"Belajar dengan benar, kabari aku jika ada sesuatu terjadi," Wildan mengelus rambut Shopia dengan sayang.
"Dasar bawel, kau sudah berkata lebih dari 5 kali," omel Shopia menyingkirkan tangan Wildan.
"Kau merusak moment," gerutu Wildan dengan wajah cemberut.
"Jangan mulai."
"Aku belum bilang, aku akan ke kantor selama seminggu ini," jelas Wildan membuat Shopia menoleh spontan.
"Kau bekerja?"
"Tidak, hanya kesana dan mulai belajar. Ayah ingin aku paham struktur kantor sepertinya."
"Kenapa tidak bilang?" Shopia memelankan suaranya.
"Semalam aku benar-benar kesal, masalah Tim sukses dan tiba-tiba Ayah meminta untuk pergi ke kantor," jelas Wildan menghembuskan nafas frustasi.
"Baiklah, semangat," kata Shopia dengan ceria. "Aku juga akan kembali ke tempat kos."
"Tidak, kau harus disana."
"Dimana?"
"Dirumahku, Ibu bilang mulai sekarang kau harus bersama kami," kata Wildan berbalik menghadap Shopia.
"Tidak bisa," kata Shopia dengan mata melotot. "Itu sangat tidak lucu, aku akan kembali ke tempat kos," putus Shopia sambil membuka pintu mobil.
"Tidak!" Wildan mencegah Shopia untuk turun, ia menahan lengan Shopia yang membuat gadis itu mendengus.
"Apa?"
"Ada satu alasan yang membuat kau tidak bisa kembali ke tempat kos, jadi aku minta jangan membantah."
"Aku akan kembali, aku tidak mau. . . "
"Akan aku jemput saat pulang nanti, Dani dan Reno mewakili aku untuk menjaga dirimu," Wildan mencium kening tepat pada perban kemarin, membuat kata-kata Shopia hilang di tenggorokan.
"Jangan lakukan hal bodoh," Shopia menatap Wildan dengan tatapan berbeda.
"Dan, jangan mendekati lelaki manapun," seolah abai, Wildan kembali mengusap rambut Shopia lalu mengedip.
Shopia yang jengah dengan hal itu keluar dari mobil dengan mencibir serta mengoceh melihat tingkah Wildan.
"Sadar atau tidak, ketakutan menghantui diri ini."
-----
"Shopi!" pekikan heboh dari teman-temannya langsung menyambut saat Shopia memasuki ruang kelas.
"Jangan dramatis," maki Shopia dengan jengah.
"Kau ini kenapa?" tanya Renata yang menyadari kekesalan Shopia.
"Bukan apa-apa," sahut Shopia duduk dibangku dengan kasar.
"Kenapa?" Beni duduk tepat disamping Shopia.
"Bukan hal penting," katanya mulai membuka buku dan semua pelajaran bimbingan nya.
"Aku tidak melihat Sella," kata Shopia setelah Beni juga sibuk dengan ponsel dan yang lain tampak bergurau di meja sana.
"Perpustakaan," balas Beni singkat.
"Bel akan berbunyi, apa dia . . . "
"Jam pertama kosong," potong Beni cepat.
Shopia menatap Beni dan ponsel datangnya, ia berdecih kesal dan mulai berdiri dari duduknya.
"Menyingkir!"
"Kau mau kemana?"
"Perpustakaan, dan jangan ganggu aku!" Shopia segera pergi setelah mengancam Beni yang hanya terbengong.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDzone (Completed)
Teen FictionAwalnya memang teman biasa, Namun tiba-tiba datang rasa cinta. Namun hanya salah satu saja yang dihati merasakan cinta. Awalnya memang tidak ada rasa, Namun akhirnya ada rasa yang istimewa. Namun salah satunya hanya masih ingin tetap jadi TEMAN saja...