Rosé hanya berdiri mematung di tengah jalan yang tengah ramai oleh ratusan orang. Ia mengabaikan patbingsu tanpa kacang dengan ceri merah menggoda. Lebih memilih fokus dengan sosok di depan sana. Seseorang yang juga tengah melakukan hal serupa. Saling mempertemukan pandangan mereka.
"Tae-"
"Halo, Rosé," sapanya memotong ucapan gadis itu. Senyum tipis terukir. Tidak nampak seperti yang ia perlihatkan selama ini. Ah, memang semua tidak akan pernah kembali sama.
Kepalanya memerintah untuk segera berlalu. Pergi menemui Jungkook dan memeluk pemuda itu erat. Mengatakan bahwa mereka baru saja bertemu. Sosok yang membuat mereka hampir berpisah. Namun, seolah ada bisikan yang meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Ya, akan baik-baik saja.
Jarak mereka semakin menipis. Topi hitam yang sedari tadi menutupi sebagian besar wajahnya kini terbuka sempurna. Menampilkan kulit pucat dengan wajah tirus yang makin nampak jelas. Juga, cetakan lingkar mata hitam yang semakin jelas.
"Aku ingin memin-"
"Kenapa kau ke mari," desis suara dari belakang pemuda itu. "Kim Taeyong?"
Rosé merasakan pergelangan tangannya digenggam lembut. Ia tersenyum ketika menemukan wajah Jungkook muncul. Dengan jaket hitam dan kaos oblong putih, ia tetap nampak menawan. Kilatan matanya juga mengisyaratkan kepercayaan diri. Berbanding terbalik dengan kondisi Taeyong. Pemuda itu hanya dapat tersenyum kecut.
"Rosè, aku hanya ingin meminta maaf kepadamu," ucap pemuda itu tulus. Ia menoleh dan tersenyum kepada Jungkook. "Juga kepadamu, Jungkook."
Kedua orang itu hanya terdiam. Seolah sama-sama memberikan ruang kepada Taeyong. "Rosè terlalu menyayangimu, dan ... dia benar. Putri Park Seo Joon tidak mungkin mengkhianati ucapannya sendiri."
Genggaman tangan mereka semakin menguat setelah Taeyong memutuskan pergi. Kembali berbaur dengan pengunjung festival yang lain.
Rona di pipi gadis itu masih belum menghilang bahkan semenjak kembang api yang dimainkan selesai. Kembang api memang merupakan acara puncak acara festival ini. Setiap tahun, di halaman Hwangji akan diramaikan oleh api unggun raksasa berikut berpuluh-puluh kembang api. Membuat langit Seoul nampak seperti dirubungi berjuta kunang-kunang.
Jungkook masih terus menggenggam tangan gadis itu. Merapatkan jari-jari mereka seiring angin malam yang berembus kencang. Senyum tidak juga luntur di sudut bibirnya. Sesekali menoleh ke samping. Memperhatikan wajah Rosè dari samping.
"Chaeng, terima kasih," ucapnya lembut.
Ia menoleh dengan kedua alis terangkat. Menatap aneh pemuda yang masih tersenyum itu. Tidak mengerti dengan ucapan terima kasih yang meskipun terdengar jelas, tetapi masih sulit dicerna.
"Terima kasih karena kau telah memukuliku malam itu," lanjut Jungkook seraya terkekeh.
Rosé tertawa pelan. "Apa hanya itu yang kau ingat saat pertama kali kita bertemu?"
Pemuda itu memegang dagu, bersikap seolah tengah berpikir keras. "Ah, aku ingat. Saat itu kau bertanya apa yang kuinginkan darimu."
Kini giliran Rosé yang benar-benar berpikir. "Apa kau sudah menemukan jawabannya?"
"Kau."Jungkook mengangguk mantap. Ia kembali meraih tangan gadis itu. Lalu, menggenggamnya erat.
Ada hening yang menyelinap di antara mereka. Bersamaan dengan kembang api yang bergema di atas sana. Rosé mendapati kejujuran pada tatapan Jungkook. Gadis itu tersenyum sembari merasakan kedua pipinya yang memanas.
"Kau yang membuatku terjatuh secara suka rela, Chaeng."
Jungkook mengatakan kalimat itu dengan begitu tulus. Tidak ada yang dapat membuatnya seperti ini setelah sekian lama. Rosè datang dengan cara yang tidak terduga sebelumnya. Tidak berjalan baik di awal pertemuan, bukan berarti akan berakhir dengan buruk juga. Mereka berdua telah membuktikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] FALLING FOR YOU
FanficJungkook tidak bisa percaya bahwa sahabat baiknya yaitu Park Chanyeol memiliki seorang adik bernama Park Chaeyoung. Gadis yang langsung membuat masalah dengannya saat pertama kali bertemu. Dibalut dengan kisah masa SMA yang tak terlupakan. Mampukah...