Taeyeon menelan ludahnya, entah keberapa kali semenjak melihat tiffany hari ini, aura gadis itu berubah dingin dan kejam, bahkan menatap matanya-pun taeyeon tak berani. Namun berbeda kali ini taeyeon sudah tidak sanggup lagi menahan gelenyar aneh dihatinya melihat perilaku tiffany.
"er tiff,"
"pulanglah ke apartemenku"
Tiffany menatapnya aneh, mengerutkan dahinya seperti meragukan kata-kata taeyeon, sudah lama sejak terakhir tiffany pulang ke apartemen taeyeon. Bahkan dulu taeyeon menolaknya masuk dan memilih menggganti sandi apartemennya, ada apa lagi dengan anak itu.
"jangan mulai tae" ucap tiffany meninggalkan taeyeon yang termangu.
Taeyeon membuang kasar tissue yang sedari tadi menyumbat hidungnya, membasuhnya dengan air kemudian mengekor tiffany yang sudah semakin jauh
'kau membuatku semakin menginginkanmu fanny-ah'
____Gadis blesteran amerika itu melangkah menjauh, menghindari permintaan taeyeon yang agak kurang ajar jika memikirkan hubungan mereka yang sudah pernah kandas, walaupun dalam hatinya tiffany sedikit berharap taeyeon menyusulnya dan memaksanya. Dia sendiri bingung, apakah benar hatinya masih ada untuk taeyeon, atau ini hanya sekedar sisa rasa karena taeyeon belum mengkonfirmasi putusnya hubungan mereka.
"berhenti" ucap tiffany sesaat setelah merasa ada yang masuk ke ruang wardrobe, mengikutinya.
"apa yang kau mau sekarang tae?" ucap tiffany berbalik.
Taeyeon menutup pintu ruang wardrobe--menguncinya. Mencoba mensejajarkan posisinya dihapan tiffany, menatap lekat wajah gadis itu. Ah, sepertinya taeyeon benar-benar merindukan segalanya dari tiffany, wajahnya, rahangnya, bibirnya, aromanya, taeyeon rindu kenikmatan yang pernah mereka bagi berdua.
Mengingat bagaimana caranya bisa meninggalkan tiffany begitu saja membuatnya meringis. Tidak ada waktu untuk menyalahkan orang lain karena nyatanya keputusan meninggalkan tiffany juga keputusan sadar taeyeon, tidak ada yang mempengaruhinya.
"fanny-ah" lirih taeyeon.
Tiffany terpaku sesaat mendengar taeyeon memanggil nama panggilan sayangnya dulu.
"fanny-ah" ulangnya seraya mendekatkan tubuhnya lebih dekat.
"m-maafkan aku" entah darimana asalnya kata itu, taeyeon hanya membiarkan hatinya mengambil alih logikanya yang terus berontak.
"aku tahu ini sangat terlambat, kau seharusnya sudah bahagia dengan pacarmu, seharusnya aku bisa konsisten melupakanmu, tapi--" ucap taeyeon tercekat.
Tiffany terdiam, ingin rasanya berteriak menuntut kejelasan dari orang dihadapannya ini. Namun apa gunanya saling mengedepankan ke-egoisan, setidaknya saat ini tugasnya adalah mendengarkan apapun yang taeyeon ucapkan. Tiffany tahu taeyeon tidak akan melakukan satu hal tanpa alasan yang jelas.
"aku tidak bisa melakukannya fanny-ah, aku tidak bisa melupakanmu"
Hampir gila rasanya harus mengatakan kelemahannya dihadapan tiffany, meruntuhkan pertahannya yang dia bangun selama ini. Hanya keangkuhannya saja yang masih bisa dipertahankan untuk tidak menyatakan cintanya pada gadis blesteran itu.
"kenapa, kenapa kau lakukan itu?" jawab tiffany setelah terdiam beberapa lama.
Tidak ada jawaban untuk pertanyaan tiffany, tidak peduli keberapa ratus kali tiffany mengulanginya, taeyeon sendiri tidak tahu jawabannya.
Flashback
"kau, beraninya kau menjalin hubungan dengan gadisku" bentak taeyang terengah, emosinya tak terkendali.
"gadismu?"
Suasana berubah dingin setelah senyum miring yang taeyeon layangkan kepada kakak tirinya, seolah menantang emosi taeyang untuk terus memuncak. Sementara apa haknya mengklaim tiffany sebagai gadisnya, siapa orang dewasa yang bersifat kekanakan hanya karena masalah percintaan.
"kemana saja kau selama ini jika bukan bermain-main dengan jalang, huh?" ucap taeyeon sarkas
"kau pikir aku akan membiarkan tiffany dimiliki orang sepertimu?" sambungnya mengintimidasi.
"kim taeyeon!" teriak taeyang tak terima.
"sebaiknya kau ingat siapa kau dan siapa aku, tiffany? Taakan pernah bisa jatuh padamu" ucap taeyeon meninggalkan ruangan dingin itu, tidak ada gunanya berdebat dengan bedabah satu ini.
"kalau begitu sebaiknya kau juga ingat siapa aku, jika tiffany tidak bisa jadi milikku, dia tidak akan jadi milik orang lain"
____Shhh
Hangat, desisan itu taeyeon anggap sebagai jawabannya.
Tiffany menolak saat taeyeon mendekapnya, beberapa kali tubuhnya berontak. Nihil, semakin dia ingin melepas semakin taeyeon mempererat pelukannya. Dekapan itu, bukan lagi sekedar dekapan saat taeyeon memutuskan menelusupkan kepalanya di tengkuk tiffany, menyentuhkan bibirnya, mencium leher jenjang gadis itu.
"shhh, ta--e lepas-kan" ucap tiffany memegang bahu taeyeon berusaha melepaskan pelukannya.
Tiffany tidak akan munafik, ada jauh dalam hatinya merindukan taeyeon melakukan hal yang sama, tapi dalam keadaan-nya yang sudah punya pacar, ada juga perasaan bersalah pada nickhun. Sejujurnya mungkin orientasi seksual nikchun jauh lebih lemah daripada taeyeon yang amat mengebu-gebu melihat satu inci saja tubuh tiffany tersaji untuknya. Tiffany dan nickhun, sejauh ini hanya saling berpegangan tangan. Atau mungkin tiffany yang menolak perlakuan sensual nickhun padanya.
Taeyeon tidak menggubris penolakan tiffany, dia terus melanjutkan kegiatannya menciumi leher tiffany walau terus memastikan tidak meninggalkan kissmark. Mengatur ritme gerakannya menyesuikan suasana hatinya yang tenang, hanya mereka berdua, di ruangan ini.
Lagi-lagi tiffany menolaknya, semakin mendorong tubuhnya untuk lepas, alih-alih melepas taeyeon memberanikan dirinya melumat bibir ranum tiffany, menyudutkannya hingga benar-benar terkunci menyentuh tembok yang dingin, berusaha mengendalikan tiffany dibawah kenikmatannya.
"mhmpph---hmph" desis tiffany tertahan, dia sudah hampir menangis sekarang.
Tiffany semakin memberontak, berusaha melepaskan ciuman taeyeon yang semakin memaksanya membuka mulut agar bisa meloloskan lidahnya ke mulut milik tiffany. Tanpa diduga, tidak ada peringatan taeyeon melepaskan ciumannya, menatap lagi mata tiffany lekat-lekat.
"izinkan aku melakukannya, jikapun ini yang terakhir" ucapnya gusar terhadap penolakan tiffany.
Taeyeon mendekatkan lagi tubuhnya memeluk tiffany, membiarkan paru-parunya bertukar udara sebentar sebelum mencium lagi bibir tiffany, kali ini segenap hatinya berharap tidak ada lagi penolakan dari gadisnya, kali ini saja melampiaskan kerinduannya.
_____Tiffany tidak akan munafik, melihat taeyeon seperti ini bagaikan kembali dimasa mereka masih benar-benar saling mencintai, kekecewaanya pada taeyeon menguap entah kemana. Tubuhnya berhenti bereaksi menolak pergerakan taeyeon yang menyentuhkan lidahnya ke gigi-gigi tiffany, menikmati ritme yang mengalir dalam keheningan mereka. Hanya decakan lidah mereka yang saling beberbenturan memenuhi ruangan ini, tidak peduli jika sampai terdengar keluar.
Taeyeon merubah posisinya duduk dengan tiffany dipangkuannya tanpa melepaskan pangutan mereka. Perlahan menurunkan tangannya mengusap pinggang tiffany saat gadis itu semakin mengeratkan pengangannya di kemeja taeyeon, menanggapi setiap sentuhan nakal taeyeon di tubuhnya.
Mata mereka saling bertemu sesaat setelah melepaskan ciumannya untuk mengambil udara, mendadak atmosfer dalam ruangan berubah panas. Pasangan palsu ini akhirnya kalah dalam kendali nafsu mereka masing-masing menyelami lagi kisah mereka yang belum sempat selesai. Taeyeon yakin, jika memang ada kesempatan dibalik semua yang terjadi, mengorbankan kepopulerannya bukan apa-apa jika terbayar oleh tiffany, gadisnya. Sumpah yang dia ucapkan dalam diam menatap tiffany disampingnya, apapun yang terjadi, bagaimanapun caranya tiffany akan kembali kepelukannya.
'aku mencintaimu fanny-ah, boo'
Tbc?
Semangati aku yorobun :(