Semuanya sudah mulai bersiap dengan bagian masing-masing. Seperti Namjoon dan Yoongi yang menjadi instruktur sementara sebelum Ji Young kembali. Dan Lisa, Jimin, serta Hoseok yang kembali menghafal gerakan koreografi mereka. Lain halnya dengan Jungkook yang masih saja duduk lemas. Pemuda itu seperti kehilangan kemampuannya bahkan hanya untuk berdiri.
Matanya masih tajam menatap pintu yang setengah terbuka. Belum menutup sempurna setelah dibuka oleh gadis itu. Ia menghitung seraya mengetuk jemarinya ke lantai. Menerka sudah berapa lama waktu yang dihabiskan oleh Rose dan pelatih mereka di luar sana. Bahkan saking seriusnya, ia sampai meremas kertas lirik lagunya bersama Chanyeol.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Chanyeol seraya mengikuti arah pandangan pemuda di sampingnya. Sejenak berhenti berulah dengan gitarnya.
"Tidak ada."
Sudut bibir pemuda itu terangkat. "Apa kau menyukai anak itu?"
"Apa maksudmu?"
Chanyeol tersenyum penuh arti. "Kukatakan kepadamu, Rose itu gadis bodoh. Kenapa kau menyukainya?"
Tanpa diduga sebelumnya, Jungkook bangkit. "Ya! Siapa kau berani mengatai Rose bodoh."
Selamat kepada Jeon Jungkook yang berhasil membuat satu ruangan kini memperhatikan mereka berdua. Yang tentu saja dengan ekspresi yang berbeda. Jika Chanyeol sudah tertawa lepas. Lain halnya dengan Jungkook yang kini menunjukkan wajah tanpa dosanya. Seolah tidak terjadi apapun, pemuda itu kembali duduk. Kali ini berpura menghafal lirik yang ditulis oleh Chanyeol dan dirinya itu.
"Kenapa kalian terdiam seperti ini?"
Semuanya menoleh begitu Ji Young sudah berada di ambang pintu. Dengan Rose yang berada di belakangnya tentu saja. Wajah gadis itu menyembul dan menatap mereka kebingungan. Ia menatap kakaknya yang seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Ya! Jeon Jungkook ... lihatlah, gadismu sudah kembali!" celetuk Hoseok yang langsung mendapat pelototan tajam dari Jungkook. Lain halnya dengan gelak tawa membahana di dalam sana.
"Apa kami melewatkan sesuatu?" tanya Ji Young lagi.
"Jadi, tadi Chanyeol-oppa menyebut Rose itu bodoh dan Jungkook mati-matian membelanya," ucap Jihyo yang sudah berhasil mengontrol tawanya. Chanyeol mengangguk menyetujui. Dasar pasangan aneh.
"Padahal dulu yang paling sering mengolok Rose itu kau, kan, Jungkook." Jisoo tak kalah menambahi. Ya, memang itu benar. Dulu pemuda itu yang paling sering mengganti nama Rose menjadi si bodoh.
Jungkook mengacak rambutnya frustasi. Ternyata menjadi yang termuda dalam satu kelompok tidaklah menyenangkan. Lihatnya sekarang kakak sepupunya itu, dasar kompor. Belum lagi seniornya yang dengan bersemangat mengoloknya. Ia sedikit melirik Rose yang masih saja terdiam di samping Ji Young.
"Dasar bodoh!" ucapnya kepada Rose seraya meninggalkan tempat itu.
Gadis itu mengerjap beberapa kali. Ia hanya melihat Jungkook berlalu bergitu saja. Tanpa mempedulikan ia memilih untuk duduk. Kembali bergumul dengan piano di pojok ruangan. Rencananya ia hanya akan tampil di penghujung acara. Menyanyikan sebuah lagu sendiri. Sebenarnya ini hanya usulan dari Jisoo saja. Terlebih sebagai ketua dewan sekolah, gadis itu berhak mengatur jalannya festival.
"Apa tidak mengapa kau membiarkan Jungkook seperti tadi? Bukankah dia terlihat marah melihatmu bersama pelatih?" bisik Lisa di sela latihan mereka.
Rose mengernyit. Masih belum mengerti dengan arah pembicaraan gadis itu. Memangnya ada hubungan apa ia yang keluar dengan teman lama dan Jungkook? Lagi pula, mungkin sekarang pemuda itu sedang meminum americano di kafe seberang jalan. Bukankah ia pernah mengatakan bahwa gadis tercantik di sana adalah Ji Eun?
"Untuk apa aku mempedulikannya, sebentar lagi pasti dia akan kembali," timpal Rose enteng. Ia kembali menghapal gerakan tangannya.
Lisa mendecap. "Dasar kau! Gadis paling tidak peka yang pernah kukenal."
Sebenarnya ia mendengar gumaman Lisa terakhir kali. Gadis yang tidak peka? Siapa? Lagipula peka terhadap hal apa yang ia maksud? Apakah tentang Jungkook? Ya ampun, dasar. Memang sejak kapan hubungannya dengan Jungkook beralih dari pelayan dan tuan? Lagipula pemuda itu sendiri yang mengatakannya dulu. Bahwa dirinya hanya pelayan dari cucu mantan presiden Korea itu.
"Dasar kelinci kejam menyebalkan!" gerutunya seraya menekan tuts kuat-kuat.
Lagi-lagi, bahkan ketika jadwal berlatih mereka sudah selesai pun, Jungkook masih tidak terlihat. Hingga akhirnya Rose menemukan pemuda itu sedang bersiap memasuki mobilnya dengan tidak acuh. Ia berlari seraya menenteng tas milik Jungkook yang tertinggal. Memang merepotkan.
"Ya! Jeon Jungkook! Kau melupakan tasmu!" teriaknya dengan napas tersengal.
Beruntung pemuda itu masih belum memasuki mobilnya. Justru menatapnya dengan kerutan di dahi yang kentara jelas. Seolah mengerti maksud tangan gadis itu yang terulur, ia meraih tasnya dan masuk ke dalam mobil begitu saja. Menyisakan Rose yang kini melongo tak percaya. Apakah benar, baru saja seorang Jeon Jungkook mengabaikannya?
Mobil Jungkook adalah yang terakhir keluar dari parkiran. Ia menyapu ke sekeliling dan tidak menemukan siapapun. Gadis itu memukul kepalanya cukup keras. Dan mengaduh cukup keras juga. Ia menyesal baru saja menolak tawaran Ji Young untuk pulang bersama. Andai saja ia tahu Jungkook akan mengabaikannya seperti ini, ia pasti akan menerima tawaran itu dengan hati bahagia.
"Mari kita lihat Tuan Jeon, sampai kapan kau akan mengacuhkanku seperti itu," ucap Rose berapi.
***
Ternyata harapan gadis itu membuahkan hasil yang cukup pahit. Bahkan sampai keesokan harinya, Jungkook masih mengabaikannya. Pemuda itu seolah tidak menyadari bahwa sedari tadi ada seorang gadis yang menatapnya sebal dari sebelahnya. Tak lupa dengan sapaan hangat yang hanya dibalas Jungkook dengan ya, tidak, belum, dan jawaban ketus lainnya.
Yang benar saja ini?! Teriak Rose dalam hati.
Bahkan sampai mereka semua sedang berkumpul di kantin pun, Jungkook masih sama. Pemuda itu tengah sibuk memasukan makan siangnya. Masih acuh dengan keributan yang disebabkan oleh pernyataan Jimin beberapa saat lalu. Ah, lagipula hanya pemberitahuan bahwa ia dan Jennie sudah resmi berkencan sekarang.
"Wah, ternyata kau tidak sia-sia berusaha selama ini, Jimin-ie," celetuk Namjoon seperti seorang ayah melihat putranya memenangkan olimpiade. Menepuk bangga pundak Jimin yang tersenyum pongah. Tanpa memperhatikan raut muka frustasi Jennie tepat di sebelah pemuda itu.
Taehyung menepuk pundak Jungkook pelan. "Ada apa denganmu? Apa karena pelatih Kwon dan Rose kemarin?"
Pemuda itu berhenti mengunyah, ia tersenyum dengan pipi penuh kepada Taehyung. "Tentu saja bukan, kenapa pula aku harus memikirkan hal bodoh seperti itu."
"Kalau memang kau tidak terganggu, kenapa wajahmu masam seperti itu?" timpal Lisa dengan suara lantang yang mendapat tatapan menyelidik dari Rose. Gadis itu -walaupun sedari tadi hanya berkosentrasi dengan Jennie- nyatanya ia sebenarnya penasaran dengan sikap Jungkook sejak kemarin.
Kali ini, Jungkook bukan hanya berhenti mengunyah. Ia bahkan sampai meletakkan sumpitnya. Kemudian memperhatikan mereka semua. Termasuk Rose yang kali ini sedang berpura-pura mengaduk-aduk sup daging miliknya. Mendecap sebal begitu menyadari tingkat kepekaan gadis itu masih di bawah rata-rata.
"Dasar gadis bodoh!"
= Falling For You =
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] FALLING FOR YOU
FanficJungkook tidak bisa percaya bahwa sahabat baiknya yaitu Park Chanyeol memiliki seorang adik bernama Park Chaeyoung. Gadis yang langsung membuat masalah dengannya saat pertama kali bertemu. Dibalut dengan kisah masa SMA yang tak terlupakan. Mampukah...