Chapter 5 : Hyunjin

761 120 1
                                    

Hyunjin tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya saat melihat wajah Yewon di layar ponselnya. Ia tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Selama empat hari ini ia mempergunakan waktu sebaik mungkin. Satu hari ia gunakan untuk berfikir, dan kemudian tiga hari sisanya, ia gunakan untuk merombak chatbot buatan ayah Yewon —yang menurutnya jelek itu.

Hyunjin tidak serta merta melakukannya. Tentu saja ia tidak akan gegabah dengan muncul begitu saja di hadapan Yewon yang sudah pasti akan menimbulkan masalah. Pria itu memanfaatkan waktu tidur Yewon —yang selalu kelewat nyenyak untuk merombak chatbot itu, ia merasa lega karena akhirnya ia bisa mengatasi keinginannya untuk melihat wajah Yewon sekaligus membuat chatbot jelek itu berubah menjadi sedikit lebih bagus.

Hyunjin menghubungkan monitor itu pada ponselnya, menggunakan wifi hingga pada saat monitor tersebut dinyalakan, akan langsung tersambung pada ponsel Hyunjin dengan fitur seperti video call.

Dan tentu saja ia tidak lupa memasang kamera kecil pada ujung monitor itu, ia sempat berkunjung ke ruang kerja ayah Yewon dan berhasil menemukan micro camera. Daripada benda itu menganggur, lebih baik ia menggunakannya agar bisa melihat wajah Yewon.

Hyunjin tidak pernah menyangka bisa secerdas itu. Ia bangga pada dirinya sendiri. Haha.

"Hwang Hyunjin? Aku kira ayahku menamai kau HWH7."

Suara Yewon menginterupsi, gadis itu tampak memiringkan kepalanya dengan raut wajah bingung.

Hyunjin langsung mematung mendengarnya. Benar juga, ia terlalu bersemangat sampai tidak sengaja menyebutkan nama lengkapnya.

Bodoh.

"Iyaa ...." Hyunjin menggaruk kepalanya bingung, mencoba berfikir untuk mencari alasan yang setidaknya bisa diterima oleh akal sehat.

Lalu tanpa diduga, sebuah ide cemerlang muncul begitu saja di kepalanya.

"Bukankah HWH7 adalah singkatan dari Hwang Hyunjin?"

Oh, nice!

Hyunjin sangat pintar.

Bukankah ini seperti takdir? Seolah-olah chatbot itu memang sengaja dibuat agar cocok dengan dirinya.

"Benar juga haha."

Yewon tertawa kecil, membuat pipi bulatnya sedikit terangkat keatas.

Hyunjin hanya bisa tersenyum melihatnya, menahan keinginannya untuk berlari menuju kamar sebelah dan memeluk Yewon. Gadis itu sangat menggemaskan.

"Waktu itu aku hanya melihat mata, hidung dan bibir saja, tapi sekarang aku melihat wajah, kenapa bisa begitu?"

Yewon kembali melayangkan pertanyaan, membuat Hyunjin harus dibuat berfikir untuk yang kedua kalinya.

Bagaimana ini? Ia harus mengarang apalagi?

Kenapa Yewon seolah-olah mengintrogasinya yg notabenya hanyalah sebuah program?

"Apa mungkin karena waktu itu belum me-load dengan benar?" tanya Yewon lagi.

Hyunjin refleks tersenyum lebar, mengangguk antusias mengiyakan pertanyaan Yewon.

"Iya, program ku belum selesai load."

"Ohh." Yewon mengangguk.

Untuk menghindari akan adanya lagi pertanyaan dari Yewon, Hyunjin segera membuka suara.
"Bagaimana kabarmu?"

Yewon terdiam sejenak, ia mengulum bibirnya sebelum merespon "Emm aku- baik"

Yewon mengangguk-anggukkan kepalanya seolah meyakinkan diri sendiri bahwa ia memang baik-baik saja, sampai tak lama kemudian, gadis itu menghela nafas, mengalihkan pandangannya kearah jendela.

Ia mulai berfikir, untuk apa ia berbohong pada sebuah program?

"Sebenarnya aku kesepian, ayahku pergi untuk proyeknya, aku sendirian."

Hyunjin tersenyum iba melihatnya, melihat Yewon menunduk dengan wajah sendunya membuat dirinya bertekad untuk tidak membiarkan Yewon bersedih lagi seperti ini.

"Tenang saja, ada aku sekarang. Kau tidak akan kesepian lagi."

Hyunjin berujar dengan semangat, berusaha menularkan perasaan berkobar itu pada Yewon.

Diam-diam Yewon tersenyum, ia tidak menyangka, AI buatan ayahnya bisa secanggih ini.

Tutur katanya menyenangkan dan tidak kaku, belum lagi —ia sebenarnya malu mengakuinya— visual robot dalam program ini sangatlah sempurna.

Tampan.

Nyaris seperti manusia.

Bukan nyaris, tapi memang seperti manusia.

"Kau sangat lucu haha," sahut Yewon dengan kekehannya, ia menatap penuh pada wajah Hyunjin di hadapannya.

"Kau juga sangat manis, hehe," balas Hyunjin menggoda, dan entah kenapa pipi Yewon bersemu merah setelahnya.

"Wah pipimu merah, semakin manis saja hehe."

Hyunjin kembali menggoda Yewon, membuat gadis itu tanpa sadar membelalakan matanya kaget.

Kenapa chatbot itu bisa tahu kalau wajahnya memerah?

"Yak! Ke- kenapa?"

"Hehe, aku hanya menebak, pasti pipimu merah, iyakan? Hehe." Kelakar Hyunjin, berusaha agar tidak menimbulkan kecurigaan dari gadis itu.

Ia sempat merutuki dirinya sendiri karena tidak sengaja berkata yang macam-macam pada Yewon. Mengatakan wajahnya memerah sesuai fakta sama saja dengan bunuh diri. Yewon pasti curiga.

Tapi, ia cukup senang saat melihat wajah cantik itu memerah karena malu, sangat menggemaskan.

"Sok tahu." Yewon memekik kesal, membuat Hyunjin tergelak.

"Mengaku saja."

"Tidak!"

"Kau pasti menyukaiku, makanya pipimu merah, pasti kau merasa malu. Hehe," ceplos Hyunjin asal.

Yewon mencebikkan bibirnya, merasa kesal karena digoda oleh sebuah program komputer.

"Ish kau ini bicara omong kosong apa sih? Sudahlah, aku mau tidur."

Klik!

Dan layar pun mati. Hyunjin mengerjap pelan kemudian terkekeh geli.

Yewon terlihat sangat manis jika sedang salah tingkah.

Oh tidak, Yewon selalu terlihat manis di matanya.













25/10/18

PROMISE [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang