7; I Tired. So, Let Me Rest

542 91 1
                                    

Normal POV

Chiaki kembali dirundung kepusingan karena sejak saat itu banyak sekali gossip tentang dirinya yang tidak benar tersebar. Dirinya sudah memperkirakan akan seperti ini jadinya, dan juga memperkirakan apa yang akan terjadi padanya, mungkin Chiaki terdengar bodoh hanya karena diam saja. Tapi percayalah, melakukan sesuatu saat ini sudah tidak berguna hanya karena seseorang, Kousukabe Mio.

Ibunya sudah bicara panjang lebar dengan bibinya, dan Chiaki juga sudah berdiskusi dengan ibunya dan Iwata mengenai keputusan terakhirnya jika hal yang tidak diinginkan benar-benar terjadi. Awalnya Iwata sempat memprotes keputusan Chiaki namun Chiaki menjelaskannya secara baik-baik hingga Iwata bisa menerima semua keputusannya yang mendadak itu.

Usai sekolah, Chiaki berjalan di koridor dan sempat berhenti didepan madding sekolah. Matanya memincing membaca sesuatu yang terpampang disana dan seketika membulat kala mengetahui apa yang ada dalam artikel tersebut. Dirinya segera merobek paksa artikel itu dan meremasnya dengan ekspresi marah, kalut, dan tidak percaya yang bercampur menjadi satu.

"Panggilan kepada Sayuri Chiaki untuk segera menghadap Kepala Sekolah," baru saja Chiaki hendak berbelok menuruni tangga, suara dari intercom sekolah menghentikannya. Chiaki menghela napas dan berusaha menenangkan diri sebelum berjalan lurus dan menaiki tangga untuk mencapai ruang kepala sekolah yang berada di lantai tiga.

Chiaki membuang kertas yang dibawanya dan menarik napas perlahan lalu menghembuskannya. Dirinya berdiri di depan pintu coklat berdaun lebar yang bisa dipastikan adalah ruang kepala sekolah. Chiaki mengetuknya beberapa kali dan segera masuk setelah mendapat sahutan dari dalam. Chiaki kembali menutup pintu dan segera menghadap sosok kepala sekolah yang sedang berpangku dagu menatapnya.

"Sumimasen sensei."

"Kau tau apa yang akan kukatakan bukan, Sayuri Chiaki?" seru sang kepala sekolah.

"Aku sudah pernah bilang padamu untuk menjaga nama baik sekolah dengan memberikanmu kesempatan dalam beasiswa, tapi kenyataannya kau malah merusaknya hanya karena sebuah nafsu," lanjutnya.

"Sensei mengenalku, dan sensei tau jika aku tidak pernah melakukan hal itu!" seru Chiaki yang sudah tersulut amarah terpendam.

"Bukti sudah sangat jelas, Kousukabe-san memang anak yang baik karena mengkhawatirkanmu namun dirinya juga bertindak benar karena melaporkanmu agar tidak merusak image sekolah," sahut sang Kepsek.

"Mengkhawatirkanku? Jangan bercanda sensei," seru Chiaki dengan geram.

"Kenapa anda seperti ini, anda sangat mengenal saya dan keluarga saya. Apa semua ini hanya tentang uang, atau jabatan?" lanjut Chiaki yang sudah berkaca-kaca.

"Itu bukan urusanmu sama sekali, aku akan mencabut status beasiswamu."

"Kenapa, kenapa Anda tega menukar saya hanya karena Kousukabe anak dari donatur terbesar? Sejak Anda menawarkan beasiswa dan datang kerumah, saya sudah percaya pada anda. Tapi kenyataannya sama saja, semua hanya tentang uang," seru Chiaki yang tidak terasa sudah menangis.

"Sayuri dengar—"

"Sudah cukup sensei. Tanda tangani saja ini, saya akan pindah mulai minggu depan agar kalian semua puas melihat penderitaan keluarga saya, dan juga saya tau segalanya mengenai alasan utama anda menawari saya beasiswa," seru Chiaki seraya mengusap pipinya kasar dan segera mengambil sebuah map dari tasnya.

Kepsek hanya diam dan membuka map tersebut, semua surat kepindahan sudah rampung, hanya tinggal tanda tangan dan juga surat pernyataan dari kepala sekolah. Kepsek segera menandatangngani dokumen Chiaki dengan tangan yang sedikit gemetar, dirinya segera melengkapi dokumen Chiaki dan mengembalikan kepada sang empunya.

"Tenang saja, Ibuku tidak akan menuntutmu atas apa yang kau perbuat padanya. Dan aku akan mengembalikan semua uang yang kau berikan pada kami diam-diam, dan lagi. Jangan pernah temui Iwata, walaupun dia adalah anakmu," seru Chiaki penuh penekanan dan menghilangkan aksen formalnya setelah menerima amplop tersebut.

