakin malu dibuatnya. Pipinya yang chubby itu semakin merona, membuatnya terlihat lebih cantik.
"Syifa". Panggil Zikri.
"Iya?".
"Will you marry me?". Tanya Zikri.
   Syifa benar-benar tak percaya. "Apa? Maksud kamu apa sih, zik? Kita itu kan masih SMA!". Tanya Syifa.
"Maksud saya setelah lulus SMA. Kita itu kan udah lama dekat, udah saling tahu sifat satu sama lain, dan orang tua kita juga udah dekat banget. Jadi, saya mau kita nggak usah pacaran, dan langsung menikah aja. Kamu mau?". Jelas Zikri.
   Syifa sangat bingung. Sebenarnya dia sangat ingin menjawab "iya" dengan pertanyaan Zikri itu. Tapi, di sisi lain orang tua dia masih terdapat masalah dengan orang tua Zikri.
"Gimana dengan orang tua kita?". Tanya Syifa.
"Ohh... Urusan itu biar saya yang urus". Jawab Zikri.
   Zikri segera menelepon mamahnya dan entah kenapa dering ponsel mamahnya itu terdengar tak jauh dari sini.
Tak disangka, ternyata orang tua Zikri kembali ke Jakarta. Zikri sangat tertegun.
Ini benar-benar kebetulan!.
"Mamah? Papah?". Teriaknya yang spontan menghampiri dan memeluk orang tuanya.
"Kalian balik lagi kesini?". Tanya Zikri.
"Iya, Zikri. Saat kita tahu kamu ke Jakarta, kita langsung aja ke Jakarta. Karena takut kamu nanti nggak ada yang ngurusin di sini". Jelas mamahnya.

Dear Sahabat [Sahabat Tapi Cinta] Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang