10

250 22 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bukan Fajir CS namanya kalau tidak bisa membuat orang ingin membuang komplotan itu ke antartika saking kesalnya. Bayangkan saja, 20 menit waktu yang harus terbuang sia-sia karena tiga cowok itu—plus tiga siswa cowok lainnya yang terjangkit dalam drama pentas bahasa itu baru nongol batang hidungnya saat 10 panggilan masuk dari Gilda ke nomor Ares tidak di gubris sama sekali oleh cowok itu. Dan, cowok-cowok berandal yang punya kemampuan membuat orang bisa tua mendadak itu akhirnya datang setelah Gilda menugaskan Lili menghubungi nomor Ares atau siapapun di antara enam cowok yang saat ini terlihat dari atas sedang melangkah menuju area kelas.

"Jangan marah dulu, Gil," Ares menyela langsung ketika melihat cewek berambut bob itu sudah ingin memberikan kuliah tujuh menit kepada para berandal yang bahkan tak menunjukkan tampang bersalah sedikitpun pada para cewek-cewek yang sudah menunggu hampir berkarat. "Asem mulut nggak ngudut dari pagi."

"Rokok mulu, sakit nyesel lo pada!"

"Doain aja abang ni sehat-sehat supayo biso nafkahin adek yo..." Ares menyeringai.

Gilda berkacak pinggang melotot dengan tatapan bercampur jijik, kemudian ia mendengus malas, "Seenggaknya angkat telepon dan bales pesan gue."

"Kan udah," Ares menaikkan alisnya. "Malah di telepon langsung sama cinderella, ya nggak pangeran?" Ares memainkan alisnya menatap Fajir yang sedang mengotak-atik HP ditangannya.

Cowok itu mendongak, mengerutkan dahi hingga kedua alisnya bertaut satu.

"Lo nggak tau Li gue hampir di tonjok karena elo lebih milih gue dari pada pangeran lo. Iya sih, gue tau pesona gue emang nggak bisa di tolak tapi—"

"Res, fokus ya tolong. Gue tau lo jomblo lumutan, tapi plis demi kelas kita menang elo sampingin dulu omong kosong lo itu, okay?" Gilda memutar bola mata. Lalu, menoleh kepada Lili meminta cewek itu membagikan beberapa lembar kertas yang sudah di fotokopi dan di staples pada ujung bagian atas kertas. "Li, tolong ya..."

Lili mengangguk, melepaskan satu airpods dari telinga kanan dan mengambil setumpuk kertas yang sudah tidak terasa hangat lagi seperti tadi ketika baru keluar dari mesin photokopi. Ia berjalan berusaha santai ketika sepasang mata yang terus mengawasi langkahnya itu semakin ia dekati, tangannya terulur memberikan kertas berisi naskah 'cinderella' yang akan menjadi acuan untuk latihan drama hari ini dan seterusnya itu kepada anak-anak—minus Niken yang izin telat latihan karena ada kumpulan KIR.

Lili menyodorkan kertas kepada Fajir yang sejak tadi sibuk mengutak-atik HP itu sambil berdeham, "Nih."

Fajir mendongak, kemudian mengangguk dan mengambil kertas itu dari tangan Lili. "Thanks."

Dan satu tindakan Fajir yang membuat Lili tercengang—namun tidak mampu menolak adalah, ketika Fajir mengambil airpods yang di genggaman tangan Lili. Cowok itu menunjukkan airpods milik Lili yang sudah berada di tangannya sambil mengoyangkan tangan pelan. "Gue lupa bawa. Barengan ya dengerin musiknya?"

LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang