"Apa sudah puas menatap Shopia, Wildan?"
"Tidak akan pernah puas," jawab Wildan enteng tanpa menghentikan gerakan tangannya mengelus rambut Shopia yang kini tertidur dimeja menghadap Wildan.
"Benarkah? Apa dia begitu menawan?"
"Dia lebih menawan dari madu?"
"Wow, siapa dia bagimu?"
"Keluarga dan segalanya," Wildan ikut dalam posisi Shopia. Menatap Shopia semakin dekat dengan kepala diatas meja.
"Wildan!!"
Teriakan dan gebrakan meja membuat Wildan tersadar dan menoleh. Ia mendapati Guru killer tengah menatap dirinya serta tangan Wildan yang belum beranjak dari rambut Shopia.
"Shit," umpat Wildan serupa bisikan, tapi Killer itu mendengarnya.
"Kau mengumpat dihadapan Gurumu?"
"Bukan seperti itu sir, Aku tak bermaksud ... "
"Ikut keruangan saat pelajaran berakhir, dan bangunkan snow white."
Wildan berdecak kesal kepada Guru killer itu. Ia menoleh melihat Shopia yang tampak damai dalam tidurnya, seperti tak terganggu dengan teriakan serta kebisingan dari bisik-bisik siswa-siswi dikelas.
"Pia, wake up. Bear, Wake up. Teachers killer is coming."
Tak ada respons.
"Bangunkan Snow White Wildan."
"Sedang saya coba sir."
"Pia, bangun Guru sudah datang."
"Pia ... "
Wildan panik saat menyentuh kening Shopia, begitu panas. Ia segera membantu Shopia berdiri tegak walau Shopia tak merespons semuanya.
"Pia..."
Wildan berteriak sambil menepuk pipi Shopia berulang kali, tak ada tanda-tanda. Semua orang menoleh mendengar teriakan Wildan.
"Sir Pia pingsan."
"Cepat bawa ke UKS."
Wildan segera saja membawa Shopia ala bridal style. Ia berjalan dengan panik dan sedikit cepat.
"Kau berat Pia," gerutu Wildan sepanjang lorong menuju UKS.
Sepanjang perjalanan Wildan menghiraukan semua pertanyaan dan keheranan siswa karena Shopia tak sadarkan diri dalam gendongannya.
Setelah sampai UKS Shopia segera ditangani oleh dokter. Wildan menunggu dengan cemas keadaan gadis itu, Oh Lord.
"Bagaimana kondisinya?"
"Asam lambungnya naik, dia kurang istirahat dan sepertinya jarang makan."
"Apa dia akan baik-baik saja, tidak akan ada masalah bukan?"
"Bukan masalah besar, tubuhnya mersepon cepat saat tidak ada makanan yang masuk kedalam. Usahakan memberi makanan yang lunak dan mudah dicerna saat dia sadar."
Dokter pergi setelah memberi pengarahan tentang kondisi Shopia. Wildan menghela nafas lega mendengar semuanya. Is sedikit mengabaikan Shopia saat beberapa hari terakhir Shopia sibuk belajar. Hatinya sedang kacau beberapa waktu terakhir. Ia seperti de javu beberapa waktu ini, apalagi saat melihat gadis itu tersenyum. Marsella Adhitama.
"Pia apa kau pernah jatuh cinta?" tanya Wildan menggenggam tangan Shopia.
"Kau tau, sepertinya aku tengah merasakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDzone (Completed)
Fiksi RemajaAwalnya memang teman biasa, Namun tiba-tiba datang rasa cinta. Namun hanya salah satu saja yang dihati merasakan cinta. Awalnya memang tidak ada rasa, Namun akhirnya ada rasa yang istimewa. Namun salah satunya hanya masih ingin tetap jadi TEMAN saja...