Lingkaran gaduh
Tiffany menyenderkan kepalanya ke-bahu taeyeon, cukup hari ini ditutup nafas keduanya yang masih berderu tak beraturan. Ciuman tadi seperti memaknai kerinduan mereka atas cinta masing-masing, walaupun tak ada yang membuka suara, kesunyian cukup mengambarkan bagaimana isi pikiran keduanya. Hari ini mungkin hanya sebuah awal dari kisah yang dimulai dengan cara yang salah, berujung menjadi lingkaran gaduh yang tak berujung. Antara terus saling menghancurkan atau sebaliknya memperbaiki apa yang sejak awal sudah salah.
"yang tadi, maafkan aku" taeyeon membuka suara, pelan sekali, nyaris hanya desisan.
"hanya kesalahan lagi, ya?" jawab tiffany, nadanya muram.
Taeyeon mendesah kasar
'sensitip benget dah kaya testpack'
"bukan begitu, aku hanya--kau kan punya pacar tiff" ucap taeyeon tergagap, menyalahkan diri sendiri karena menyebutkan nickhun saat seperti ini.
_____"taenggo taenggo taenggo taeng-goooooo"
Taeyeon mengedipkan matanya malas, lagi-lagi dia harus menghadapi kelakuan si pirang absurd kim hyoyeon, sepupunya. Baru saja tiffany pergi meninggalkannya tanpa mengatakan apa-apa, yang taeyeon harapkan adalah gadis itu yang kembali bukan titisan mimi peri yang teriak-teriak tidak jelas memanggil namanya di ruang wardrobe.
"stttt, berisik" ucap taeyeon pelan, meletakan telunjuknya di mulut hyoyeon yang pasti akan terus berkicau sebelum security datang.
Hyoyeon mengangguk
"taenggo, aku datang kesini untuk--" belum sempat hyoyeon menyelesaikan kalimatnya, taeyeon memotongnya.
"jangan berisik, tapi jangan bisik-bisik juga hyo, normal aja normal, bisa?" sekali lagi hyoyeon salah paham, taeyeon pastikan mic nya mendarat dikepala hyoyeon.
Hyeyeon mengangguk lagi.
"taeng ayahmu menyuruhku membawamu kesuatu tempat, malam ini" ucap hyoyeon, dengan normal.
"sejak kapan kau jadi anak buahnya?" tanya teyeon berubah sarkas, segala hal yang menyangkut ayahnya membuatnya lebih sensitif.
"ikut saja ya? Kalau aku membawamu ahjussi janji beri aku pabrik esia" jawab hyoyeon, mengandalkan puppy eyes nya yang malah memaksa taeyeon untuk mencongkelnya.
"kau tukar aku dengan pabrik esia?, tapi bukannya esia bangkrut, kok bego sih hyo" lagi-lagi taeyeon membuang energinya menanggapi hyoyeon.
Entah dosa apa yang diperbuat taeyeon dimasa lalu sampai harus punya sepupu 3D model hyoyeon. Percuma saja lulusan S2 manejemen di amerika, tapi kelakuannya seperti anak sekolah dasar gagal lulus, anehnya hyoyeon hanya begini didepan taeyeon, benar-benar tidak bisa dirubah.
"ikut saja ya?" hyoyeon lagi-lagi melancarkan jurusnya.
Taeyeon mengangguk terlalu malas mendebat lagi manusia aneh didepannya.
'apa lagi yang direncanakannya' gumam taeyeon dalam hati
_____"kita kemana? Ini bukan jalan ke apartemenku" ucap tiffany mengintrupsi managernya.
"ayahmu menyuruhku membawamu kerumah" jawab managernya singkat, tetap fokus ke jalanan didepannya.
"harusnya kau bilang, lagi pula ini bukan jalan kerumah"
Hening, tidak ada jawaban.
Tiffany bingung kali ini, sebelumnya dia tidak menerima ajakan atau janji dari ayahnya untuk bertemu, aneh kalau terlalu mendadak, dia tahu ayahnya selalu melakukan sesuatu dengan terencana.
Itulah masalahnya, mr hwang selalu terencana.
"tiffany? Keluarlah"
Tiffany tersadar saat seorang mamanggilnya, mr hwang dengan setelan jas resminya. Rambutnya yang panjang dan beruban diikat kebelakang, lengkap dengan kacamata hitam dan cerutu diapit antara kedua jarinya.
'butik? Kenapa butik?'
_____Tangannya memegang sebuah catatan, menatapnya dan mulai begumam, memastikan semua yang tertera sudah ada dihadapannya. Beberapa orang mondar-mandir membawa lilin, pisau, hingga botol-botol memabukan itu menatanya diatas meja, seperti mempersiapkan eksekusi atau memang inilah eksekusi yang sebenarnya.
Tak lepas dari pandangan pria setengah abad itu, seorang perempuan berusia sama dengan dress selutut berdiri anggun ikut mengawasi, walaupun tak menyembunyikan semburat penuh kekhawatiran di wajahnya.
"selesai sudah" hwan berujar pelan saat para pelayan mulai kembali kedapur. Tersenyum puas melihat apa yang ada didepannya
"masihkah kau berpikir untuk menyembunyikan niatmu dari taeyeon?" ucap perempuan tadi, ibunda taeyeon, Song ma rin.
"iya" jawab hwan singkat
"dia akan tahu pada akhirnya, kau sama saja membiarkan taeyeon menghabiskan hidupnya untuk membencimu" ma rin menatap suaminya
"kau ayahnya" sambungnya
"karena aku ayahnya, inilah caraku menebus kesalahanku, ini satu-satunya cara agar taeyeon selamat" hwan berucap lembut, menatap mata istrinya, mencoba meyakinkan wanita itu.
"taeyeon dan yuri, mereka tidak boleh tahu"
End.