Chapter 3

7.7K 269 1
                                    

Dian mencoba menghubungi Iyan melalui akun Fb Tifa, rupanya Arya sudah berkata-kata kasar dan mengancam pria itu. Ketika berhasil menghubungi teman kecilnya itu, Dian akhirnya menceritakan semua masalahnya.

[Gilak kamu masih bertahan sama monster kek dia!] Balas iyan melalui messenger.

Obrolan mereka pun berlanjut melalui telfon yang juga menggunakan nomer Tifa karena ponsel Dian ditemukannya di teras depan dalam keadaan hancur. Kartu simnya pun sudah di rusak habis oleh Arya.

Dian tak kuasa menahan air mata ketika bercerita dengan teman sejak masa kecilnya itu. Berkali-kali Iyan istighfar mendengar cerita Dian.

"Kamu harus pergi dari rumah itu Dian!" ujarnya setelah mendengar cerita Dian.

"Tapi itu pustu, bukan rumahnya, itu tempat dinasku," jawab Dian gusar.

Arya memang tak pernah membeli rumah untuk istri dan anaknya, seluruh uangnya habis diberikan ke keluarganya.

"Aku mikirin keselamatan kamu dan anakmu, pria itu berbahaya." Iyan kembali mempengaruhi wanita di seberang telpon.

"Kemana aku harus pergi, Yan? Dia pasti akan menemukanku, aku takut." Tangis Dian kembali pecah. Setelah tak menemukan solusi akhirnya percakapan itu berakhir.

Tifa yang sedang bermain dengan Kayla menghampiri wanita berjilbab hijau itu, rupanya Tifa juga mendengarkan ceritanya dengan Iyan.

"Kak, kenapa kakak nggak pernah cerita? itu sudah KDRT kak, kakak harus lapor polisi! kakak nggak bisa diam terus! Cari orang yang bisa bantu kakak." Mata Tifa ikut berkaca-kaca. Selama ini memang Dian memang tak pernah curhat dengan siapapun, karena menurutnya percuma saja.

Beberapa tahun yang lalu ia juga pernah melaporkan kekerasan fisik yang di lakukan Arya. Dua hari setelah itu polisi membatalkan laporan itu dengan alasan tidak cukup bukti. Malah Dian yang dinasehati panjang lebar agar bisa mentaati suaminya.

Obrolan dengan Iyan dan Tifa barusan cukup membuatnya sadar, bahwa apa yang ia terjadi padanya tidak bisa dibiarkan. Arya memang sudah kelewat batas.

Dian mulai mengatur strategi, langkah apa yang harus ia ambil untuk bisa melepaskan diri dari pria itu. Tiba-tiba ia ingat ibunya, keluarganya harus tahu terlebih dahulu tentang keadaan sebenarnya.

Selama ini ia memang tak pernah bercerita tentang masalah rumah tangganya. Makanya mereka hanya tahu jika Dian baik-baik saja dengan suaminya.

Ia pun segera menghubungi ibunya.

"Halo, Bu, Ibu apa kabar?" sapa Dian begitu sambungan telponnya diangkat.

"Halo Dian? Dian, kamu benar selingkuh sama Iyan? Kamu ini ya, kenapa masih berhubungan sama dia! kamu udah punya suami Dian. Ibu dari tadi pagi telfon kamu nggak kamu ang ..." Ibunya langsung saja  menyerang dengan bermacam pertanyaan bagai terduga yang sudah langsung divonis tersangka.

"Bu, stop! tunggu dulu, dengerin Dian ngomong!" potong Dian tegas, "Bu, Dian ini anak ibu, ibu percaya sama Dian atau sama dia? Dian akui selama ini memang Dian nggak cerita, karena setiap Dian mau cerita ibu sudah dengar versi dia tanpa mau tau kejadian sebenarnya dari Dian"

Kali ini ia sudah tak tahan lagi. Segala sesak ia tumpahkan. Semua kejadian yang ia alami selama menikah dengan Arya, ia ceritakan dengan detail. Ibunya terdengar kaget dan tak percaya dengan apa yang selama ini dialami putrinya.

Ibu Dian berkali-kali istighfar, ia tak menyangka putrinya menjalani kehidupan yang sangat berat. Ia pun ikut terisak, terluka.

"Kenapa selama ini kamu tidak ceritakan ke ibu Dian?" isaknya.

"Aku tak ingin ibu sedih," jawab Dian tak kalah pilu.

"Ibu malah lebih sedih kalau kamu tidak melawan anakku. Sudahlah minta cerai saja, pulang lah nak. Selama ibu masih hidup, ibu nggak akan biarkan siapapun menyakiti kamu nak!" tegasnya.

Mendengar kata-kata ibunya, Dian semakin sedih. Betapa ia tak pernah bisa membahagiakan wanita yang melahirkannya itu. Malah sekarang masalahnya membuat sang Ibu terluka.

"Iya Bu, Dian akan urus perceraian dengan Mas Arya secepat mungkin, ibu disana saja ya baik-baik, cukup doain Dian ya, Bu" jawabnya diakhir percakapan.

Ia segera mrmatikan sambungan telpon sebelum tangisnya kembali meledak. Tifa dan Kayla yang menyaksikan semua itu ikut menangis.

Dian memang terluka, tapi ketika mendengar ibunya sedih, rasa lukanya seakan kembali perih.

Namun, ia juga khawatir ibunya akan terluka jika sempat berurusan Arya. Ia teringat lelaki itu sempat mengancam akan menyakiti ibunya. Ia takut itu bukan sekedar ancaman belaka. Pria gila itu tentu saja sanggup melakukan apa saja.

Dian harus mengatur strategi agar ia bisa lepas dari pria itu secepatnya.

***

Jangan lupa tinggalin jejaknya ya 🙏

Enough! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang