07

302 25 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Fajir masih merekam jelas jejak-jejak masa lalu yang membuat hatinya patah. Kepada angin malam yang tiap malam selalu di hampiri Fajir dengan harapan semoga bisa membawa serta jejak itu menyingkir dari memori sensorisnya. Agar hippocampus tidak lebih jauh melihat gambaran-gambaran yang di simpan di sana. Atau setidaknya jika Fajir bisa memilih, maka ingatan tentang Kota Palembang beberapa tahun silam bisa ia masukkan ke dalam short-term memory, sehingga tidak akan bisa lagi di recall memory dengan tak berperasaan oleh ingatannya.

Asap rokok, asap kendaraan roda dua maupun empat, atau bahkan makian bawel sang Nenek di Jakarta-lah yang sesungguhnya bisa membuat Fajir sadar kalau dia masih hidup. Bahwa dia bukan hanya manusia tak berarah, yang terus-terusan ingin mengilah bahwa kejadian di saat Papa-nya yang pergi menelantarkan Mama yang sedang terbaring lemah di rumah sakit waktu dulu adalah hal yang memang dialaminya. Yang sampai kini, dengan tak tahu aturan di recall memory oleh otaknya. Jika Jakarta Fajir selalu mengendarai motornya di tengah malam sebagai cara menghilangkan ingatan yang selalu menghantuinya. Setidaknya, dengan begitu Fajir bisa merasakan sedikit kelegaan dari dadanya yang menyesak.

Jakarta tidak pernah tidur, adalah istilah yang disematkan kepada kota itu. Belakangan Fajir yakin, jika Jakarta mendapat julukan seperti itu semata-mata bukan karena lalu-lalang kendaraan yang selalu ada bahkan ketika waktu telah menunjukkan larut, tetapi jauh dari itu... Karena beberapa orang mengalami hal serupa sepertinya, dan kemudian memilih membiarkan angin malam menerpa wajah dan membuat mereka menggigil. Dengan harapan, agar segala hal yang terekam dalam memori sensoris otak bisa ikut melebur pergi dari dalamnya.

Fajir berasal dari keluarga broken home. Mamanya yang menderita kanker terpaksa dilarikan kerumah sakit demi kesembuhan. Semuanya peduli, Fajir terkadang bergantian dengan Papa,dan bahkan Nenek yang berdomisili di Jakarta ikut datang jauh-jauh untuk merawat.

Walaupun akhirnya takdir telah memiliki jalannya sendiri.

Jauh sebelum angin sejuk datang menyapa, sebuah angin beliung memangkas habis harapan keluarga Fajir. Papa-nya pergi ketika Mama tanpa sengaja melihat pesan masuk dengan kata-kata super romantis yang ditujukan untuk sang papa—tepat disaat jadwal kemo akan dimulai. Dan menolak untuk memberikan penjelasan, papa memutuskan angkat kaki dan memilih perempuan simpanannya. Enam bulan setelah Mama wafat, Fajir tahu kalau dia telah memiliki Ibu tiri—tidak tanggung-tanggung, bahkan Fajir langsung dikenalkan kepada anak kecil seumurannya sebagai saudara.

Jika Papa tidak berniat membunuhnya, seharusnya dibiarkan saja ia tinggal menetap di Jakarta. Bukannya malah menambah kesedihan dengan menyuruhnya kembali ke kota penuh luka ini. Kota dimana segala bentuk kesengsaraannya menghujamnya.

Dan kini, Fajir harus kembali masuk ke dalam neraka yang orang lain biasa menyebutnya sebagai 'rumah'. Fajir melepas helm yang ia kenakan dan menaruhnya diatas satu spion ketika motornya telah berhenti di atas carport rumah berpagar besi coklat tinggi itu. Mang Jarwo—sekuriti yang membukakan pintu pagar tadi langsung berlari menuju carport dan mengambil alih motor itu untuk ia masukkan ke dalam garasi.

LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang