Chapter 7 : Real Friend?

706 124 8
                                    

Sudah beberapa hari ini Yewon tampak lebih ceria, kehidupannya berjalan dengan baik walaupun tanpa ayahnya di sisinya.

Sebenarnya sempat terbesit rasa khawatir saat ayahnya tak kunjung memberinya kabar, namun gadis itu berusaha berfikir positif, meyakinkan dirinya bahwa mungkin saja ayahnya tengah sibuk saat ini.

Ia juga sangat bersyukur karena ayahnya telah menciptakan chatbot yang super menyebalkan ini. Selalu menggodanya yang entah kenapa Yewon malah menyukainya.

Ayahnya memang benar-benar jenius, membuat Yewon tidak kesepian walaupun tengah sendirian.

"Hyunjin~"

Seperti biasa, Yewon akan menghabiskan sorenya dengan berbincang bersama Hyunjin. Sembari menyeduh teh hangat dengan jendela yang terbuka lebar di sebelah kanannya.

"Hey Yewon. Bagaimana kabarmu?"

Hyunjin merespon cepat setelah mendapat sapaan dari Yewon, pria itu tersenyum lebar dengan mata yang membentuk bulan sabit.

"Aku baik."

Yewon terkekeh pelan melihat ekspresi Hyunjin yang selalu antusias. Ia meneguk teh nya sebelum berucap dengan riang.

"Kau tahu tidak?"

Hyunjin menaikkan alisnya, kemudian menggeleng "kau belum memberitahuku, jadi aku tidak tahu."

Yewon kembali terkekeh. Hyunjin terlihat menggemaskan di matanya.

 Hyunjin terlihat menggemaskan di matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uh, apa benar ini program buatan ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uh, apa benar ini program buatan ayahnya. Kenapa sesempurna ini?

"Tadi aku sudah makan roti dan minum susu, aku minum teh juga seperti biasa. Lalu apa kau tahu? Aku ke kamar mandi lagi sendirian. Kemajuan yang pesat kan? Hehe. Aku sangat senang."

Yewon bertepuk tangan dengan riang, merasa bangga dengan dirinya sendiri dan membuat Hyunjin tersenyum.

Yewon sangat sederhana, hal kecil seperti itu pun bisa membuatnya bahagia.

"Wahh, lalu apa kau sudah meminum obatmu?"

Yewon mengangguk antusias "Tentu saja."

Hyunjin tersenyum, begitupun Yewon.

Dan tiba-tiba saja hening. Senyuman di bibir Yewon luntur begitu saja saat sebuah fikiran yang naif merasuki kepalanya, ia ingin mengatakannya pada Hyunjin, tapi ia bingung bagaimana cara menyampaikannya.

Gadis itu mengalihkan pandangannya menatap danau. Cukup lama hingga ia sedikit menghela nafasnya, jika dipikir-pikir, sudah lama Yewon tidak melakukan aktivitas rutinnya ini. Ia lebih sering mengobrol dengan Hyunjin sekarang.

"Yewon."

Suara Hyunjin kembali mengintrupsi, Yewon segera menoleh kemudian terdiam menatap wajah Hyunjin. Perasaannya gusar.

"Hyunjin ...." Yewon berujar dengan pelan, gadis itu menunduk sembari memainkan kuku-kukunya.

Hyunjin sedikit cemas melihatnya, mempertanyakan apa yang telah terjadi pada gadis manis itu.

"Aku ingin punya teman," ucapnya pada akhirnya.

Hyunjin menaikkan alisnya sedikit terkejut.
"Hm? Aku temanmu."

"Aku tahu ... maksudku, teman yang- nyata," cicit Yewon pelan.

Hyunjin terdiam mendengarnya.
Benar juga, walaupun Yewon tampak senang mengobrol dengannya lewat monitor, tapi tetap saja, Yewon menginginkan sesuatu yang nyata.

Hyunjin tidak tahu kenapa ia malah bersembunyi, menghampiri Yewon diam-diam setiap malam dan hanya berani menampakkan dirinya di dalam monitor.

Bukankah seharusnya ia menghampiri Yewon sebagai Hwang Hyunjin yang sebenarnya? Bukan sebagai Hwang Hyunjin yang Yewon tahu hanya sebuah program?
Kenapa ia bodoh dan sempat berfikir kehadirannya akan menimbulkan masalah jika Yewon melihatnya? Bukankah ia bisa menjelaskannya? Atau jika sulit menjelaskan, ia bisa memulai perkenalan dengan gadis itu sebagai tetangganya, mungkin?

Jika sekarang, semuanya terlambat. Yewon sudah terlanjur mengetahui dirinya sebagai sebuah program buatan ayahnya.

Masalah benar-benar akan terjadi jika ia menampakkan dirinya di hadapan Yewon.

"Andaikan kau nyata. Aku sangat ingin berteman denganmu." Yewon mengangkat kepalanya kemudian tersenyum lirih.

Hyunjin menatap Yewon dengan sendu, berteriak dalam hati bahwa dirinya adalah sosok nyata.

Ia mulai tak habis fikir dengan dirinya sendiri. Kenapa ia malah membuat dirinya menjadi benda mati seperti ini?

Haruskah ia menghampiri Yewon dan menampilkan sosok sebenarnya? Mengesampingkan masalah yang terus menghantui pikirannya demi mewujudkan keinginan gadis itu?

"Tapi itu mustahil kan? Haha aku ini memang terlalu banyak berkhayal."

Klik!

Dan layar pun mati.

Hyunjin mematung di tempatnya.

Ia melempar ponselnya sembarangan kemudian berlari keluar dari dalam kamarnya.





***


30/10/18

PROMISE [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang