Hyunjin duduk termenung di sisi ranjang miliknya, pandangannya terus terarah pada pintu kayu bercat putih dihadapannya. Perasaannya terasa tidak nyaman, dan entah kenapa ia ingin melihat Yewon sekali lagi.
Tapi, jika ia menampakkan wujudnya di hadapan Yewon, mungkin saja semuanya malah akan semakin rumit. Mereka adalah orang asing, yang tanpa bisa dijelaskan berada dalam satu rumah.
Hyunjin sudah tidak ingin memikirkan berbagai kemungkinan mengapa sepasang ayah dan anak itu ada di dalam rumahnya. Karena, sekeras apapun ia berfikir, semuanya sia-sia saja. Tak ada hal masuk akal yang bisa menjelaskan semuanya.
Ia terlalu bingung sampai akhirnya memilih untuk mengikuti alur seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
Kepalanya kini hanya terpusat pada satu pemikiran.
Bagaimana caranya agar ia bisa terus melihat Yewon? Tentu saja tanpa menimbulkan masalah
Karena demi Tuhan, Hyunjin benar-benar ingin terus melihat Yewon, memandangi wajah cantik itu sampai dirinya benar-benar puas.
Soal keadaan Yewon, Hyunjin tidak bodoh untuk mengetahuinya.
Gadis manis itu berbaring di ranjang seharian, ada kursi roda dan kruk di sebelah tempat tidurnya, juga chatbot yang digunakan sebagai temannya.
Sudah jelas Yewon tidak bisa berjalan. Kasarnya, gadis itu lumpuh. Dan Hyunjin sebagai manusia tentu saja mempunyai hati nurani, perasaan iba muncul dalam hatinya, membuatnya ingin terus melihat dan menjaga Yewon.
Tapi, ia tidak bisa serta merta langsung muncul di hadapan gadis itu.
Lalu, apa yg harus dilakukannya?
***
Sudah empat hari berlalu semenjak ayah Yewon pergi ke pusat kota.
Gadis itu menghabiskan waktunya hanya dengan berbaring di atas ranjang.Namun, ia tetap melakukan semua perkataan ayahnya dengan baik.
Awalnya Yewon tidak yakin bisa melakukannya sendiri, tapi ternyata semuanya di luar ekspetasi. Bahkan, gadis itu bisa naik keatas kursi roda tanpa bantuan siapapun —tentu saja karena ayahnya memosisikan kursi roda itu dengan tepat.
Lalu, soal bibi Kim, benar seperti dugaannya. Wanita itu tidak datang.
Memangnya siapa yang mau direpotkan mengurus orang lumpuh seperti dirinya? Dan lagi mereka tidak saling mengenal.Tapi Yewon tidak peduli, selama ia bisa melakukan semuanya sendiri, semuanya akan baik-baik saja.
Ting!
Suara dentingan sendok yang beradu dengan gelas sejenak memenuhi ruangan sunyi itu. Tangan Yewon bergerak pelan mengaduk teh yang baru saja dibuatnya.
Sembari menunggu matahari terbenam, gadis itu memilih untuk terdiam menatap jendela kamarnya, memandangi pohon pinus dan danau sembari meminum segelas teh seperti biasanya.
Kehidupannya selalu sama, ditemani kesunyian dengan perasaan yang sepi setiap harinya.
Tapi, bahkan ia tidak tau bagaimana cara mengatasi kedua persoalan tersebut.
"Jika aku bisa berjalan, mungkin aku akan pergi ke danau itu setiap hari dan menikmati waktuku di sana. Jika dilihat dari dekat, pasti jauh lebih indah."
Yewon berumam pada dirinya sendiri, tersenyum tipis sembari memandangi danau yang berwarna jingga karena terkena pantulan dari cahaya matahari yang hampir terbenam.
Airnya beriak kecil dan berkilauan. Tampak indah.
Tanpa terasa, waktu sudah berjalan cukup lama, matahari sudah kembali pada peraduannnya digantikan oleh rembulan yang sayangnya tertutup oleh awan.
Yewon menutup jendelanya dengan tirai kemudian mengalihkan pandangannya.
Satu hal yang pertama kali ditangkap oleh netranya ialah layar monitor yang menempel di dinding tepat di hadapannya.
Gadis itu kembali teringat dengan chatbot buatan ayahnya, dan entah sejak kapan ia memiliki keinginan untuk mencoba menyalakan benda itu setelah sekian lama tidak meliriknya sama sekali.
Ia mulai berfikir, mungkin tidak ada salahnya mencoba berbicara dengan benda mati.
Tidak apa, hanya sekedar untuk mengisi kekosongan.
Setelah meletakkan gelas teh nya di atas nakas, tangannya beralih meraih remote yang masih tersimpan rapi di tempatnya sejak empat hari yang lalu.
Ia memencet tombol merah pada remote itu, layarnya berubah menjadi berwarna biru dan perlahan-lahan munculah wajah
-seorang pria?
Sejenak Yewon tertegun, ia cukup terkejut melihatnya, seingatnya, ia hanya melihat wajah yang tidak sempurna saat itu.
Tapi sekarang-
"Halo Yewon, aku Hwang Hyunjin. Apa harimu menyenangkan?"
22/10/18
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE [✅]
Short Story[Completed] "Every promise, must be kept" Hanya sebuah kisah ringan. Pertemuan antara Hwang Hyunjin dengan Kim Yewon dalam suatu ikatan takdir di mana waktu lah yang mengendalikannya.