00

1.2K 65 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Dasar gendut! Nggak malu ya dandan? Lo malah kayak badut tau!"

"Haha!"

"Badut!"

"Nggak sadar diri!"

Kalimat semacam itu selalu menemaniku sejak aku SD tepatnya sejak aku pubertas pertama. Yang kuheran, saat semua anak seusiaku tumbuh cantik dan ramping, aku malah hidup seperti babi. Aku tidak bisa mengontrol makanku hingga akhirnya aku seperti ini; dan di olok-olok seperti ini pula.

Ketika aku menginjakkan kaki di bangku SMP, omongan seperti di SD sudah tidak ada lagi, aku bisa bersyukur karena tidak ada kalimat jahat yang ditujukan untukku. Kupikir saat itu, teman-teman sekolahku sudah dewasa dan berpikiran jernih karena mereka tidak mengataiku. Tidak apa tidak memiliki banyak teman, yang penting tidak ada yang mencaciku. Itu sudah cukup.

Tapi, ternyata bayanganku akan hidup tentram selama di SMP gagal total. Dia, si galaksi yang kedatangannya mampu menyita setiap pasang mata yang menatap. Dia, yang kedatangannya langsung menjadi trending topic di SMP kami. Dia, yang kedatangannya langsung menghancurkan semua ketentraman yang semula kubayangkan.

Gendut, badut, cewek jelek, nggak laku, dugong dan berbagai jenis julukan menyakitkan yang dialamatkan untukku menghiasi masa remajaku, masa SMP-ku kelas tujuh sampai kelas delapan. Kemudian, ketika Ayahku meninggal dan kami pindah ke Palembang.

Kehidupan sekolahku di Palembang benar-benar tentram, dan aku untuk pertama kalinya memiliki teman. Juga, dia yang menyarankanku untuk melakukan diet dan berdandan. Nanti, namanya akan kuceritakan dengan sudut pandang orang ketiga.

Then, drama is started...

LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang