Shopia bergerak dengan gelisah, Beberapa hari ini kesehatannya menurun dan sering pusing dibagian kepala.
"Kau kenapa?"
"Entahlah Wil, Kepalaku sakit sekali," Shopia mengeluh dan memegang kepalanya.
"Pertimbangan Beasiswa akan segera diadakan disekolah, dan aku yakin kau akan menang."
"Semuanya membuat aku pusing," keluh Shopia dan menumpu kepala pada tumpukan buku dimejanya.
"Aku akan selalu mendukung dirimu," ucap Wildan mengelus lembut kepala Shopia.
Shopia mengangguk dengan masih dalam posisinya, ia enggan beranjak walau sebentar. Atau sakit kepalanya bisa membuat ia meledak-ledak.
"Bangunkan aku saat Guru datang."
Wildan hanya mengangguk dengan masih mengelus rambut Shopia disampinya. Ia membaca tugas yang dikerjakan untuk kompetisi itu. Wildan sangat yakin jika Shopia berusaha keras dalam hal ini, terlihat dari setiap dedikasinya untuk sekolah sejak dulu.
Biarkan ia berkisah tentang gadis pemberani ini.
Shopia Andini. Gadis ini berasal dari bandung, sama seperti dirinya. Sejak kecil mereka selalu bersama, dan ia sangat mengenal baik keluarga Shopia.
Walaupun sempat terpisah 1 tahun lamanya, mereka kembali bertemu dan menjadi sahabat bahkan lebih erat dari sebelumnya.
Dulu, saat kelas 1 Smp dia terpaksa pindah ke Jakarta untuk urusan bisnis. Awalnya ia sangat sedih dan tak terbiasa saat harus jauh dari sahabat kecilnya itu. Apalagi saat melihat Shopia menangis saat ia memeberitahukan hal itu, hatinya sangat pilu saat diam-diam Shopia menangis di rumah pohon milik mereka berdua.
Entah itu hal yang wajar atau tidak, dua bocah berbeda jenis kelamin menjalin pertemanan yang erat. Awalnya ia hanya ingin menjadi teman biasa untuk Shopia, tapi saat melihat air mata mengalir diwajah Shopia hatinya teriris dan berjanji menjadi sahabat serta tempat Shopia mengadu.
Ia sangat mengenal Shopia, dia sosok yang selalu berkata 'baik-baik saja' walau kenyataan 'tidak baik-baik saja' . Shopia tak pernah membiarkan ibunya tau akan setiap duka yang gadis itu rasakan, ia memendam dan selalu berakhir menangis sendiri.
Semakin lama Wildan semakin kagum dengan Shopia, ditengah semua masalah yang mengguncang hidupnya ia selalu tersenyum. Bahkan Wildan butuh sedikit paksaan agar Shopia berkata jujur apa yang menjadi kegelisahannya.
Kini mereka kelas 10 ipa. Shopia menyusul Wildan saat kelas 2 smp dengan jalur beasiswa dan ia kembali satu sekolah dengan Wildan dengan jalur yang sama.
Shopia bukan anak orang kaya, ia hanya gadis sederhana yang memiliki kecerdasan dan kebaikan yang menjadi point plusnya. Disekolah ini Shopia berhasil mencapai kepercayan hampir dari semua orang, walau mungkin segelintir orang bergerak tak perduli dan tak mengusik.
Kecerdasan Shopia berhasil membuat guru berdecak kagum, 3 bulan memasuki sekolah Shopia berhasil menyabet penghargaan Juara Pertama tingkah Provinsi Saint. Lalu juara kedua Sastra serta, dan Matematika sebagai yang pertama tingkat Nasional.
Bukankah itu bukan hal kecil? Tentu saja, jadi wajar jika para guru menawarkan Beasiswa itu untuk Shopia. Bukan tanpa alasan, prestasi yang biasa diraih Shopia disekolah ini biasanya diraih oleh kelas 11 dan itupun memasuki semester dua. Tapi Shopia, Kelas dan hanya berjarak 3 bulan dari waktu masuk. Bukankah itu menakjubkan?
Ditengah kemerlap Shopia, semua siswa mengadang-gadang tentang hubungannya dengan Wildan. Yang jelas-jelas sahabat kecilnya. Bahkan Shopia selalu mengadu ingin berteriak
'Are you kidding me?' Oh, Wildan ingin terkekeh kala membayangkan muka jengah Shopia saat mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDzone (Completed)
Ficção AdolescenteAwalnya memang teman biasa, Namun tiba-tiba datang rasa cinta. Namun hanya salah satu saja yang dihati merasakan cinta. Awalnya memang tidak ada rasa, Namun akhirnya ada rasa yang istimewa. Namun salah satunya hanya masih ingin tetap jadi TEMAN saja...