Hyunjin memasuki kamar Yewon setelah memastikan gadis itu sudah terlelap. Ia berjalan perlahan sebelum akhirnya mendudukkan diri di sisi ranjang.
Sudut bibirnya terangkat, membentuk sebuah senyuman kecil saat menatap wajah damai Yewon yang tengah tertidur.
Tangannya terangkat membelai rambut hitam Yewon, turun ke dahinya hingga berakhir di pipinya.
"Kau pasti sangat kesepian."
Hyunjin bergumam pelan, tangannya masih bergerak membelai pipi Yewon yang halus.
"Aku bersyukur, akhirnya bisa mengobrol denganmu."
"Sering-seringlah menyalakan chatbot jelek buatan ayahmu. Tenang saja, sekarang sudah bagus. Akan ada wajah tampanku disana. Hehe."
Hyunjin terkekeh pelan, merasa geli dengan ucapannya sendiri.
Detik selanjutnya, ia mulai asyik dengan dunianya sendiri, membiarkan keadaan sekitarnya dilingkupi oleh keheningan. Tidak ada suara apa pun selain detakan jarum jam dinding yang diletakkan di atas pintu.
Sangat sunyi, bahkan Hyunjin bisa mendengar deru nafasnya sendiri.
Kawasan tempat tinggalnya memang sangat sepi, sangat jauh dari perkotaan dan hampir memasuki hutan. Tetangga terdekat pun bisa mencapai jarak lima ratus hingga enam ratus meter.
Keuntungannya adalah, tempatnya sangat tenang, cukup untuk membebaskan pikiran dari hiruk pikuknya kehidupan di pusat kota sana. Pemandangannya sangat indah dan udaranya pun segar.
"Kau tahu tidak?"
Hyunjin kembali membuka suara, ia berdehem sejenak untuk mengembalikan suaranya yang terasa sedikit serak.
"Sebenarnya aku bingung bagaimana kau dan ayahmu bisa ada di sini."
"Ini rumahku tahu."
"Tapi tidak apa, aku senang kau ada di sini. Aku tidak akan bertanya lagi kenapa kalian ada di sini. Karena- ini sangat tidak masuk akal menurutku. Jika pun ini hanya mimpi, aku rasa aku ingin egois. Aku tidak ingin bangun."
Hyunjin kembali terkekeh, ia terus mengoceh tanpa peduli Yewon akan menjawabnya. Pun tidak peduli ocehannya itu akan mengganggu tidur Yewon.
Sebenarnya Hyunjin tahu sesuatu, bahwa gadis ini tidak akan mudah terganggu saat tengah tertidur.
Ia mengetahuinya tiga hari belakangan ini, Yewon sama sekali tidak terganggu dengan kegiatannya yang grasak-grusuk selama memperbaiki chatbot buatan ayahnya itu.
Bahkan mungkin Yewon tidak akan terganggu jika ada tsunami sekalipun. Ia tidur seperti orang mati.
"Ehmm ... Apa yang akan kau lakukan jika aku mengatakan kalau aku menyukaimu? Apa kau akan senang? Atau mungkin- marah?"
Hening.
Tentu saja, Yewon tidak mungkin menjawabnya, dan tentu Hyunjin pun tahu. Namun, ia terus berbincang seorang diri seperti orang gila.
"Tapi, aku benar menyukaimu."
Hyunjin tertawa pelan, tangannya bergerak untuk menggenggam jemari Yewon yang lebih kecil darinya. Sangat pas.
"Aku menyukaimu pada pandangan pertama. Terdengar klise memang, tapi aku bersungguh-sungguh. Aku pun baru mengalaminya."
"Jadi-"
Hyunjin mengalihkan pandangannya kearah lain, menggigit pipi bagian dalamnya dengan random. Ia menjadi gugup tanpa alasan yang jelas.
"Kau mau menjadi kekasihku?"
"...."
"Aku anggap diamnya kau sebagai jawaban iya. Hehe."
"...."
Keadaan menjadi hening, bahkan terasa lebih hening dari pada sebelumnya. Hyunjin yang merasa bodoh mulai berdecak kesal. Mengacak rambut hitamnya hingga berantakan.
"Aku sudah gila."
Hyunjin berseru frustasi, kemudian menatap Yewon dengan wajah seolah merasa bersalah.
"Jangan merasa ilfeel pada ku ya. Salahkan saja cintaku padamu yang sudah membuatku jadi gila," ujarnya dramatis.
Pria itu kemudian bangkit dari duduknya. Menghampiri rak etalase yang terletak di sebelah kiri ranjang. Tangannya meraih beberapa roti yang terletak di bagian paling dalam rak tersebut.
Ia menatanya sedemikian rupa, menyimpannya di dekat etalase berharap Yewon tidak akan kesulitan saat mengambilnya nanti.
Ia tidak mungkin menatanya langsung di dalam piring, bisa-bisa Yewon curiga dan membuat identitasnya terbongkar.
"Aku sudah menyiapkan segala keperluanmu."
Hyunjin menatap hasil kerjanya dengan senyuman puas, ia kembali menatap Yewon yang masih tertidur dalam posisinya. Hyunjin tersenyum lembut melihatnya, ia mengusap dahi Yewon pelan, membuat gadis itu bergumam nyaman dalam tidurnya.
"Good night and have a nice dream sweety,"
Bisiknya pelan sebelum nalurinya membawa dirinya untuk mengecup kening gadis itu penuh kasih sayang.
***
Real life : justru Hyunjin yg orangnya susah bangun. Hehe
28/10/18
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE [✅]
Short Story[Completed] "Every promise, must be kept" Hanya sebuah kisah ringan. Pertemuan antara Hwang Hyunjin dengan Kim Yewon dalam suatu ikatan takdir di mana waktu lah yang mengendalikannya.