"Oppa ...."
Gadis itu terus mengekor ke manapun kakaknya pergi. Ia menunjukkan aegyo-nya, sesuatu yang sangat jarang gadis itu lakukan.
"Kau baru tiba kemarin dan aku sedang tidak bisa mengantarmu ke mana-mana, Rosé."
Ia mendengus. Sudah tidak bertingkah imut seperti tadi. Memilih pergi meninggalkan tempat itu seraya mengentakkan kaki. Sementara kedua tangannya terlipat di depan dada.
"Bilang saja kau mau berkencan dengan Jihyo-eonnie!"
Mendengar nama kekasihnya disebut, Chanyeol hanya mendelik. Pemuda bertubuh jangkung itu bahkan sampai menghentikan acara memakai sepatunya. Sejenak melirik arah tangga.
"Ya sudah, kau boleh pergi, nanti kalau ada apa-apa hubungi aku!" teriaknya tak kalah kencang.
Derap kaki langsung terdengar. Kini gadis itu sudah berdiri tepat di belakangnya. Matanya membulat, nampak bahagia. Bibirnya juga tersenyum begitu lebar. Menunjukkan deretan gigi putih di dalam sana.
"Oppa! Jjang!" Gadis itu kembali tersenyum, kali ini ia bahkan mengangkat kedua jempolnya tinggi-tinggi.
***
"Hei, Jeon Seagull!"
"Hyung, berhentilah memanggilku seperti itu!"
Mereka berjalan bersama. Bukan hanya pemuda yang dipanggil dengan nama Jeon Seagull saja. Melainkan ada enam pemuda lain lagi. Mereka adalah genk populer di sekolah ini. Orang lebih mengenal mereka dengan sekumpulan pemuda tampan dan kaya raya penguasa sekolah.
Well, siapa yang tidak mengenal genk yang terdiri dari Jin, Yoongi, Namjoon, Hoseok, Jimin, Taehyung, serta Jungkook itu. Yang terakhir adalah nama asli dari si Jeon Seagull. Mereka sangat terkenal di sekolah.
Hwangji International High School. Sekolah lanjutan atas tersohor milik Negeri Gingseng. Memiliki sedikitnya 3.000 siswa dengan IQ di atas standar kebanyakan sekolah yang lain. Jangan membayangkan betapa susah seleksi yang mereka lakukan hanya untuk mengambil seorang murid.
Bangunan yang terdiri dari empat gedung berwarna merah bata. Berlokasi di Gangnam-gu menjadikan tempat ini diliputi oleh kehidupan monoton khas lingkungan metropolis. Tempat yang akan membuatmu betah untuk belajar hanya diiming-imingi menu makan siang mereka.
Bagaimana tidak? Pemilik sekolah ini adalah seorang pebisnis andal yang terkenal ramah dan misterius. Kabar burung mengatakan ia bahkan sampai merahasiakan silsilah keluarganya. Meskipun begitu, ia terkenal dengan banyaknya acara amal yang dilakukan.
Kembali kepada tujuh pemuda tadi. Sekelompok pemuda yang kini sudah berada di ruang musik. Tempat yang terletak tak jauh dari tangga menuju rooftop. Ah iya, kalian tidak akan pernah melewatkan atap di tempat ini. Mereka memiliki balkon berisi taman kaca dengan bunga mawar yang cantik.
"Jungkook, tidakkah kau lebih baik membalas salah satu surat cinta dari mereka?" Taehyung bersuara sembari melempar beberapa lembar kertas kepada pemuda yang tak jauh di sebelahnya.
Jungkook mendengus. Ia mengabaikan benda itu. Memilih kembali sibuk dengan ponsel di tangannya. Lagipula siapa yang sudi membalas pesan di atas kertas-kertas itu? Membuang-buang waktuku saja. Batin Jungkook.
***
Gadis itu turun dari bus. Ia memang tidak ingin mengganggu waktu Chanyeol, juga karena ia harus berlatih menggunakan transportasi umum mulai sekarang. Besok, ia sudah mulai sekolah.
Kakinya melangkah, kadang sambil melompat kecil. Memotret apapun yang nampak indah. Musim semi di Seoul memang menyenangkan. Menikmati pemandangan bunga sakura yang tengah mekar, siapa yang tidak menyukainya?
Rambut tergerainya bergerak ke sana-ke mari. Seiring dengan berlalunya ia di tempat yang baru saja dilalui. Bertahun-tahun hidup di Australia membuatnya sudah sedikit lupa dengan negeri ini. Kota yang sudah membesarkan orangtuanya sebelum pindah sepuluh tahun lalu.
Tentu saja ia pernah mengunjungi tempat ini. Namun, tidak lama. Hanya sekitar beberapa hari saja untuk menengok kakek dan neneknya. Itu pun jika ayahnya mempunyai waktu luang. Gadis itu bahkan tahu jadwal ayahnya lima tahun ke depan.
