24

159 17 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sorak-sorai suara cewek-cewek penghuni kelas XI S1 yang memenuhi Jakabaring Sport City. Tepatnya, pada tribun di venue aquatic-nya. Karena hari ini sesuai jadwal akan dilakukan pengambilan nilai renang, maka pak Terada memboyong anak-anak muridnya ke JSC sebanyak tiga kelas.

Pengambilan nilai di luar sekolah memang selalu membuat murid-murid merasa senang karena setelah penat dengan pelajaran yang bikin kepala berasap dan asam lambung naik itu, juga kapan lagi coba mereka akan pergi ke kolam renang secara cuma-cuma alias gratis. Ya meskipun bayarnya juga pakai uang kas, tetap saja membuat senang.

Karena kelas XI A3 sudah mulai bersiap-siap di bawah untuk melakukan pengambilan nilai renang, maka beberapa anak cewek kelas XI S1—karena para cowok-cowok udah standby sejak tadi dengan pakaian olahraga mereka—langsung menuju ruang ganti.

"Ken, kapan jadinya? Keburu basi PJ-nya lah kalo kelamaan." Goda Jelita yang berdiri di sebelah Niken, dan langsung di sauti oleh beberapa teman mereka.

"Iyo nih. Nggak usah mahal-mahal, Pizza be dak papo."

"Sejak kapan uang jadi masalah sih?" balas Niken sambil terkekeh.

"Woah, ini baru horang kaya panutanque... jadi, kapan nih?"

"Gue nggak jadian tau sama Fajir. Salah orang lo minta traktirnya." Kata Niken sambil memautkan diri di depan cermin panjang.

Lili yang sejak tadi diam tak ikut berkomentar dan memilih untuk menyimak saja berjalan dan berdiri di samping Niken. Cewek itu meletakkan paperbag pakaian seragamnya di atas keramik wastafel, lalu membenarkan sisi rambutnya yang mencuat tak beratur.

Niken memandangi Lili dengan diam melalui kaca cermin, satu sudut bibirnya tertarik ke atas bersamaan dengan ia yang menyelesaikan pautan dirinya di cermin. Niken mengambil tempat bersandar pada dinding di sebelahnya, sambil memeluk baju seragam, suaranya mengudara. "Bukan gue pacarnya, Fajir."

"Masa sih? Lo kan cantik, dia ganteng. Terus kayaknya kalian suka ngobrol berdua juga..." ujar Jelita.

"Ngobrol berdua belum tentu saling suka kali," celetuk Sarah yang sedang mengikat rambutnya ke belakang. "lagian setiap orang punya standar ketertarikannya sendiri. Kalo cowok ganteng cocoknya cuma sama cewek cantik, terus gue yang KKM ini disuruh mimpi aja gitu?" dengusnya.

Sarah memang sejak dulu tidak menyukai teman-temannya kalau sudah bicara soal fisik. Semua cewek itu cantik, yang salah cuma pola pikirnya dan sayangnya mereka terlanjur terdoktrin dengan apa yang disajikan di depan mata.

Suasana mendadak hening, tak ada yang membantah apalagi berkomentar. Dan Sarah kembali meneruskan. "Lagian, gimana coba perasaan cewek aslinya Fajir kalo denger kalian ngomong gitu."

"Ceweknya ya pasti paripurna lah, Rah. Fajir-nya aja begitu," ujar Vio.

"Iya, dan gue masih positif mikir kalo Niken pacarnya Fajir." Jelita menambahkan. Tetap kekeuh dengan praduganya.

LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang