Setelah membuat laporan di kantor polisi, Tifa dan Lastri pun berdiskusi dengan anggota polisi yang dikenal oleh Syarif.
"Kalau laporan orang hilang sebenarnya ini belum 24 jam, tapi karena berdasarkan cerita kakak-kakak semua kejadiannya cukup janggal, kami akan coba mencari informasi. Kalau memang ada yang mencurigakan, akan langsung kami beri kabar," jelas si petugas meyakinkan Syarif dan istrinya.
"Ya tolong dibantu lah, Dik. Kasian anaknya masih kecil, kalau ada apa-apa kasian anaknya."
Syarif berbicara dengan adik kelasnya sewaktu SMA itu sambil menunjuk Kayla yang berada di pangkuan Tifa.
"Baik, Bang, akan kami upayakan semaksimal mungkin," jawab si petugas itu berusaha meyakinkan sambil memandang iba ke Kayla.
Selarut ini anak itu tidak mengantuk sama sekali, kekhawatiran akan nasib ibunya sepertinya menekan kebutuhannya akan tidur. Semua yang hadir terenyuh melihat tatapan hampa gadis kecil itu, entah apa yang ada di dalam kepalanya saat ini.
"Kayla mau telfon Papa aja, Tante, mungkin mama ke tempat Papa," celotehnya tiba-tiba.
Tifa dan mbak Lastri berpandangan, menyadari pikiran mereka sama, bagaimana jika dugaan Tifa dan Lastri salah, Dian memang sedang bersama suaminya.
Mengingat hal itu sebenarnya malah mengkhawatirkan, lelaki itu tidak segan-segan membunuh istrinya. Toh, dia sudah pernah mencoba sebelumnya. Namun, tidak ada pilihan lain, semua jalan menemukan Dian buntu. Tidak ada salahnya mencoba usul Kayla, setidaknya mengurangi rasa penasaran mereka akan keberadaan Dian.
Tifa mengambil ponsel miliknya yang tadi disimpannya dalam tas kecil. Membuka ponsel tersebut mencari daftar nama suami Dian di ponsel itu, Dian memang pernah menyimpan nomor suaminya di sana, jaga-jaga kalau nomor tersebut menghubungi Tifa, sehingga Tifa bisa menolak panggilan itu.
Tak lupa ia hidupkan speaker agar mereka dapat mendengar suara suami Dian bersama-sama. Panggilan pertama tidak ada jawaban, mereka akhirnya mencoba sekali lagi. Setelah beberapa kali nada sela akhirnya diangkat.
"Halo," jawabnya santai.
Dari suara latar, kemungkinan pria itu sedang berada di luar ruangan. Suara lalu lintas terdengar jelas melalui speker ponsel.
"Papa!" panggil Kayla spontan saat mendengar suara ayahnya.
"Key?" tanyanya saat menyadari suara Kayla.
"Papa, Mama mana?" tanya Kayla polos. Tifa dan Mbak Lastri saling lempar pandang.
"Loh, Mama kamu ke mana? Kamu sekarang di mana?" tanyanya.
Kayla memandang Tifa dan Lastri, seperti minta petunjuk tentang jawaban apa yang harus diberikannya atas pertanyaan ayahnya ini. Lastri lalu mengambil alih sambungan telepon agar tidak terjadi kesalah pahaman.
"Assalamualaikum, Mas Arya. Saya Lastri, teman kuliahnya Dian. Jadi tadi Kayla bilang mamanya ketemu orang terus belum balik sampai sekarang. Kita inisiatif lapor ke polisi, Mas, takut terjadi apa-apa dengan Dian," jelas Lastri panjang lebar.
Arya diam mendengarkan, tidak terdengar kaget, semakin mengasah kecurigaan Tifa dan Lastri padanya.
"Oke, sekarang Lastri dan Kayla di mana?" tanya nya kemudian.
Tifa dan Lastri saling lempar pandang, pria ini seakan tidak mengkhawatirkan istrinya.
"Masih di polsek, Mas," sambung Lastri.
"Oke saya susul ke sana," jawabnya. Lalu sambungan telepon pun diputus.
Tifa dan Lastri kembali berpandangan, mereka malah jadi ragu, apa memberi tahu kejadian ini dengan Arya merupakan keputusan yang tepat, atau malah membuat Dian semakin berada dalam bahaya.
"Mbak, kalau dia nanti bawa Kayla gimana?" bisik Tifa ke Lastri.
Ia tidak ingin Kayla mendengarnya, gadis kecil itu kini terlihat mulai mengantuk.
"Ya, gimana, toh dia bapaknya, Fa. Justru kita ini yang orang lain."
Lastri kini cemas, mungkin sebenarnya ini juga bertentangan dengan hatinya. Namun, ia menyadari, apa yang dikatakannya tadi ada benarnya juga, bagaimanapun Kayla adalah anaknya Arya. Dan masalah mereka adalah masalah internal rumah tangga, tak seharusnya Tifa dan Lastri yang terhitung orang luar ikut campur.
Tak berapa lama Arya datang, setelah dia berbicara dengan Lastri dan suaminya, Arya lanjut berbicara dengan petugas, mereka sepertinya saling kenal karena memang satu profesi.
Kayla sudah terlelap di pangkuan Tifa di salah satu sofa tamu di kantor itu. Sudah jam empat pagi, tapi masih belum ada kabar dari Dian.
"Kalian pulang saja, Kayla biar sama saya, terima kasih atas bantuannya," ujar Arya kemudian.
Kalimat Arya membuyarkan lamunan Tifa dan Lastri yang masih duduk menunggu. Kemudian Arya mengambil Kayla dari pangkuan Tifa dan menggedongnya. Anak itu masih lelap, rupanya sejak tadi ia sudah menahan kantuknya.
"Kak Dian bagaimana?" tanya Tifa.
Ia tak bisa menutup rasa penasarannya, kenapa seakan-akan tidak terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu. Suaminya seakan tidak mempermasalahkan hilangnya kabar tentang Dian.
"Sudah ada tim yang turun, nanti jika ada perkembangan akan dikabari," jawab Arya enteng.
Mau tak mau, mereka terpaksa setuju dengan perintah Arya. Pun petugas yang menangani kasus Dian juga berpendapat hal yang sama. Tifa dan Lastri pun harus pulang meski tak mendapat kepastian apapun.
"Huh, kalau saja aku punya bukti, aku yakin si Arya ini yang membuat Kak Dian menghilang. Tapi tunggu saja, Tuhan tidak tidur, ya kan, Mbak?"
Tifa berbisik pada Lastri ketika mereka mulai beranjak meninggalkan kantor itu.
"Ssstt ...."
Lastri memberi kode agar Tifa membungkam mulutnya. Ia tidak ingin ada yang mendengar. Mereka pun segera meninggalkan kantor polisi itu.
***
Siangnya, sebuah pesan singkat dari nomor ponsel Dian sukses membuat Tifa syok.
[Tifa, terima kasih, ya, sudah menjaga Kayla. Aku gak apa-apa dan sudah pulang ke rumah. Maaf, ya merepotkan kalian.]
"Apa-apaan ini? Apa ini sandiwara?" cetus Tifa kesal.
Berulang kali ia berusaha mencerna pesan singkat yang dikirimkan Dian, tapi tetap saja terasa janggal dan aneh. Tifa lantas menghubungi Dian melalui sambungan suara.
"Halo .... "
Suara Dian terdengar agak serak, tapi Tifa yakin memang Dian yang menjawab nomor itu.
"Halo Kak, bener Kakak gak apa-apa? Apa yang terjadi, Kak?" cecearnya tak dapat menahan rasa penasaran.
"Gak apa-apa, Tifa. Besok saja ceritanya, ya, aku mau istirahat dulu. Maaf ya, Tifa, Assalamualaikum." Lalu sambungan itu terputus.
Tifa merasa cukup bingung dengan jawaban dari Dian. Seolah tidak terjadi apa-apa. Atau Kak Dian saat ini masih di bawah tekanan seseorang sehingga jawabannya seperti itu, batin Tifa.
Tifa pun langsung lanjut menghubungi Lastri, ternyata Lastri pun juga dapat pesan yang sama dan jawaban yang sama dari Dian. Kini mereka berdua dilanda kebingungan. Apa yang terjadi sebenarnya? Atau memang tidak terjadi apa-apa? Apa ini hanya bagian dari sebuah drama rumah tangga?
***
Hallo semua, terimakasih sudah bersedia mampir dan membaca. Jangan lupa jejaknya ya vote or comment biar semangat, makacih 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough!
Mystery / Thriller🌟 COMPLETED! Karena emang lagi di edit. Jadi kalau keberatan silahkan leave dari pada komentar gak penting! #1 Kekerasan (261119) #1 kdrt #1 s2 #1 selingkuh (281119) #1 divorce (060320) #1 violence (030720) 👏👏👏 🙏🙏 Enough! - Syifa Aimbine...