"Appa, apa aku boleh tinggal dengan oppa?" rengeknya pada suatu hari. Ia masih ingat betapa kaget wajah ayah dan ibunya ketika tahu. "Aku kesepian di sini."
"Chanyeol juga akan segera kuliah di luar negeri, Chaeng. Lagipula siapa yang akan eomma marahi jika kau tidak di rumah?"
"Eomma!" Gadis itu berhenti makan. Ia menatap kedua orang itu bergantian. Yang bukannya merasa bersalah setelah mengatakan itu, mereka justru tertawa.
"Baiklah, appa tidak akan melarangmu ke Korea. Tapi kau harus janji untuk menurut dengan Chanyeol."
Kemudian, berakhirlah ia di tempat ini.
Gadis itu menerawang jauh ke depan. Menatap langit yang sudah mulai memerah dari pinggir sungai ini. Tersenyum miris ketika mengingat alasannya untuk kembali.
"Bagaimana ini?" gumamnya ketika menyadari ponselnya mati. Ia mengacak tas punggungnya, berusaha menemukan charger atau setidaknya powerbank. Nihil. Kedua benda itu tidak ada.
Langit sudah mulai gelap dan gadis itu masih terdiam di tempat yang sama. Ia tidak tahu harus ke mana. Ia sudah berulang kali menghapus air matanya. Menyebut nama Chanyeol berkali-kali.
"Oppa ... aku harus pergi ke mana?" Ia kembali terisak.
Gadis itu memutuskan bangkit. Akan lebih baik baginya untuk pergi dari tempat ini dan berusaha kembali ke rumah. Ah, ia bahkan tidak mengingat alamat rumahnya.
Jalanan terlampau sepi sekarang. Hingga seorang gadis yang tengah berjalan seorang diri itu menarik perhatian. Hanya ia yang tidak menyadari bahwa sedari tadi ada segerombol pria di belakangnya.
"Mau bersenang-senang dengan oppa, gadis cantik?"
Rosé terbelalak ketika sebuah lengan kekar menyentuh pundaknya. Gadis itu ingin berlari, tetapi tidak bisa. Ia berteriak sekuat tenaga sembari tetap berusaha meloloskan diri. Air mata bahkan sudah turun membasahi wajahnya.
Di lain tempat, Jungkook masih menyusuri jalanan kembali ke rumahnya. Ia bersenandung dan sesekali menendang kerikil yang ia jumpai. Ia berhenti ketika melihat pemandangan di depan sana.
Pemuda itu berlari menyongsong sekelompok pria di depan sana. Menghadiahi mereka dengan beberapa pukulan dan tendangan. Beruntung kepada segala latihan fisik yang ia lakukan selama ini.
Jungkook menyeka bibirnya yang tergores. Menghapus cairan merah di tempat itu. Napasnya tersengal. Ah, menghadapi empat orang sendirian ternyata cukup melelahkan. Terlebih lagi, mereka terlihat cukup terlatih. Terbukti dengan wajah dan perutnya yang sekarang masih nyeri.
"Ahgassi, mereka sudah pergi. Berhentilah menangis." Jungkook melangkah, menghampiri gadis yang masih menangis sembari memeluk lututnya dalam keadaan berjongkok.
Jungkook masih berusaha menyadarkan gadis di depannya. Ia meraih pundak gadis itu. Namun, bukan terima kasih yang ia terima. Justru sebaliknya.
"Ya! Apa yang kau inginkan dariku!" Gadis itu memukul-mukul punggungnya menggunakan tas. Teriakannya berhasil membuat Jungkook terkejut. Ia terjungkal. Mencoba menghindar serangan tiba-tiba itu.
"Aku bukan salah satu dari mereka!" teriakan Jungkook tak kalah keras. Namun, nihil. Gadis itu masih belum berhenti. Pukulannya justru semakin keras. Ia mengakhirinya dengan menendang kaki Jungkook.
"Wah ... dasar gadis gila!"
Pemuda itu bangkit sembari menahan nyeri yang hampir menjalar di seluruh tubuh. Ia menghembuskan napas kasar sembari menatap punggung gadis itu yang mulai mengeci. Bersumpah di dalam hati bahwa ia akan membalas atas apa yang ia dapatkan.
"Awas saja kau!"
=Falling For You =
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] FALLING FOR YOU
FanfictionJungkook tidak bisa percaya bahwa sahabat baiknya yaitu Park Chanyeol memiliki seorang adik bernama Park Chaeyoung. Gadis yang langsung membuat masalah dengannya saat pertama kali bertemu. Dibalut dengan kisah masa SMA yang tak terlupakan. Mampukah...