Suasana di kelas masih ramai. Terlebih begitu melihat trio Jungkook-Jimin-Taehyung memasuki ruang kelas bersama si anak baru. Gadis beruntung yang kini duduk di sebelah Jungkook.
"Aigoo, beruntungnya aku duduk bersamamu," gumam Jungkook yang langsung mendapat tatapan tajam dari gadis di sampingnya.
Rosé melengos saat Jungkook dengan begitu santai merebahkan kepalanya. Kedua manik mata pemuda itu terarah kepadanya. Rosé sudah ingin menimpuk dengan apapun yang ia temui, tetapi urung. Setidaknya ia dan Jungkook masih ada dalam mode perjanjian sekarang.
Ya, setelah pertemuan pertama mereka di taman. Jungkook yang masih tidak menerima permintaan maaf Rosé menawarkan gadis itu perjanjian. Sempat ia menolak. Namun ancaman yang akan diterima cukup mengerikan.
"Kau harus menjadi budakku selama ...," Jungkook nampak menimang kata-katanya, "tiga bulan."
Mata gadis itu terbelalak. Tiga bulan? Hanya untuk beberapa kali pukulan yang bahkan ia sendiri pun tidak yakin akan dapat melukai pemuda itu.
"Ya ampun, Jungkook, kau sangat keterlaluan. Bagaiman mungkin kau akan menjadikanku budak selama tiga bulan?" Rosé menatap frustasi.
"Ya sudah, kalau begitu." Jungkook mengeluarkan ponselnya.
"Apa yang akan kau lakukan?!" Rosé terpekik.
"Menelpon polisi, aku akan mengatakan bahwa ada seorang penguntit yang sudah berani mengusiku bahkan memukuliku saat pertama kali bertemu." Jungkook mengangkat sudut bibirnya. Kau tidak akan menolaknya aku jamin.
"Ya sudah kalau begitu, tiga bulan. Hanya tiga bulan."
Begitulah isi perjanjian mereka. Tiga bulan masa hukuman Rosé akan berjalan mulai besok. Gadis itu bahkan sudah uring-uringan semenjak tadi. Ia tidak menyangka kebodohannya akan berakhir seperti ini.
Ya ampun, dia sangat menyebalkan. Geram Rosé dalam hati.
***
Siapa yang tidak mengenal mereka. Tiga gadis dengan kemampuan mumpuni. Jisoo, Jennie, dan Lisa. Mereka tengah berkumpul di ruang latihan. Oh, jangan lupakan seorang gadis lain yang kini bergabung.
"Rosé, kalau kau mau. Nanti perayaan ulang tahun sekolah kau bisa menjadi vokal utamanya." Jisoo menerangkan panjang lebar, tak lupa dengan senyum khasnya.
Rosé sebenarnya tertarik dengan penawaran mereka. Dulu ketika masih di Australia, ia juga ikut paduan suara di gereja. Sering menyanyi menemani tetangganya. Karena itu ia juga akrab dengan gitar dan piano.
Di sela-sela mereka tengah asyik membahas masalah bergabungnya Rosé atau tidak. Pintu ruangan itu terbuka. Menampilkan delapan pemuda yang langsung duduk di dekat mereka. Rosé agak terkejut, terlebih Chanyeol juga bersama mereka.
"Chanyeol oppa, apa kalian akan berlatih lagi?" Jennie bersuara.
Kalian? Batin Rosé. Gadis itu melirik kakaknya yang duduk tak jauh dari Jin dan Jungkook. Ia tersenyum sembari mengangguk.
"Jungkook dan aku sepertinya akan membawakan lagu baru." Chanyeol menepuk pundak pemuda di sampingnya. "Bukan begitu?"
Jungkook hanya mengangguk mantap. Mereka ber-toast ria. Mengabaikan sepuluh orang yang lain. Juga Rosé yang masih belum habis pikir dengan hubungan kedua orang itu.
Beruntung hari ini jam pelajaran sudah berakhir. Mereka masih berkumpul. Juga bertambah seseorang, siapa lagi jika bukan kekasih putra pemilik sekolah ini, Park Jihyo. Gadis itu bahkan sudah sejak sejam lalu bermain gitar bersama Chanyeol alih-alih bergabung dengan Jisoo dan kawan-kawan.
Rosé tengah duduk di depan piano, sementara Jisoo dan Lisa bertugas merekamnya. Sebenarnya ini akal-akalan Jisoo saja dengan mengatakan setiap member akan melalui beberapa tahap ujian. Padahal sebelumnya baik ia, Jennie, maupun Lisa tidak ada yang melalui tahapan itu.
Jemari lentik Rosé menekan satu per satu tuts piano. Memainkan River Flow In You dari Yiruma. Permainannya begitu lembut. Gadis itu begitu menghayati lagu yang tengah ia mainkan. Bahkan suara pianonya mampu membuat seisi ruangan memperhatikan.
"Wow, kau sangat hebat, Rosé." Lisa bertepuk tangan begitu kencang saat lagu tersebut berhenti.
Rosé menangkup wajahnya malu. Ia nampak gugup sekaligus senang. Ya, walaupun bukan hanya sekali ini ia mendapat pujian seperti itu. Tetapi, masih terasa asing saja.
"Biasa saja," celetuk Jungkook. Pemuda itu bangkit, menghampiri Rosé. "Belikan aku americano. Waktumu lima menit dari sekarang."
"Ya! Jeon Jungkook apa yang kau lakukan?!" Lisa berdiri tepat di samping Rosé. Mencegah gadis itu untuk pergi.
"Sudahlah, Lisa. Ini memang tugasku." Rosé melepas tangan Lisa "Mana uangnya?"
"Tentu saja pakai uangmu."
Gadis itu mendengus. Ia membanting kakinya saat melangkah keluar. Tak lupa menginjak kaki Jungkook cukup keras. Langsung kabur saat mendengar teriakan pemuda itu dari dalam sana.
Letak kafe yang dimaksud Jungkook tidaklah jauh. Hanya di seberang jalan saja. Ia juga sempat melihat anak-anak yang memakai seragam seperti dirinya berada di kafe tersebut.
"Annyeong, kau sepertinya murid baru. Aku baru pertama kali melihatmu," sapa salah seorang pelayan bernama Lee Jieun. Ia tersenyum sembari memberikan segelas americano untuknya.
"Ah, nee. Aku baru pindah dari Australia. Namaku Roséanne."
"Namamu cantik sekali." Ia mengajukan tangannya. "Panggil saja aku Jieun."
Rosé sedikit banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan pelayan tersebut. Sampai kemudian tersadar dengan kopi pesanan Jungkook. Saat ia keluar dari kafe tersebut tanpa ia sadari, beberapa mata tengah mengawasinya.
= Falling For You =
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] FALLING FOR YOU
FanfictionJungkook tidak bisa percaya bahwa sahabat baiknya yaitu Park Chanyeol memiliki seorang adik bernama Park Chaeyoung. Gadis yang langsung membuat masalah dengannya saat pertama kali bertemu. Dibalut dengan kisah masa SMA yang tak terlupakan. Mampukah...