Jakarta, Indonesia.
Hari ini adalah hari libur sekolah. Ini adalah kesempatan emas bagi Syifa, untuk bisa menyusul Zikri ke Amsterdam.
Ruang tamu Syifa.
Di ruang tamu terlihat papah Syifa sedang menyeruput kopi hitamnya, dan mamah Syifa sedang asyik membaca chatting grup whatsapp. Syifa menghampiri kedua orang tuanya itu.
"Mamah!". Sapa Syifa sembari menepuk pelan bahu mamahnya.
"Iya sayang...". Jawab mamahnya.
Syifa duduk di samping papahnya. "Papah!". Panggilnya.
Papahnya menaruh cangkir kopinya di atas meja. "Ada apa, Syifa?". Tanya papah.
"Ini kan... Hari libur...". Syifa berbicara dengan terbata-bata tanpa langsung pada intinya.
"Ya!, Terus?". Tanya papah lagi.
"Syifa... Mau ke Amsterdam!. Boleh nggak?". Tanya Syifa exited.
Mamah yang tadinya asyik membaca chatting, secara tiba-tiba pandangannya terfokus pada Syifa. "Amsterdam? Ngapain?". Tanya mamah sembari memajukan wajahnya.
"E-ehm... Sy-syifa... Ma-mau—".
"Ngomong tuh yang bener!". Potong mamah Syifa.
"Ma-maaf, mah. Syifa mau ketemu Zikri". Syifa mengecilkan suaranya saat mengucapkan "Zikri".
"Apa? Ngapain kamu ketemu sama anak yang bikin kamu celaka!". Jelas mamahnya.
"Ta-tapi, mah. Bukan Zikri yang buat aku jadi celaka!. Tapi, aku yang paksa dia!". Jelas Syifa.
Papah hanya terdiam. Hingga akhirnya dia mengangkat suara.
"Eh... Udah-udah!". Pinta papah.
Syifa & mamah menoleh pada papah. Lalu mereka berdua mengatupkan bibir tanpa suara.
"Mamah!". Panggil papah.
"Apa?". Tanya mamah jutek.
"Syifa", panggil papah. "Kamu masuk ke kamar, ya! Papah mau ngobrol sama mamah". Pinta papah.
"Iya, pah". Jawab Syifa, dan segera pergi ke kamarnya.
Papah Syifa menfokuskan pandangannya pada istrinya.
"Mamah". Panggil papah lagi.
"Apa sih, pah?". Jawab mamah ketus.
"Kamu itu harusnya bisa ngertiin perasaan anak kamu dong. Jangan egois gitu, anak kamu kan juga udah bilang sama kamu, kalau Zikri itu nggak bersalah!. Buktinya, pas dia mau ke Amsterdam, dia berani tuh pamitan sama kita. Ya, kan?". Jelas papah.
"Bener juga sih, kata papah. Kalo tuh anak bersalah, mana mungkin dia berani datang!". Pikir mamah.
"Kenapa diam?. Bener kan apa yang papah omongin?!". Tanya papah.
Dijawab dengan anggukan oleh mamah. "Iya pah, bener juga sih..".
"Nah, ya udah. Turutin aja kemauan Syifa untuk ke Amsterdam!. Kan kasian, Syifa". Pinta papah.
"Ok deh. Mamah kasih izin!".
Papah tersenyum. "Alhamdulillah... Ya udah sana, kamu samperin anak kamu ke kamar!". Perintah papah.
Mamah mengangguk mengiyakan.*****
Ruang kamar Syifa.
Mamah berdiri di depan pintu kamar Syifa. Dan mengetuk pelan pintu kamar tersebut.
Tok..tok..tok..
"Syifa..." Panggil mamahnya.
Tapi, tak ada jawaban dari Syifa. Mamah pun masuk ke dalam kamar Syifa.
Dilihatnya, Syifa sedang termenung di jendela kamarnya sembari meneteskan air matanya.
"Sayang...". Panggil mamah lembut.
Mamah Syifa menghampiri anaknya itu dan mengusap pelan air matanya.
"Mamah izinin kok kamu ke Amsterdam!". Ucap mamah.
Syifa menyeka air matanya dan menoleh pada mamahnya. "Bener, mah?". Tanyanya tak percaya.
Mamah menganggukkan kepalanya. Syifa tertegun. Setelah itu, tersenyum dan memeluk erat tubuh mamahnya.
"Makasih ya, mah...". Ucap Syifa.
"Ya, sama-sama sayang..". Jawab mamah. "Tapi—". Lanjutnya.
"Tapi apa mah?". Tanya Syifa.
"Tapi, mamah nggak bisa ikut sayang..". Jawab mamah.
"Lho? Kenapa? Mamah nggak mau ketemu Zikri, ya?". Tanya Syifa lagi.
"Bukan itu. Mamah banyak banget urusan untuk minggu ini. Jadi, maaf banget ya mamah nggak bisa ikut". Jelas mamah.
Syifa mendengus. "Yah.. ya udah gak apa-apa deh. Tapi, papah?".
"Kalo papah, dia itu kan banyak banget kerjaan di kantor. Dan nggak boleh ditinggal sayang...". Jawab mamah sembari merapikan rambut Syifa.
"Berarti aku sendiri?". Tanya Syifa. Dan dijawab dengan anggukan oleh mamahnya.
"Kamu hati-hati ya, sayang...". Ucap mamah.
Syifa mengangguk mengiyakan. "Iya, mah. Aku pasti hati-hati kok".
Mamah menyunggingkan senyum. "Pinter anak mamah!". Ucapnya.
Syifa tersenyum manis.
"Udah ya sayang. Mamah mau masak dulu". Ucap mamah. Dan dijawab dengan anggukan oleh Syifa.
Mamah keluar dari kamar Syifa. Raut wajah Syifa benar-benar sangat bahagia sekarang. Orang yang sudah 2 tahun meninggalkannya tanpa kabar, akhirnya sekarang dia akan menemui orang itu. Terlebih lagi, orang itu adalah orang yang spesial baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Sahabat [Sahabat Tapi Cinta] Selesai✓
Fiksi RemajaSalahkah bila ku mencintai sahabat kecilku sendiri? Salahkah bila kami berdua saling mencintai? . . . Kisah cinta dua orang sahabat. Dear Sahabat (Sahabat Tapi Cinta) ~Zikri Athala Prasetyo (Zikri Daulay) ~Adinda Syifa Alvira (Syifa Hadju) ~Angga...