Rosé hanya memandangi pemuda di depannya. Ia bahkan mengabaikan roti manis dan sebotol susu pisang yang baru saja ia bawa dari kantin. Baginya, Jungkook yang cucu mantan presiden Korea benar-benar tidak masuk akal.
"Apa aku setampan itu sampai kau mengabaikan makananmu?"
Sekarang gilirannya yang tersentak. Gadis itu meneguk minumannya, sebelum mengunyah rotinya dengan kasar. Sejenak mengusir tentang kenyataan bahwa pemuda itu memang benar-benar cucu mantan presiden.
Ah, aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. "Jungkook, di mana rumahmu?"
Pemuda itu menautkan alisnya. Tatapannya jelas tengah menyelidik gadis di depannya. Pertanyaan yang baru ia dengar memang terdengar aneh. Sejak kapan Rosé mulai tertarik dengan kehidupannya? Bukankah baru beberapa hari yang lalu gadis itu mengatakan betapa bodoh dan menyebalkan dirinya?
"Blue House," jawabnya asal.
Rosé terbelalak. Respon yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia harapkan. Ia bahkan sampai menjatuhkan rotinya. Gadis itu seolah percaya ia tinggal di tempat itu. Namun, entah mengapa wajahnya justru nampak makin menggemaskan.
"Aigoo ... kau ini bodoh sekali, mana mungkin aku tinggal di tempat itu." Jungkook tertawa begitu kencang.
Rosé mendengus keras. "Ya! Memang siapa kau berani mengataiku bodoh!"
"Oh, ya? Roséanne Park memang bodoh. Buktinya tertipu saat kukatakan rumahku di Blue House."
Jungkook bangkit setelah puas menertawakan Rosé. Jam pelajaran memang hampir dimulai kembali sekarang. Dua orang itu memang tidak makan di kantin seperti yang lainnya. Melainkan di sebuah bangku panjang di rooftop. Entahlah, mungkin Jungkook sedang ingin mengenang pertemuannya dengan Rosé kali ini.
Tidak ada yang spesial hari ini selain kenyataan bahwa Rosé bertugas memeriksa kolam renang untuk pelajaran olahraga sejam lagi. Sebenarnya Lisa sudah menawarkan diri untuk membantu, hanya saja ia menolaknya. Lagipula hanya memeriksa, bukan? Tidak membersihkan.
Koridor menuju ke kolam renang ternyata cukup sepi. Rosé bersenandung kecil untuk mengusir rasa takutnya. Jika boleh jujur, ia memang tidak menyukai suasana sepi seperti ini.
Beruntung tidak ada yang aneh dengan keadaan kolam renang kali ini. Semuanya terkendali dan sepertinya akan siap digunakan. Sampai kemudian ia terlebih dahulu merasakan dinginnya air kolam.
Napasnya tersengal sembari mencoba meraih apapun untuk berpegangan. Sempat menangkap bayangan dua orang berlari. Tangannya masih mencoba untuk menggapai apapun. Ia menangis saat pasukan oksigen di paru-parunya menipis.
Ah, kakiku. Batinnya.
Rasa sakit yang menjalar di betisnya makin membuat gadis itu panik. Ia berteriak meminta tolong. Namun, mustahil akan ada yang mendengar. Tempat ini terletak jauh dari kompleks utama. Lagipula ruangan ini tertutup dan suara Rosé hampir tidak terdengar.
***
"Apa Roséanne masih belum kembali dari memeriksa kolam?"
Tidak ada yang menjawab saat Lee -guru pendidikan jasmani mereka- bertanya. Anak-anak di kelas itu justru terlihat bingung. Rosé memang sudah pergi ke kolam renang hampir tiga puluh menit lalu.
"Ssaem, boleh aku menyusulnya?" Jungkook bangkit menawarkan diri yang hanya disambut anggukan oleh pria tersebut.
Jungkook makin menambah kecepatan langkahnya. Sejujurnya ia merasa tidak enak sejak kepergian Rosé. Entah mengapa, namun rasanya gadis itu sedang dalam masalah sekarang.
Matanya terbelalak begitu melihat pemandangan di depannya. Ia langsung menceburkan diri ke kolam dan buru-buru meraih tangan Rosé. Pemuda itu berdecak, ternyata apa yang ia khawatirkan selama ini terjadi juga.
Tubuh gadis itu sudah sangat lemah. Bibirnya bahkan sudah membiru. Beruntung Rosé langsung ditemukan. Akan tambah gawat jika sedikit lagi saja ia terlambat.
Ia disambut oleh guru mereka begitu keluar dari ruangan itu. Lisa bahkan langsung menangis begitu melihat penampakan wajah Rosé yang masih lemah di gendongannya. Sedangkan anak-anak lain hanya saling berspekulasi tentang berbagai macam kemungkinan Rosé sampai seperti itu.
Selama menunggui Rosé, Jungkook masih terus memikirkan dua gadis yang ia lihat. Rasanya begitu asing. Terlebih koridor itu hanya mengarah ke kolam renang. Ya, memang masih ada ruang untuk klub renang. Tapi, yang memakai kolam renang bukankah hanya sekelas saja per hari? Dan, semua siswi di kelasnya berada di lapangan saat Rosé ke tempat itu.
Ia kembali beralih kepada gadis yang masih tertidur di depannya. Syukurlah Rosé memuntahkan semua air yang ia telan. Ia juga sudah mulai bernapas dengan baik. Hanya saja memang keadannya masih belum stabil. Ah, ya ampun bahkan dalam keadaan tertidur seperti ini ia masih terlihat sangat manis.
Jungkook menepuk wajahnya beberapa kali. Berusaha menyadarkan diri. Memang ia akui Rosé memiliki mata yang indah, kulit putih, hidung kecil dan mancung. Oh, jangan lupakan wajah chubby yang membuat siapapun gemas. Namun, Rosé tetap saja gadis pembuat masalah yang sedang dalam masa hukuman.
Cih! Tentu saja, lagipula apa menariknya dirimu. Batin Jungkook dengan sudut bibir sedikit terangkat.
"Jungkook, apa yang kau lakukan di sini?"
Rosé bangkit meskipun masih sedikit pusing. Sebenarnya ia sudah terbangun sejak tadi. Hanya saja, Jungkook sibuk melamun dan tidak menyadarinya.
"Untuk apa lagi, tentu saja menuruti perintah Lee-ssaem menemani gadis bodoh sepertimu." Jungkook mengatakannya dengan menekan dua kata terakhir.
Benar-benar menyebalkan. "Ya, sudah! Kalau begitu pergi saja sana tidak usah menemani gadis bodoh sepertiku!"
"Lihatlah dirimu! Sudah bodoh, keras kepala pula." Jungkook naik ke tempat tidur di sebelah Rosé. "Ah, badanku remuk sekali habis membopong si bodoh gendut itu."
Gadis itu terbelalak. Ia mengganggu Jungkook yang sudah berbaring dengan menggoyang-goyangkan kaki tempat tidur. Cukup lama sampai membuat Jungkook kembali terbangun. Enak saja mengatainya bodoh dan gendut. Lagipula memangnya siapa yang meminta Jungkook untuk menolongnya.
"Ya! Tidak bisakah kau diam?!"
"Salah siapa mengataiku bodoh dan gendut!"
"Kau itu memang gendut." Jungkook meraih wajah Rosé dan mulai mencubiti pipinya. "Lihatlah pipi ini."
Ia masih terus memainkan pipi tembam Rosé. Gadis itu sendiri sudah berontak sejak tadi. Berusaha melepaskan diri dari tangan usilnya. Namun yang terjadi, ia justru tertawa begitu keras. Bagi Jungkook, mempermainkan Rosé merupakan suatu hal yang menyenangkan.
***
"Sepertinya rencanamu tidak berjalan dengan baik, ya?" ujar salah seorang gadis dari balik jendela pembatas ruang kesehatan.
Sementara gadis di sampingnya hanya mendengus. Mereka memang sengaja ke tempat ini. Lokasi unit kesehatan memang berada tak jauh dari taman belakang. Bahkan jendelanya pun menghadap ke sana. Alhasil siapapun akan dengan mudah mengamati ke dalam ruangan itu.
Seperti segerombolan gadis ini. Mereka tengah menonton pemandangan di dalam sana. Ya, tentu saja jika bukan Rosé dan Jungkook. Sebenarnya Jungkook tidak masuk dalam kategori, bahkan mereka berusaha untuk tidak mengusik pemuda itu sedikit pun. Namun, entah mengapa ia selalu muncul tiap kali mereka berniat menyelakai Rosé.
"Roséanne Park, hukumanmu masih akan berlanjut besok."
= Falling For You =
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] FALLING FOR YOU
Fiksi PenggemarJungkook tidak bisa percaya bahwa sahabat baiknya yaitu Park Chanyeol memiliki seorang adik bernama Park Chaeyoung. Gadis yang langsung membuat masalah dengannya saat pertama kali bertemu. Dibalut dengan kisah masa SMA yang tak terlupakan. Mampukah...