Taeyang menatap arloji di tangannya, tidak biasanya kali ini dia merasa benar-benar gugup, dia tidak bisa menghentikan rasa bersalahnya, dan mulai menyesali segala yang telah dia lakukan.
Sekarang pukul delapan pagi dan dalam waktu dua jam semuanya akan selesai, Taeyeon dan Tiffany akan kembali ke Korea dan saat itulah Taeyang harus mengakhiri kisah sedih pasangan itu.
Dia menatap dua pasang pintu itu dengan resah, sudah sepuluh menit sejak dia berdiri disini berulang kali berusaha mengalahkan rasa takutnya untuk menghadapi Gayoung.
Semua akan baik-baik saja, aku tidak bersalah
"Kau datang." Sapa Gayoung tanpa melihat Taeyang.
Taeyang menghampiri ibunya dengan langkah berat, wanita tua itu masih sibuk membolak-balik kertas dokumen.
"Mereka pulang hari ini, tengah hari." Taeyang menghela nafasnya.
Gayoung menatapnya sebentar sebelum kembali memperhatikan dokumen-dokumen dihadapannya.
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan." Ucap Gayoung.
"Haruskan aku melakukan ini?" Tanya Taeyang.
"Apa maksudmu?" Gayoung menatapnya.
Taeyang diam, dia hanya melihat ibunya mulai menyingkirkan dokumen-dokumen dan menghampirinya. Gayoung memegang bahu Taeyang dan mendongak untuk lebih jelas melihat wajah anaknya itu.
"Kita sudah sejauh ini, apa yang kau khawatirkan." Tanya Gayoung
Taeyang tersenyum. "Eomma, maafkan aku."
"Kau sempurna, kau tidak malakukan kesalahan apapun." Ucap Gayoung menyentuh pipi Taeyang.
Karena aku sempurna, aku akan melakukan kesalahan
Taeyang mengalihkan pandangannya menghindari mata Gayoung, semakin dia melihat ibunya hatinya penuh dengan rasa bersalah dan kasihan. Hanya dia satu-satunya milik Gayoung, dan dia tahu itu tapi pada akhirnya Taeyang harus memilih, dia tidak bisa memiliki segalanya saat orang lain harus kehilangan.
Hidup normal dan tenang, itulah satu-satunya yang ingin dia lakukan. Menikmati kekayaan yang bukan miliknya, semakin lama Taeyang semakin muak, melihat ibunya terus mengejar kekayaan yang selamanya milik orang lain membuatnya semakin kesepian, dan melihat adiknya Taeyeon, dia semakin membenci dirinya sendiri.
"Bagaimana dengan data aslinya?" Kata Taeyang setelah beberapa saat hening.
"Kau akan menyimpannya dengan baik." Jawab Gayoung melempar senyumnya.
"Kapan eomma menyerahkan data palsunya ke polisi?" Tanya Taeyang.
Gayoung menatapnya tak percaya. "Data palsu? Apa maksudmu, ini data asli semua korupsi yang ayahmu lakukan."
Taeyang terdiam, dia salah bicara.
"Jangan bahas itu, yang perlu kau lakukan adalah menyingkirkan Taeyeon, kalau perlu dengan pacarnya itu, yang mereka lakukan hanya membuat rumit keadaan." Ucap Gayoung. "bawa mereka padaku sebelum itu, aku ingin menyucapkan kata perpisahaku untuk Taeyeon." tambahnya.
Taeyang menganguk lalu meninggalkan ruangan itu, dia tidak mau repot menghadapi emosi berlebihan Gayoung.
***
Yuri meneguk habis kaleng beer-nya, setelah percakapannya dengan Jessica semalam kini dia sendiri yang khawatir, dia tidak ingin memikirkan gadis es itu lebih lagi, tapi semakin dia mencoba melakukannya dia malah semakin mengkhawatirkan Jessica.
Haruskah aku membatalkan permintaanku? Bagaimana jika dia mati? Bagaimana jika dia ternyata tidak tau Taeyeon dan Tiffany? Bagaimana jika dia telat? Bagaimana jika dia lupa lagi dan malah tidur di bathub? Pertanyaan itu terus berputar dikepalanya, frustasi dia melemparkan kalengnya kesembarang arah dan sayangnya ini LA bukan Korea.
Seorang wanita tua berteriak marah. "Ugh, kids nowadays."
Yuri yang beruntungnya tidak mengerti bahasa inggris hanya tersenyum dan membungkuk, lalu berteriak "Your Welcome miss."
"KIM! YU! RI!." Yuri berbalik saat mendengar teriakan yang lebih keras dari belakang.
Itu Taeyeon memanggilnya sambil berjalan dengan cepat menghampiri Yuri tangannya sudah hampir terangkat untuk menampar adiknya itu.
"Aku menunggumu disini dan kau malah menggoda wanita ini, oh tuhan, masih bayak yang lebih muda." Cerosos Tayeon melihat wanita tua yang berjarak beberapa meter dari mereka.
Yuri hendak menjawab walaupun tidak sempat. "Kita akan ketinggalan pesawat." Taeyeon menarik tangannya.
Mereka bertiga sampai di LAX di waktu-waktu terakhir keberangkatan pesawat, sejak tadi Yuri masih diam, dia tidak berani mengajak Taeyeon bicara karena tamoaknya kakaknya itu sedang benar-benar suram, dia ingin mengajak Hyoyeon bicara tapi dia takur emosi jadi dia memilih mengikuti mereka berdua dari belakang.
Tempat duduk mereka berdekatan, Yuri memilih duduk di kursi samping Taeyeon dan membiarkan Hyoyeon sendirian di kursi lain.
Benarkah aku melakukan ini
Yuri menatap Taeyeon yang sejak tadi menutup matanya. Dia tahu kakaknya itu mengkhawatirkan Tiffany, sebagian hatinya juga tidak tahan ingin mengatakannpada Taeyeon yang sebenarnya, Yuri ingin jujur, tapi Taeyeon, dia bahkan tidak akan membiarkan Yuri melakukan ini jika tahu kebenarannya.
Semoga Jessica melakukannya dengan baik
To be continue?
Vote dan komen jangan lupa :))
Author kurang paham sama perbedaan waktu LA-Korea jadi kalau ada kesalahan koreksi aja ya :'))
Maaf part ini gaada momennya Taeny
Tunggu aja :))
Btw tippany lagi sama kevnish shooting MV ya :'))