"Aku ingin bicara dengan dirimu."
*****
Dingin.
Kemarahan.
Kecewa.
Satu kata itu yang terlintas saat suara itu terdengar oleh Shopia. Dan semuanya semakin meyakinkan saat melihat sorot mata orang tersebut.
Menakutkan.
Shopia hanya mengangguk dengan masih mempertahankan senyumnya. Ia menuduk sebentar lalu menghela nafas dan kembali tersenyum.
"Tentu saja."
Setelah mendapatkan jawaban itu. Orang tadi segera berjalan dengan langkah besar serta terburu, membuat Shopia kesulitan untuk mensejajarkan langkah kecilnya.
Meninggalkan ruangan yang perlahan mulai dihuni oleh sebagian orang. Karena sisanya sudah keluar untuk berbagai aktivitas, meninggalkan para sahabat pasangan baru yang belum bergeming ataupun mengucapkan selamat kepada pasangan tersebut.
"Ayo ke kantin," kata Wildan dengan tersenyum lebar.
"Kami traktir kalian hari ini, sepuasnya," imbuh Marsella disamping Wildan.
Laura, Renata serta Dani hanya saling tatap. Ketiganya bingung harus menunjukan keadaan seperti apa disaat seperti ini. Senang atau sedih. Tapi hanya ada 1 perasaan yang tidak bisa mereka tutupi.
Kecewa.
Entah perasaan kecewa untuk hal apa. Wildan dan Marsella bersama? Wildan lebih memilih Marsella? Shopia yang bodoh? Atau Marsella yang menerima Wildan? Semuanya bingung.
"Kalian Kenapa? Seperti tidak senang pada. . . "
"Aku ingin ke toilet sebentar, Laura," Renata menarik Laura yang hanya diam ditempat.
Sementara Dani masih pada posisi. Menatap pasangan itu dengan bibir berkedut. Ia harus tersenyum tapi rasanya sangat sulit.
"Selamat," akhirnya kata itu terucap.
Dani mengulurkan tangan dan disambut Marsella dan Wildan dengan tawa kecil. Keduanya kembali bergandeng setelah menyalami Dani, bahkan Wildan merangkul bahu Marsella tanpa ragu.
Seharusnya Shopia.
"Dimana Beni?" tanya Wildan setelah tak menyadari kehadiran Beni, "Dan Shopia?."
"Aku tidak tau," jawab Dani seadanya."Aku akan cari mereka, dan mengatakan jika kalian mencari mereka."
"Biar aku telepon, kau ke kantin saja," Wildan mulai menghubungi Beni ataupun Shopia. Tapi tak ada yang menjawab diantara kedua orang itu. "Kemana mereka? Apa susahnya mengakat telepon dariku."
"Kalian ke kantin saja, aku akan mencari mereka. Anak-anak pasti menunggu kalian di kantin."
"Benar kata Dani, kita ke kantin saja. Biar teman-teman kita menyusul nanti," kata Marsella dengan lembut.
"Baiklah. Tapi kalian harus datang ke kantin nanti, kalian itu sahabat dekat kami. Awas tidak datang," Wildan menunjukan kepalan tangan sebagai ancaman.
Dani hanya mengangguk sebagai jawaban. Pasangan itu pergi dengan bergandengan tangan, membuat Dani terus menatap hal itu hingga keduanya hilang dari pandangan.
"Inikah cinta? Sial, ini kebodohan," umpat Dani segera berlari kemana temannya berada.
_____
"Lihat dia mencari dirimu," tunjuk Beni pada pomsel Shopia yang terus berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDzone (Completed)
Fiksi RemajaAwalnya memang teman biasa, Namun tiba-tiba datang rasa cinta. Namun hanya salah satu saja yang dihati merasakan cinta. Awalnya memang tidak ada rasa, Namun akhirnya ada rasa yang istimewa. Namun salah satunya hanya masih ingin tetap jadi TEMAN saja...