FRIENDzone_ Part 38

735 45 0
                                    

Shopia sudah sadar dari efek obat beberapa menit yang lalu. Tapi dia masih berada dalam mode diam, tidak berbicara bahkan menyapa. Hanya suara rintisan yang terdengar.

"Shopia, you okay?"

Shopia hanya mengangguk mengiyakan.

"Ada yang sakit?"

Shopia menggeleng lalu mengangguk setelahnya.

"Kau haus?"

Shopia kembali menggeleng.

"Pia, kau bicara.  Ada yang sakit?" Wildan masih duduk dikursi roda tepat disamping Shopia.

"Aku ingin tidur dan tidak menerima wawancara apapun, kalian tau shock? Ya itulah aku saat ini. Biar diperingkas saja ceritanya, Aku diserang saat keluar dari kamar mandi. Selesai aku tak ingat apapun setelahnya."

Shopia berbicara tanpa membuka mata juga tanpa menggerakan tangan kanannya, bahu kirinya rasanya sangat hancur hingga nyaris membekukan tulang lainnya .

"Siapa pelakunya?"

"Oh, apa kalian tidak perhatikan kondisiku? Aku diserang dan aku tak sadarkan diri. Dan siapa pula yang menemukan aku pertama kali?"

"Aku."

Arabell membuka suara dan tersenyum manis saat dengan spontan Shopia membuka mata dan menoleh ke arahnya dengan wajah melotot.

"Kau?"

"Yup, Kau pikir siapa? Atau kau berharap orang lain?"

Shopia menggeleng lalu menutup mata. "Tidak. Tapi terima kasih untuk bantuannya."

"Oh itu tidak masalah Shopi, kau bisa mengandalkan aku jika butuh-"

"Tidak, Kau bisa pergi dan beristirahat. Aku yakin kau lelah ditanya sana-sini, jadi dengan baik aku mengatakan kau tidak akan ditanyai apapun lagi, ini murni penyerangan."

"Shopia, kami butuh Arrabel."

Dani berujar dan disetujui yang lainnya di ruangan itu. Masih belum ada tambahan orang di ruangan, hanya teman dekat dan satu musuh yaitu Arrabell.

"Aku sudah memberi penjelasan menurut yang aku ingat."

Semuanya hening, tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka membuat semuanya menoleh kecuali kelly.

"Arrabel, ayo pulang."

Kelly membuka mata saat mendengar suara itu, suara yang coba ia hindari karena kekuasaan. Tapi persetan dengan itu, ia malas berurusan lebih jauh dengan mereka.

"Pulanglah medusa, Ruangaku bertambah sesak jika banyak yang menonton."

"Shopia, hati-hati dengan bahasmu," Wildan menegur dan mengelus kepala Shopia.

"Silahkan keluar jika tak ingin aku berkata lebih kasar lagi, kepalaku pusing dan ingin meledak. Bisa kalian memberikan aku privasi?"

"Aku mohon, kalian semua keluar dari sini. Kalian bisa menjenguk aku besok lagi, aku hargai itu. Tolong, aku butuh sendiri."

Wildan mendengus kesal kala sikap keras kepala Shopia kambuh, gadis itu bisa berubah 180°. Dari menjaga perasaan orang menjadi masa bodo dengan pemikiran orang. Ucapan pedas beranda sinis itu menandakan kemarahan, namun Wildan belum tau kepada siapa lebih tepatnya.

"Kalian pulanglah."

Semuanya menatap Wildan dengan protes, tapi langsung menurut saat Wildan juga enggan memberi penjelasan. Semuanya hanya bisa mengerti dengan keputusan Shopia dan dukungan Wildan.

FRIENDzone (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang