Sebuah rencana jauh
Flashback
"boo, aku takut" tiffany menelusupkan kepalanya di ceruk leher taeyeon, enggan melepaskan dekapan gadis itu.
Sudah berjalan dua bulan semenjak mereka menamakan hubungan mereka sepasang kekasih. Dan tepat sebulan setelah taeyeon menerima ancaman kakaknya. Tiffany tidak bisa tenang, bahkan untuk sekali menghela nafas tanpa dikelilingi bodyguard sudah tidak mungkin rasanya. Teror yang awalnya hanya berbentuk pesan singkat terus berkembang menjadi sebuah pesan suara, telefon bahkan seorang berhasil masuk ke apartemen tiffany.
Kasus ini sudah dilaporkan ke pihak kepolisian sebagai kasus yang menimpa seorang selebriti, tidak banyak yang polisi lakukan karena kurang bukti.
"aku tidak akan berhenti, aku memegang kata-kataku, lepaskan dia atau aku terpaksa menjatuhkannya, banyak yang bisa aku lakukan kim taeyeon"
Taeyeon meringis, mengingat ucapan taeyang beberapa hari lalu. Memang sudah sifatnya yang begitu, tapi taeyeon tidak menduga kakaknya bisa bertindak sejauh ini. Mengulagi lagi kejadian masalalu yang merenggut kasih sayang ayah dan ibu taeyeon padanya.
"shhh, tenanglah aku akan selalu bersamamu" tangannya bergerak mengelus punggung tiffany yang bergetar, memenangkan gadis itu dalam pelukannya.
_____
15.30Taeyeon mengelilingkan matanya, hidungnya berkerut melihat penampakan didepannya, tidak mempedulikan hyoyeon yang terus memperlihatkan cengiran-nya sejak tadi. Satu setel tuxedo abu-abu yang terlihat bisa mencetak lekuk tubuhnya tergeletak rapih di atas ranjang apartemen taeyeon.
"pesta? Siapa yang berpesta?" tanya taeyeon meloho.
"si bedebah taeyang itu-- menikah?" hanya satu kemungkinan yang ada di pikiran taeyeon karena ayahnya hanya akan turun tangan jika urusan itu menyangkut taeyang.
"ahjussi bilang, hyo tidak boleh mengatakannya karena kalau hyo bilang taeyeon pasti kabur" ucap hyoyeon enteng dengan wajah polosnya.
"kalau kau bilang begitu aku jadi benar-benar ingin kabur sekarang" desis taeyeon kesal.
"ganti saja ya? Hyo tunggu diluar" ucap hyo meninggalkan taeyeon dikamarnya.
Setelah 30 menit berkutat dengan tuxedo itu yang sebenarnya agak kekecilan taeyeon mematut dirinya dikaca, merasa aneh dengan penampilannya yang terlalu resmi.
'perasaan tidak ada janji datang ke blue house' gumamnya
'cakep juga, nguehehehe'
"taeng, sudah selesai" seru hyoyeon dari luar. "kita harus sampai 30 menit lagi" sambungnya tidak kalah nyaring dari sebelumnya.
Setelah merasa siap, taeyeon keluar dari kamar, memperlihatkan ke-paripurnaan tampilannya saat ini.
"taeng, aku suka padamu" ucap hyoyeon setelah menatap taeyeon dari bawah keatas, atas kebawah.
"reparasi dulu otakmu, baru cintai aku" taeyeon menyeringai.
_____
15.20
Sialan
Taeyeon tidak berhenti merutuk dalam hatinya, menyadari kemana hyoyeon membawanya kali ini. Rumah besar yang berisi seluruh mimpi buruknya. Mobil berhenti mempersilahkan taeyeon keluar untuk memasuki teras, rumah itu sepi hanya beberaap tukang kebin yang terlihat lewat, lalu untuk apa taeyeon memakai jas seperti ini kalau hanya untuk menerima semua protesan ayahnya.
'salah apalagi aku kali ini' rutuknya
"hyo, apa yang kau---" taeyeon berbalik, memutuskan melampiaskan amarahnya pada sepupunya itu, sayangnya hyoyeon sudah menghilang lebih dulu, entah kemana.
"tugas nona hyoyeon baru saja selesai" ucap seorang ajudan berjas hitam tanpa menghilangkan rasa hormatnya pada taeyeon.
'akan ku cincang otakmu Kim hyoyeon'
Taeyeon menghela nafasnya, meyiapkan batind an mentalnya jika saja ada yang terjadi didalam--sudah pasti ada yang terjadi. Rahangnya jatuh saat pintu utama di bukakan oleh dua orang ajudan, memperlihatkan sebuah karpet merah dalam gelapnya ruang utama, mengarah ke-ruang meeting. Sebuah musik mengalun sejak taeyeon melangkahkan kakinya menyentuh karpet dalam ruangan gelap yang hanya disinari dua batang lilin yang terletak disutut ruangan yang cukup jauh.
'apa separah itu saham turun sampe harus ada praktek ngepet?' gumamnya dalam hati
"sampai disitu taeyeon-ssi" seseorang menghentikan langkahnya saat mencapan dua pintu besar ruang meeting.
"yak!, untuk apa mereka mengundangku untuk menunggu didepan pintu"
"itu instruksi dari mr hwan langsung, saya mohon maaf"
_____
15.30"dad, sebenarnya ada apa?" tanya tiffany mengikuti langkah ayahnya dari belakang.
20 menit berlalu dari butik itu, mencoba dan mengganti beberapa dress sampai menemukan yang paling pas dengan selera tiffany walaupun gadis itu masih tidak bisa tenang belum mengetahui maksud ayahnya.
"ppany, kau sayang ayah kan" tanya mr hwang lebih mendekati pernyataan.
"tentu saja dad" jawab tiffany berhasil menyamakan langkah ayahnya.
"anak baik-- gadis baik"
Tiffany mengetuk-ngetukan heels nya ke marmer, gelisah dan bingung melihat tempat yang asing baginya. Beberapa kali tiffany mengecek handphone-nya berharap balasan dari nickhun setelah mengirim pesan 'aku diculik oleh ayahku'.
Pintu tinggi itu terbuka seorang keluar dari dalam menyambut mr hwang dengan pelukan sebelum kemudian tersenyum lembut ke arah tiffany.
"aku yakin kau megenalnya tiff" ucap mr hwang menatap tiffany yang masih termangu.
"santai saja fanny, aku disini bukan sebagai bos mu, aku disini sebagai teman ayahmu" mr hwan terkekeh melihat kelakuan tiffany.
"dia akan mengenalkan anaknya padamu hari ini tiff" mr hwang berujar santai.
"siapa? Anaknya?"
Tbc?
Hehehehehehe