***

Chiaki menghela napasnya, sudah cukup puas dirinya menangis dirumah senpainya. Dirinya kini menyesap coklat panas yang disuguhkan untuknya.

"Sudah sedikit baikan?" tanya Miyu yang menatap Chiaki dengan pandangan khawatir.

"Arigatou senpai. Aku tidak tau harus bagaimana pada si brengsek itu, dan aku benar-benar kesal sekarang," seru Chiaki. Memang dirinya tidak mengatakan alasan aslinya menangis, dirinya menggunakan kedok pacar Oikawa yang membuatnya kesal bukan main dan menceritakan mengenai penolakan Oikawa padanya.

Chiaki sedikit berlama-lama disana, dan Hanamaki kali ini tidak jadi kesal karena acara berduaannya dengan sang kekasih terganggu setelah tau bahwa itu adalah sosok Chiaki. Memang sedikit mengejutkan mendapati Chiaki menangis begitu lama, namun dengan masalah yang diketahuinya itu menjadi hal yang wajar. Bahkan dirinya tidak habis pikir dengan sosok Kousukabe yang menurutnya tidak punya hati itu.

Setelah merasa baikan, Chiaki segera pamit undur diri dan pulang. Tidak terasa tinggal dua hari lagi sebelum dirinya benar-benar pergi dari Miyagi. Dan yang menggemparkannya adalah sosok Oikawa yang mengajaknya bertemu. Awalnya Chiaki terus menolaknya, sampai akhirnya dia menyerah dan mengiyakan permintaan Oikawa namun itu dua hari lagi sehingga Oikawa mau tidak mau mengiyakan syarat dari Chiaki.

Chiaki memandang langit malam dengan tatapan kosongnya.

"Aku lelah sekali. Kali ini biarkan aku beristirahat dengan pergi jauh dari sini," gumam Chiaki.

***

Oikawa menghela napasnya kasar, dirinya sudah mencoba menghubungi Chiaki beberapa kali dan mengiriminya pesan sejak beberapa hari lalu dan baru mendapat satu balasan kemarin malam. Namun tidak pernah ada balasan dari Chiaki sebelumnya, dirinya memang sedikit menyesal mengatakan kalimat itu saat Chiaki menyatakan perasaannya usai Inter High. Entah mengapa sesuatu dalam dirinya memberontak dan tidak terima dengan ucapannya sendiri.

Dan setelah Oikawa yakin dengan keputusannya, dirinya segera menghubungi sosok Kousukabe.

"Moshi-moshi, dousta no Tooru?"

"Temui aku di gym sekarang."

"Baiklah," Oikawa segera memutuskan sambungan dan menghela napas.

Gym masih sepi karena beberapa alasan, dan tidak perlu menunggu lama karena sosok Kousukabe segera muncul. Kini Oikawa berhadapan dengan Kousukabe, dan entah bagaimana, Kousukabe merasa terintimidasi dengan aura Oikawa yang terlihat sangat serius.

"Ada beberapa hal yang harus kubicarakan padamu," seru Oikawa setelah berhasil memojokkan Kousukabe.

"N-nani?"

"Aku ingin kita putus. Kau tau aku tidak menyukaimu, dan asal kau tau. Aku sudah tau dirimu mengencani pria lain diluar sana, dasar lacur," seru Oikawa dengan sadis.

"A-apa yang..."

"Jangan pikir aku tidak mengetahuinya."

"Jangan...kumohon, jangan laporkan kepada Kepala Sekolah," seru Kousukabe yang ketakutan setengah mati.

"Kalau begitu kita akhiri sampai disini, dan jangan pernah ganggu Sayuri-chan lagi, paham?"

"Aku mengerti! Jadi tolong..." seru Kousukabe yang sudah menangis. Oikawa segera menjauh dari Kousukabe dan memberinya tatapan tajam sebelum pergi dari sana.

Dalam perjalanannya menuju gerbang sekolah, Oikawa memikirkan sesuatu agar dirinya dapat meminta maaf pada Chiaki. Dan lagi, dirinya baru saja sadar dengan maksud dari Iwaizumi beberapa waktu lalu. Dirinya meruntukki kebodohannya karena tidak mencari tau lebih awal, dan hanya bisa berharap-harap cemas pada sosok Chiaki yang harus ditemuinya.

Dan dua hari itu berlalu begitu saja, Oikawa sudah tidak sabar untuk menemui sosok Chiaki dan memberitahunya sesuatu. Sepercik harapan mulai tumbuh dalam diri Oikawa, dirinya percaya bahwa Chiaki akan memaafkannya dan juga ada hal yang penting baginya.

Namun sepertinya Oikawa tidak tahu menahu mengenai apa yang terjadi pada Chiaki sebelumnya.

[TBC]

A/N: Yahh, pengen cepet rampungin ini project wkwk. Update sesuka hati ae, semoga suka dan jangan lupa VOTE yaaa~

Sekian,
Ama.

If I Know (Oikawa Tooru)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang