IF #3

909 104 5
                                    

Yuri dengan yakin melangkahkan kakinya menuju gadis bartender itu, lagipula dia kesini hanya untuk memesan wiski, tidak ada maksud lain.

"aku ingin sebotol wiski, bir, dan anggur" ucap yuri mantap

Jauh dari perkiraannya, jessica hanya mengangguk dan membawakan apa yang yuri minta. Yuri akui setengah hatinya berharap jessica menyapanya, tapi apalah yang bisa diharapkan dari gadis dingin itu, membuka hatinya saja sudah sulit, apalagi mendapatkan cintanya.

"mabuk dengan jalang yang mana kau hari ini" ucap jessica dingin dan tak terduga.

Yuri tertegun, gadisnya ini mengajaknya bicara duluan, apa yang telah terjadi sebelumnya.

'ngimpi naon aing semalem'

"kakak ku" jawab yuri, berusaha keras menahan buncahan kebagian dalam dirinya.

Jessica terdiam lagi, dan meneruskan apa yang dia kerjakan, yuri entah kenapa tidak mau pergi dari situ padahal pesanannya sudah ada dan tinggal dibawa ke meja taeyeon.

"sebelumnya, aku minta maaf" ucap yuri ragu, hening tidak ada jawaban.
Merasa awkward dengan ucapannya, yuri memilih pergi dan membawa minumannya ke meja taeyeon, mungkin dengan minum dia bisa melupakan hal memalukan ini. Hingga langkahnya terhenti sesaat setelah dia merasakan hangat memegang pergelangan tangannya menahannya untuk tidak pergi.

"jangan salah paham, aku hanya ingin meluruskannya, malam itu, aku tahu kau berfikir itu kesalahan, aku juga begitu, malam itu kita sedang mabuk, dan tidak sadar, jangan diambil hati, dan kau tidak perlu minta maaf, itu kesalahan kita berdua" ujar jessica mantap, mata mereka saling bertemu, menunjukan kesungguhan jessica mengatakannya.

"aku tahu itu kesalahan" jawab yuri seraya mengeratkan pegangannya ke pergelangan tangan jessica setelah menyimpan nampan minuman di meja.

"dan itu menurutmu, aku tahu memang memalukan, tapi sejak malam itu, aku tidak berhenti memikirkanmu, aku tidak peduli bagaimana kau menganggapku, tapi tolong biarkan aku mencintaimu, walaupun bertepuk sebelah tangan" tutup yuri, lalu melepaskan tangan jessica.

Gelap, hangat, yang yuri ingat, sesuatu telah menyentuh bibirnya, melumatnya protektif, memaksanya untuk bertukar saliva, tapi bukannya berusaha melepas, yuri menemukan dirinya menarik pinggang gadis itu kepelukannya, dan ikut terbawa ciuman mereka berdua. Lidah mereka bersentuhan, ciuman ini terlalu sayang untuk dia lewatkan.

'dia memulainya duluan' batin yuri

Setelah puas saling memangut, jessica melepaskan ciumannya meninggalkan yuri yang masih memunculkan raut kaget. Jessica membalikkan badannya lalu pergi kembali ke meja bartender tanpa mengatakan apa-apa.

"apa maksudnya itu"
____

"dia, tiffany, aku menyukainya" ucap taeyeon sambil meneguk kesekian gelas anggurnya.

Yuri memandang kakaknya sedih, sedari tadi bahkan dia rela tidak menyentuh bir yang ada dihadapannya, yuri membiarkan taeyeon terus meminumnya sampai bibirnya menghitam, setidaknya kalau taeyeon mabuk, semua beban yang dia simpan sendiri bisa dia keluarkan. Yuri paham betul bagaimana taeyeon, bahkan dibawah tekanan ayah dan kakaknya, taeyeon memilih patuh dan mengikuti alur yang ayah mereka ciptakan daripada berontak dan memilih jalan sendiri.

"aku bodoh melepaskannya" gerutu taeyeon tidak jelas, matanya sudah setengah menutup, kesadarannya dijamin dibawah 50%

"bahkan untuk melindunginya dari ayah saja aku tidak bisa" taeyeon melanjutkan ocehan nya yang semakin tidak jelas.

Yuri menghela nafas kasar, dia ikut terluka mendengar keluhan taeyeon. Melihat kondisi kakaknya yang bisa disebut mengenaskan ini membuatnya bahkan tidak akan sampai hati memanggilkan sopir pengganti untuk mengantar taeyeon pulang, yuri takut ada paparazzi yang memotret taeyeon dalam keadaan seperti ini.
_____

Pagi selalu bergulir menggantikan hari ini ke hari berikutnya, setidaknya akan terus begitu selama sang surya masih terbit dan tenggelam ditempatnya, kicau burung bukan sesuatu yang biasa di padatnya kota seoul, mengingat sejak pagi yang terdengar sudah pasti deru mesin motor dan mobil yang bersahutan menjemput rezeki masing-masing.

Taeyeon melenguh pelan saat merasakan sesuatu menyentuh wajahnya, membangunkannya paksa dari balik gorden yang baru saja seorang singkapkan, beberapa saat sibuk mengumpulkan nyawanya dia baru menyadari sesuatu yang aneh.
Taeyeon tidak terbangun di apartemenya, tapi dia mengenali ruangan ini, dia pernah kesini sebelumnya. Kasur king size dengan seprai berwarna pink, gorden, dan bahkan furnitur di ruangan ini semuanya berwarna pink. Sebentar taeyeon masih tidak mempercayai pemikirannya yang sibuk menyimpulkan dimana sebenarnya dia saat ini.

'tiffany' gumam taeyeon dalam hati.

Setelah yakin dengan kesimpulan dari otaknya, taeyeon entah mengapa secara naluriah menyingkap bedcover yang menutup tubuhnya untuk memastikan dia tidak menemukan dirinya hanya dengan pakaian dalam, atau lebih parahnya lagi telanjang.

"tidak usah kaget begitu" ucap seseorang masuk ke kamar itu

Taeyeon mengakhiri kekagetannya, dia juga lega menemukan tubuhnya masih berpakaian lengkap seperti kemarin. Namun disisi lain taeyeon juga menahan malu, memikirkan bagaimana dia bisa berakhir di ranjang tiffany.

"a a apa yang terjadi" taeyeon gagap

"kau benar-benar tidak ingat" jawab tiffany, matanya jelas menunjukan dia heran.

Flashback

4 hours before

Yuri kalap, mondar-mandir memikirkan caranya pulang, dengan membawa taeyeon yang mabuk berat tentu saja, jika mengemudi sendiri, yuri juga ingat setidaknya menyesap segelas anggur barusan. Dia tidak mau membawa taeyeon ke ambang kematian, hanya memikirkan mengantarkan dirinya dan taeyeon mati konyol sudah membuatnya bergidik ngeri. Sementara meninggalkan mobil sport taeyeon, oh ayolah, kita semua tahu berapa harga mobil itu.

"harusnya hadis sepertimu sudah pulang jam segini" sahut jessica masih tetap di meja bar.

Yuri menghentikan aktivitas mondar mandirnya sejenak mengalihkan perhatian ke sumber suara.

Yuri mendengus kasar, perhatiannya lagi-lagi teralihkan melihat benda persegi milik taeyeon menyala redup.

' indo es krim enak sarebu saletak ngoloan budak '

Ringtonenya membuat yuri tidak tahan menahan kesopanannya untuk tidak mengangkat telepon untuk taeyeon.

"tifanny'' gumam yuri setelah melihat title yang tertera di handphone taeyeon

"halo" yuri mengangkat pangilan tiffany.

"siapa ini" jawab tiffany dari ujung telepon

'dia mengenali suara taeyeon'

"ah, aku yuri, taeyeon sedang mabuk"
Kekeh yuri

Hening, tidak ada jawaban selain deru nafas yang menandakan tiffany masih ada diujung telepon.

"err, jika kau ada perlu dengannya mungkin kau bisa meneleponya besok" ucap yuri canggung.

"tidak, memangnya dimana kalian sekarang?" tanya tiffany

"SATTO, Itaewon" jawab yuri.

Telepon terputus, kini hanya ada dua kemungkinan, tiffany menjemput taeyeon, atau tiffany hanya berbasa-basi. 30 menit berlalu, yuri menghabiskan waktunya untuk membuat spekulasi bahwa tiffany pasti datang dan menjemput taeyeon, dan benar saja, tiffany datang dan menghampiri mereka dengan vulgar, tidak,  bukannya dia datang hanya menggunakan pakaian dalam atau hal jorok lainnya, tapi untuk ukuran seorang publik figur yang sedang naik daun, terlebih sedang terlibat skandal, tampil didepan umum tanpa masker, kacamata hitam atau apapun yang bisa menyamarkan identitas benar benar keputusan yang berani.

"biarkan aku membawanya ke apartemenku"

Tbc

Jangan lupa vote sama komennya ya yeorobeun

-nyus

If we are destined [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang