"Kapan Ibu akan pulang ke Bandung?"
"Besok sore," ujar Bu Wina dengan masih membelai rambut anaknya.
"Kenapa cepat sekali?"
"Ibu tak bisa meninggalkan Nenek terlalu lama," jawabnya membuat tenang.
"Aku merindukan rumah," bisik Shopia mengeratkan pelukannya.
Shopia sedang dalam pelukan Ibunya. Tadi setelah makan malam mereka berbincang sebentar, lalu Shopia merengek mengantuk dan ingin didongengkan sebelum tidur.
Shopia ingin menghabiskan waktu bersama Ibunya. Semakin jarang ia memiliki waktu dengan sibuk pada pendidikannya, membuat moment ini terasa begitu lama tak dirasakan lagi.
"Universitas mana yang akan kau ambil?"
"Tidak ada Universitas impian dalam penawaran itu Bu," jawabnya dengan santai.
"Ambil Universitas yang ada saja, Ibu_"
"Itu masih lama Bu, aku tak ingin membahasnya sekarang."
"Baiklah."
"Bu, apa aku kembali saja ke Bandung?" tanya Shopia mulai bangkit dari posisi berbaring, menyandarkan kepala pada ranjang.
"Kenapa tiba-tiba?" Ibu Wina bertanya dengan sedikit terkejut.
"Aku hanya berfikir aku akan menetap di Bandung semester nanti," ujar Shopia mengelus lengan Ibunya.
"Lanjutkan mimpi mu, jika kau berniat menetap di Bandung karena ucapan Ibu tadi, jangan dipikirkan. Ibu akan selalu mendukung langkah yang kau ambil," Ibu Wina bangkit dan ikut bersandar pada kepala ranjang.
"Aku akan pindah Bu, aku akan hidup bersama kalian saja di Bandung. Setelah dipikir-pikir, aku tak bisa berjauhan denganmu," ujar Shopia dengan manja.
"Jangan libatkan masalah pribadi dalam cita-cita sayang," ujar Ibu Wina menggenggam tangan Shopia.
"Apa maksud Ibu?" tanya Shopia dengan gelagapan.
"Aku Ibumu, aku tau apa yang hatimu rasakan. Aku tau _"
"Ibu itu bicara apa? Aku baik-baik saja, tidak melibatkan masalah pribadi at_"
"Wildan,"potong Ibu Wina menatap dengan tatapan berbeda.
Shopia terkekeh, "Kenapa dengan Wildan?"
"Setidaknya jujur pada dirimu Shopia, Ibu tau bahwa kau tak _"
"I'm Fine," bantah Shopia cepat.
"Kenapa kau melakukan hal itu?"
"Apa?"
"Kau yang membuat mereka bersatu?"
"Tentu saja tidak," elak Shopia dengan pandangan mengarah kearah lain, menghindari tatapan ibunya.
"Tatap mata Ibu jika sedang bicara Andini," tegas Ibu Wina membuat Shopia spontan menoleh dan menatap
Ibunya dengan mata berkaca-kaca."Kenapa kau lakukan hal itu?" Lagi, Ibu Wina menanyakan hal yang sama.
"Bu, aku mohon. Aku tak ingin membahas hal ini, Aku ingin istirahat, selamat malam Ibu," Shopia berbaring lalu berbalik memunggungi Ibunya.
Ibu Wina menatap punggung anaknya dengan sendu. Kehidupan seperti mempermainkan kehidupannya, pahitnya kegagalan rumah tangga yang dialami rak disangka berdampak pada anak semata wayangnya ini.
Dulu, ia sering pura-pura tersenyum saat bertahan mati-matian mempertahankan rumah tangganya yang diambang kehancuran itu.
Tapi tidak ada lagi kepura-puraan dalam hidupnya, pernikahan yang ia pertahankan harus ia relakan berakhir dengan keji. Perpisahan tak ter-elakan dengan cara yang tak pernah ingin dirasakan setiap wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDzone (Completed)
Teen FictionAwalnya memang teman biasa, Namun tiba-tiba datang rasa cinta. Namun hanya salah satu saja yang dihati merasakan cinta. Awalnya memang tidak ada rasa, Namun akhirnya ada rasa yang istimewa. Namun salah satunya hanya masih ingin tetap jadi TEMAN saja...